• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDESAAN (PUAP) PUAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian merupakan produk masyarakat dan memberikan sumbangan kepadanya. Serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani. Yang jumlahnya besar dan untuk tahun-tahun mendatang ini di berbagai negara akan terus hidup dari bertani. Supaya pembangunan pertanian itu terlaksana, pengetahuan dan ketrampilan petani haruslah terus ditingkatkan dan berubah. Karena petani terus menerus menerima metoda baru, cara berpikir mereka pun berubah. Mereka mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar, dan terhadap diri mereka sendiri (Mosher, 1991).

Pembangunan pertanian, menurut Hadisapoetro (1973) diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian bagi tiap-tiap

konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turutnya campur tangan manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.

ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 1991). Menurut Mardikanto (2009), salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang hidup dipedesaan. Dengan adanya kenaikan pendapatan tersebut, jumlah dan ragam serta mutu konsumsi masyarakat terus bertambah, baik konsumsi bahan pokok

(khususnya tanaman pangan) maupun konsumsi terhadap barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non pertanian.

Sektor pertanian memegang peranan penting. Beberapa alasan yang mendorong seseorang bekerja di sektor pertanian yaitu:

1. Penguasaan lahan dan mesin teknologi digunakan untuk kegiatan pertanian dan perternakan sehingga membutuhkan tenaga kerja di sektor pertanian untuk mengoperasikan dan mengelolanya.

2. Bekerja di bidang pertanian menjadi jenis pekerjaan yang menarik dan diminati oleh sebagian orang karena dari bidang pertanian mampu memberikan harapan bagi petani dari hasil panen yang diperolehnya. 3. Hasil dari sektor pertanian tidak kalah jika dibandingkan dengan bekerja di

luar sektor pertanian (Kay dan William, 1999). Gemmel (1987)

mengemukakan bahwa dewasa ini pertanian dapat memberi sumbangan yang besar pada pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dengan alasan-alasan sebagai berikut :

b) Pertumbuhan sektor non pertanian (misalnya industri manufaktur) di negara sedang berkembang sangat bergantung pada pasokan bahan mentah dari sektor pertanian.

c) Cukup diketahui bahwa pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor perekonomian non pertanian.

d) Laju pemupukan modal di negara sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan sektor pertanian.

e) Pertanian dapat memberi sumbangan yang bermanfaat kepada neraca pembayaran dengan meningkatkan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor.

f) Karena pertanian memainkan peranan penting di negara sedang

berkembang, pertumbuhan dan pemekarannya sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri.

Pembangunan pertanian menjadi salah satu tolak ukur kecukupan pangan dan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dengan beberapa alasan yaitu potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar serta besarnya penduduk yang menggantungkan pada sektor pertanian dan merupakan basis pertumbuhan dipedesaan (Darmawan, 2007).

Menurut Soekartawi (1991), konsep agribisnis sebenarnya merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Contoh kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian adalah industri pupuk, alat-alat pertanian serta pestisida. Sedangkan contoh kegitan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian adalah industri pengolahan hasil pertanian, perdagangan.

Murdiyanto dan Darmadi (2001), lebih rinci menguraikan bahwa membangun agribisnis berarti mengintegrasikan pembangunan pertanian, industri dan jasa, sedangkan membangun pertanian saja menyebabkan pertanian, industri dan jasa saling terlepas. Membangun pertanian saja tidak mungkin mewujudkan

perekonomian modern dan berdaya saing. Oleh karena itu, membangun agribisnis berarti juga membangun ekonomi rakyat, membangun ekonomi daerah,

membangun usaha kecil dan menengah, koperasi, dan membangun daya saing perekonomian dan melestarikan lingkungan hidup serta membangun bangsa dan negara secara utuh.

a. Sub Sistem Pengadaan Sarana Produksi Pertanian

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk (Hermawan, 2008). Terkait dengan pengadaan sarana produksi, masalah yang masih

sering dihadapi oleh petani sebagai pengelola usaha tani adalah :

1. Kelangkaan ketersediaan, baik yang menyangkut jenis, mutu, dan waktu ketersediaan. Ditinjau dari jenis sarana produksi masalah yang sering dijumpai adalah :

1) Kesenjangan antara jenis yang direkomendasikan oleh pemerintah/penyuluh

dengan yang tersedia di pasar.

2) Kesenjangan antara jenis yang direkomendasikan dengan perkembangan teknologi dan gerakan pertanian lestari, terutama yang terkait dengan pertanian organik.

Ditinjau dari mutu, sarana produksi, seringkali dijumpai beragam jenis produk yang ditawarkan yang masih diragukan mutunya, terutama jenis pupuk dan pestisida. Sedangkan ditinjau dari waktu ketersediaan, sering kali

2. Tingkat harga yang terus bertambah dan pendapatan petani

semakin menurun. Keadaan ini diperparah dengan dicabutnya kebijakan pemerintah tentang subsidi harga sarana produksi sejak awal dasawarsa 1990-an.

