• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBATAL WASIAT

Dalam dokumen KITAB WASIAT QS. Al-Munafiqun : 11. (Halaman 27-40)

Hal-hal yang dapat membatalkan wasiat, antara lain :

a. Pemberi wasiat menarik wasiatnya. b. Harta yang diwasiatkan hilang/musnah. c. Penerima wasiat gila.

d. Penerima wasiat meninggal dunia sebelum pemberi wasiat.

e. Penerima wasiat menolak.

f. Penerima wasiat membunuh pemberi wasiat.

Syaikh Al-Albani t meninggal dunia pada hari Jum‟at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H, bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yoradania, rahimahullah rahmatan wasi’ah (Semoga Allah q merahmati beliau dengan rahmat yang luas), amin.

Catatan :

 Pembayaran zakat dan pelunasan hutang lebih didahulukan daripada pelaksanaan wasiat. Diriwayatkan dari „Ali bin Abi Thalib y, ia berkata;

َأ

َُهٍ َعَٚ ِٗنْيٍََ ُ هللَّا ٝهٍ َ هيِجهٌٕا هْ

ِخهي ِ َٛنٌْا ًَنْجَل ِٓنْيهذٌبِث ٝ َضَل

.

“Sesungguhnya Nabi a

memerintahkan untuk melunasi hutang sebelum pelaksanaan wasiat.”20

20

HR. Tirmidzi Juz 4 : 2122, lafazh ini miliknya dan Ibnu Majah : 2715. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani t dalam Irwa’ul Ghalil : 1667.

Dan pembagian warisan dilakukan setelah pelunasan hutang dan pelaksanaan wasiat. Hal sebagaimana firman Allah q tentang pembagian wasiat;

ٍٓنْيَد نَْٚأ بَِٙث ٝ َ ُٛي ٍخهي ِ َٚ ِذنْ َث نِِْٓ

“Sesudah dilaksanakan wasiat yang dibuat olehnya atau (sesudah dibayar) hutangnya.”21

 Diperbolehkan memberikan wasiat kepada lebih dari satu orang. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin bin Ibrahim At-Tuwaijiri 2.

21

 Diperbolehkan bagi seorang untuk berwasiat dengan sesuatu yang tidak mampu diserahkan ketika berwasiat. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t. Misalnya seorang mengatakan, ”Aku wasiatkan kepada Fulan, apa yang dikandung oleh kambingku ini.”

Namun jika ternyata barang wasiat tersebut tidak ada (kambingnya tidak melahirkan), maka wasiat tersebut batal dan orang yang diberi wasiat tidak dapat menuntut kepada Ahli waris.

 Diperbolehkan memberikan wasiat dengan bersyarat. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t. Misalnya, ”Jika Zaid menuntut ilmu, maka perpustakaanku ini menjadi miliknya.”

 Apabila seorang pemberi wasiat berwasiat kepada ahli warisnya, dan ketika pemberi wasiat meninggal dunia ternyata orang yang diberi wasiat tersebut tidak menjadi ahli warisnya, maka wasiat tersebut sah, demikian pula sebaliknya. Dan ukuran seorang dianggap sebagai ahli waris adalah ketika orang yang berwasiat tersebut meninggal dunia, bukan ketika wasiat dibuat. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t.

 Seorang pemberi wasiat diperbolehkan untuk menarik atau merubah wasiatnya selama pemberi wasiat tersebut masih hidup. Perubahan dapat dilakukan dengan ucapan atau dengan perbuatan (tulisan). Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-„Utsaimin t.

 Diperbolehkan berwasiat dengan seluruh harta bagi yang tidak memiliki ahli waris. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri 2.

 Dianjurkan untuk menulis wasiatnya dengan dipersaksikan oleh orang lain untuk menghilangkan percekcokan. Allah q berfirman;

بَي

اَرِإ نُُْىِٕنْيَث ُحَدبَٙ َش انَُِْٕٛآ َٓنْيِزهٌا بَُّٙيَأ

ُُُوَذَحَأ َش َضَح

ِخهي ِ َٛنٌْا َٓنْيِح ُدنَّْٛنٌْا

نِِْٓ ِْاَشَخآ نَْٚأ نُُْىنِِْٕ ٍينْذَ اََٚر ِْبَٕنْصا

نُُْوِشنْيَغ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kalian menghadapi kematian, sedang ia akan berwasiat, (maka hendaklah wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kalian, atau dua orang yang berlainan agama dengan kalian.”22

 Tidak diperbolehkan dan tidak sah berwasiat untuk kemaksiatan, seperti; berwasiat untuk membangun gereja, membangun kuburan, dan sebagainya. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri 2.