3. Belum efektifnya kelembagaan petani (kelompok tani, kopersi kelompok tani, Koperasi Unit Desa) yang sangat diharapkan untuk melaksanakan fungsi pengadaan dan distribusi dilokalitas usahatani.

b. Sub Sistem Budidaya Usaha Tani

Sub sistem budidaya mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam

kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan

produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air (Hermawan, 2008). Subsistem budidaya merupakan proses campur-tangan manusia untuk mengelola beragam sumberdaya (alam, manusia, modal,

kelembagaan, sarana dan prasarana) agar dapat menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan dan atau diperdagangkan demi memperoleh penghasilan,

pemenuhan kebutuhan, serta perbaikan kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Selain itu, sub sistem budidaya tidak hanya mencangkup upaya optimalisasi

tidak terbatas (Mardikanto, 2009).

c. Sub Sistem Pengolahan Dan Industri Hasil Pertanian (Agroindustri)

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambahvalue added(nilai tambah) dari produksi primer tersebut (Hermawan, 2008). Pengolahan hasil (agroindustri) merupakan langkah yang perlu mendapat perhatian untuk tujuan-tujuan: perbaikan mutu, pengurangan kehilangan,

peningkatan nilai tambah produk, dan pemenuhan selera pasar, yang pada gilirannya akan memberika tambahan penghasilan bagi petani sebagai pengelola usaha pertanian (Mardikanto, 2009).

d. Sub Sistem Pemasaran Hasil Pertanian

Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri (Hermawan, 2008). Sub sistem pemasaran dalam sistem agribisnis menempati posisi yang sangat penting dari sub sistem produksi. Hal ini dikarenakan sebagai salah satu bentuk usaha tani modern yang komersial. Selain itu, pemasaran akan sangat menentukan keberhasilan dan kelestarian usaha tani yang di kelola. Jaminan terhadap pemasaran produk sangat diperlukan, tidak saja menyangkut kepastian pembeli, tetapi juga kepastian jumlah

pembeli. Oleh sebab itu, adanya kontrak pemasaran yang lengkap dan jelas menjadi persyaratan penting dalam menjamin pemasaran produk (Mardikanto, 2009).

e. Sub Sistem Kelembagaan Penunjang Kegiatan Pertanian

Beberapa aspek yang menjadi prioritas sub sistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian antara lain :

1) Penelitian, sangat diperlukan untuk menghasilkan inovasi (teknis, metoda, dan inovasi sosial) yang sangat dibutuhkan dalam peningkatan produksi, perbaikan mutu produk, efisiensi usaha, dan penanggulangan dampak negatif kegiatan agribisnis, baik kelestarian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup maupun kehidupan sosial budaya.

2) Penyuluhan, mutlak sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian. Hal ini dikarenakan pelaku utama pembangunan pertanian sebagian besar adalah petani kecil. Lemah dalam kepemilikan aset dan permodalan. Selain itu, lemah pengetahuan, keterampilan teknologi, dan peralatan yang digunakan serta lemahnya semangat untuk maju.

3) Pembiayaan, seringkali dijadikan alasan tidak dapat dilaksanakannya rekomendasi teknologi oleh petani. Berbagai program kemitraan yang dikembangkan pemerintah, antara lain diharapkan dapat menjawab

4) Pengakutan, merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan, baik kaitannya dengan distribusi sarana produksi, kegiatan panen, dan pemasaran hasil.

5) Konstruksi, memegang peranan yang sangat penting kaitannya dengan pemeliharaan/perbaikan jalan dan pemeliharaan/perbaikan bangunan irigasi.

6) Kelembagaan, baik dalam arti kelompok/organisasi maupun peraturan, tata nilai, maupun budaya masyarakat (Mardikanto, 2009).

Agribisnis menjadi sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kegiatan pembuatan, pengolahan dan penjualan makanan beserta pelayanan kepada publik, tetapi seiring dengan perkembangan zaman. Sejak tahun 1950-an agribisnis diartikan sebuah bisnis yang menyeluruh dan sulit untuk mencapai kesuksesan tapi lebih penting diluar fokus pemerintahan. Maka dibutuhkan beberapa cara baru dalam analisis sektor agribisnis. Sebuah sugesti bahwa penerimaan pendekatan sebuah sistem adalah pilihan yang tepat dimana akan menjadi seorang agribisnis yang profesional yang nantinya akan menemukan sistem yang tepat (McGregor, 1997).

Murdiyanto dan Darmadi (2001) peningkatan keunggulan komparatif merupakan suatu strategi pembangunan ekonomi nasional yang berorientasi pada

1. Agribisnis berbasis sumberdaya, dimana pembangunan agribisnis

digerakkan oleh kelimpahan faktor produksi, yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia berupa tenaga kerja tak terdidik. Pada tahap ini tampil ekstensifikasi agribisnis dengan dominasi komoditi primer sebagai produk akhir.

2. Agribisnis berbasis investasi, dimana pembangunan agribisnis digerakkan oleh kekuatan investasi melalui percepatan pembangunan dan pendalaman industri pengolahan dan industri hulu serta peningkatan kemampuan sumberdaya manusia. Produk akhir tahap ini didominasi oleh komoditas yang bersifat padat modal dan tenaga terdidik, serta memiliki nilai tambah lebih besar dan segmen pasar yang lebih luas.

3. Agribisnis berbasis inovasi, dimana pembangunan agribisnis digerakkan oleh inovasi atau temuan baru melalui peningkatan kemajuan teknologi pada setiap sub sistem agribisnis, serta peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pada saat bersamaan. Produk akhir tahap ini didominasi oleh komoditi yang bersifat padat ilmu pengetahuan dan tenaga kerja terdidik serta memiliki nilai tambah yang lebih besar dan pangsa pasar yang lebih luas.

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 5) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

7) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

72 Tahun 2004;

9) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;

10) Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

11) Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

13) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;

14) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2010;

Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan

Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan

komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya

pertanian dan keanekaragaman hayati.

Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.

Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam pengembangan PUAP. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada petani/kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa. Secara rinci dapat diuraikan pengertian dan definisi program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran.

ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.

3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.

4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Dalam pelaksanaan PUAP yang dimaksud dengan desa termasuk

didalamnya adalah Kelurahan (Kota), Nagari (Sumatera Barat), Kampung (Papua dan Papua Barat).

5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas.

berkelanjutan.

7. Dana Pendukung adalah dana yang dialokasikan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota untuk persiapan, pengawalan dan pembinaan Gapoktan PUAP.

8. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

9. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

10. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usaha secara berkelanjutan.

11. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota.

12. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan. 14. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa

yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping.

15. Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP.

16. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam pengembangan PUAP.

17. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping dan PMT dalam rangka pemberdayaan petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam melaksanakan PUAP.

18. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah dana bantuan social untuk petani/kelompok tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha. 19. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan

agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa.

20. Tim Pembina Propinsi adalah tim pelaksana PUAP di Propinsi yang dibentuk oleh Gubernur untuk mengkoordinasikan PUAP di wilayahnya.

mengkoordinasikan pengelolaan PUAP di wilayahnya.

Kabinet Indonesia bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) yangberazas pro-gowth, pro- employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui: (1) Peningkatan pertumbuhan ekonomi diatas 6,5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspor; (2) Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, dan (3) Revitalisasi sektor pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan merupakan cermin entitas sosial dan ekonomi mayoritas penduduk di perdesaan, yang terkait erat dengan ketimpangan, yang sebagian besar terjadi akibat bekerjanya sistem kapitalisme yang mengkooptasi perdesaan Indonesia sejak masa kolonialisme (Elizabeth, 2007). Penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan dalam 4 bagian, yaitu: (1) Sarana dan prasarana; (2) SDA dan teknologi; (3) SDM; serta (4) Kelembagaan dan organisasi. Kemiskinan dapat dikategorikan menjadi kemiskinan absolut, relatif, rawan kemiskinan, ataupun yang dikarenakan geografi (kemiskinan di

perkotaan, dan di perdesaan).

Semakin tinggi realitas komersialisasi dan penetrasi pasar modern di perdesaan menunjukkan semakin memburuknya suatu fenomena kemiskinan, dikarenakan termajinalisasinya tatanan struktur dan nilai (norma) masyarakat desa. Kondisi

mengutamakan efisiensi bukan saja mengakibatkan makin hilangnya peluang dan kesempatan kerja sebagian besar buruh tani, namun juga kian longgarnya norma dan nilai ikatan sosial masyarakat di perdesaan (Hayami et al, 1987).

Secara umum kemiskinan dicirikan seperti rendahnya: kualitas SDM, aksesbilitas informasi dan pasar, penguasaan asset produktif (lahan, modal); mengakibatkan rendahnyaman-power(kemampuan) petani untuk memperoleh sumber

pendapatan rumahtangga. Beberapa aspek yangterabaikanmenjadi penyebab kekeliruan pandangan adalah variabel rasio penduduk-tanah (man and land ratio) atau kepadatan penduduk yang sangat tinggi, dan akibat kesulitan ekonomi yang parah (Elizabeth, 2008), yang menjadi pembeda derajat kemiskinan, seperti: (1) terbatas/tidak adanya tanah untuk diusahakan; (2) terbatas/tidak adanya modal usahatani maupun praktek pinjam meminjam uang dengan bunga terjangkau; (3) rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan; dan (4) terjadinya perebutan rejeki yang intensif pada berbagai pihak dalam rantai pemasaran sehingga memperkecil penerimaan. Beberapa faktor lain pendukung kemiskinan adalah: dinamika

penduduk, kemiskinan absolut, ketimpangan struktural, ketimpangan institusional, sistem pasar, informasi dan pilihan, serta SDM dan SDA (saprodi, tanah, tenaga kerja, dan modal sosial lainnya) (Departemen Pertanian, 2008).

Berbagai penyebab kemiskinan dimaknai Pakpahan (1995) sebagaimarket failure, yang pada dasarnya sebagai yang terjadi bila upah angkatan kerja rumahtangga miskin tidak mampu mencukupi subsistensi, danpolitical failureyaitu yang

kemiskinan adalah: (1) tingkat isolasi; (2) diferensiasi struktural (tingkat

Dokumen terkait