22

 Apabila wasiat tersebut adalah wasiat yang adil, maka penerima wasiat diharamkan untuk merubahnya. Tetapi jika wasiat tersebut merupakan wasiat yang tidak adil atau wasiat kemaksiatan, maka disunnahkan untuk menasihati pemberi wasiat (jika pemberi wasiat masih hidup). Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka hendaknya wasiat tersebut dimusyawarahkan diantara penerima wasiat agar tercapai keadilan yang diharapkan oleh syari‟at. Allah q berfirman;

نََّْٓف

ُُّٗنْصِإ بَّهِٔئَف َُٗ ِّ َع بََِذنْ َث ٌَُٗهذَث

ٌَُُِٗٔٛ ذَجُي َٓنْيِزهٌا ٍََٝ

ٌعنْيِّ َع َهللَّا هِْإ

ٌُنْيٍَِ

.

نََّْٓف

بًفََٕج ٍ ُِٛ نِِْٓ َفبَخ

َُنْصِإ َلََف نَُُْٕٙنْيَث َ ٍَ نْ َأَف بًّنْصِإ نَْٚأ

ِٗنْيٍََ

ٌُنْيِحَس ٌسنُْٛفَغ َهللَّا هِْإ

.

“Maka barangsiapa merubah wasiat

setelah mendengarnya, maka

sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang merubahnya.

Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat (tersebut) berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, maka damaikanlah diantara mereka, dan tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”23

23

 Syarat orang yang boleh ditunjuk untuk melaksanakan wasiat adalah;

mukallaf (baligh dan berakal), adil

(memiliki sikap beragama yang lurus dan akhlak yang baik), dan rasyid (mampu menunaikan amanah wasiat). Sehingga tidak diperbolehkan menunjuk orang kafir untuk melaksanakan wasiat. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t. Namun diperbolehkan memberikan wasiat berupa harta kepada orang kafir. Ini adalah pendapat madzhab Hambali.

 Penerima wasiat diperbolehkan untuk menerima wasiat ketika pemberi wasiat masih hidup atau sesudah meninggal dunia. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin bin Ibrahim At-Tuwaijiri 2. Namun wasiat tersebut baru boleh (sah) dilaksanakan setelah pemberi wasiat meninggal

dunia. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-„Utsaimin t.

 Penentuan sepertiga harta, dihitung dari jumlah harta pemberi wasiat ketika ia meninggal dunia. Jika seorang berwasiat lebih dari sepertiga hartanya, maka yang dilaksanakan hanya sepertiga saja. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t.

 Apabila sepertiga harta tidak mencukupi untuk menunaikan semua wasiat, maka wasiat tersebut dibagi berdasarkan prosentase. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t.

 Apabila seorang yang diberikan wasiat berupa harta menolak untuk menerima wasiat, maka harta tersebut dikembalikan kepada ahli waris pemberi wasiat. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-„Utsaimin t.

 Perwalian nikah tidak dapat dialihkan melalui wasiat. Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kami Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabatnya.

MARAJI’

1. Al-Jami’ush Shahih, Muhammad bin Ismai‟l Al-Bukhari.

2. Al-Jami’ush Shahih Sunanut Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Surah As-Sulami At-Tirmidzi.

3. Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil

Aziz, ‟Abdul ‟Azhim bin Badawi

Al-Khalafi.

4. Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’, Muhammad bin Shalih Al-„Utsaimin. 5. Asyratus Sa’ah, Yusuf bin „Abdullah bin

Yusuf Al-Wabil.

6. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ahmad bin ‟Ali bin Hajar Al-„Asqalani. 7. Fiqhu Mar-atil Muslimah, Muhammad bin

Shalih Al-‟Utsaimin.

8. Irwa’ul Ghalil fi Takhriji Ahadits Manaris

Sabil, Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

9. Jami’ul ’Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali.

10. Mukhtasharul Fiqhil Islami, Muhammad bin Ibrahim bin „Abdullah At-Tuwaijiri.

11. Musnad Ahmad, Ahmad bin Muhammad bin Hambal Asy-Syaibani.

12. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi.

13. Shahihul Jami’ish Shaghir, Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

14. Sunan Abi Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy‟ats bin Amru Al-Azdi As-Sijistani.

15. Sunan Ad-Daraquthni. „Ali bin „Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Ad-Daraquthni. 16. Sunan Ibni Majah, Muhammad bin Yazid

bin „Abdillah Ibnu Majah Al-Qazwini. 17. Sunanul Baihaqil Kubra, Ahmad bin

Husain bin „Ali bin Musa Al-Baihaqi. 18. Umdatul Ahkam min Kalami Kharil

Dalam dokumen KITAB WASIAT QS. Al-Munafiqun : 11. (Halaman 27-40)

Dokumen terkait