• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembebasan Lahan

Dalam dokumen PT CIREBON ENERGI PRASARANA (Halaman 38-42)

A. Tahap Prakonstruksi 1. Penentuan Jalur

2. Pembebasan Lahan

Kegiatan pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan tapak menara jaringan transmisi SUTET 500 kV PLTU Cirebon 1.000 MW ke GITET PLN 500 kV Mandirancan Kabupaten Kuningan adalah seluas 46.498 m2. Lahan ini terletak di wilayah Desa Kanci, Desa Buntet Kecamatan Astanajapura, Desa Sinarrancang Kecamatan Mundu, Desa Gemulung Tonggoh, Desa Lebak Mekar, Desa Gemulung Lebak, Desa Nanggela, Desa Jatipancur, Desa Durajaya Kecamatan Greged, Desa Kondangsari, Desa Beber dan Desa Cipinang, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Desa Sarewu, Desa Danalampah dan Desa Pancalang, Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan. Luas lahan untuk tapak menara telah disajikan secara rinci pada Tabel 1.2.

Lahan yang akan dibebaskan untuk tapak menara Jaringan Transmisi SUTET 500 kV PLTU Cirebon 1.000 MW ke GITET PLN 500 kV Mandirancan di Kabupaten Kuningan masih dalam tahap inventarisasi pemilik lahan dan didalam pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan pihak CEPR akan melakukan kegiatan sosialisasi terhadap warga masyarakat sebelum pelaksanaan pembebasan lahan untuk lokasi tapak menara agar tidak terjadi konflik sosial

Pembebasan lahan akan dilakukan oleh pemrakarsa (CEPR) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dimana besarnya harga ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku dan kesepakatan antara pemrakarsa dengan masyarakat pemilik lahan. Berdasarkan hasil konsultasi publik, besarnya harga lahan dari pembebasan lahan berdasarkan harga pasaran umum terakhir yang berlaku dan melalui proses musyawarah serta kesepakatan bersama. Sedangkan besarnya kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak dari ruang bebas atau Right Of Way (ROW) akan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemberiaan kompensasi terhadap tanah yang akan dilakukan oleh CEPR adalah berdasarkan ketentuan yang tersirat didalam Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, bangunan dan Tanaman Yang Berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dimana :

1. Tanah tempat untuk mendirikan tapak menara termasuk bangunan dan tanaman di atas tanah tersebut harus dibebaskan;

2. Besaran ganti rugi atas tanah, bangunan dan tanaman ditetapkan berdasarkan musyawarah antara pemrakarsa dengan pemilik tanah serta berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Bangunan dan tanaman baik seluruhnya maupun sebagian yang telah ada sebelumnya dan berada pada proyeksi ruang bebas SUTET atau yang dapat membayakan SUTET harus dibebaskan dan diberikan kompensasi;

4. Besaran kompensasi atas bangunan dan tanaman sebagaimana dimaksud ditetapkan berdasarkan musyawarah serta berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Bangunan dan tanaman yang telah diberikan kompensasi seluruhnya harus dibongkar dan ditebang seluruhnya oleh pemiliknya.

Sedangkan untuk pelaksanaan kompensasi atas tanah bangunan dan tanaman yang berada di bawah ruang bebas SUTET adalah merujuk pada Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman Yang Berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi wajib memberikan kompensasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah ruang bebas SUTET sebelum melaksanakan penarikan jaringan SUTET di lokasi tersebut. Tahapan pemberian kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

 Sosialisasi rencana pembangunan SUTET kepada masyarakat yang akan dilintasi SUTET melalui kantor pemerintah Kabupatan atau Kota setempat;

 Pendataan awal rencana pembangunan SUTET yang meliputi pengumpulan data awal pemegang hak, serta tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah ruang bebas SUTET yang akan dikompensasi;

 Inventarisasi dan identifikasi kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, bangunan dan/atau tanaman.

Dokumentasi hasil inventarisasi yang berisi antara lain : 1. Pemegang hak atas tanah, bangunan dan/atau tanaman; 2. Jenis tanah;

3. Luas tanah dan bangunan; 4. Jenis dan tinggi tanaman;

5. Letak tanah, bangunan dan tanaman; 6. Peta obyek tanah, bangunan dan tanaman.

Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi di kantor kelurahan atau desa dan kecamatan setempat dan apabila dalam hal pihak yang berhak atas tanah, bangunan dan tanaman tidak menerima hasil inventarisasi dan identifikasi, pihak yang berhak atas tanah, bangunan dan tanaman dapat mengajukan keberatan kepada Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi atau melalui kantor kelurahan/desa dan kecamatan setempat paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung setelah diumumkan. CEPR wajib menindaklanjuti keberatan dengan melakukan verifikasi terhadap kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, bangunan dan tanaman dan hasilnya diumumkan di Kantor Kelurahan/Desa dan Kecamatan setempat.

Hasil inventarisasi, identifikasi dan/atau verifikasi menjadi dasar pembuatan daftar nominatif calon penerima kompensasi.

 CEPR juga dalam pelaksanaan penilaian besaran kompensasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang berada di ruang bebas SUTET akan melibatkan Lembaga Penilai Publik, dimana Lembaga Penilai tersebut harus mempunyai klasifikasi bidang

jasa penilaian yang terkait dengan bidang jasa penilaian tanah, bangunan dan tanaman yang mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan dan CEPR menyampaikan usulan penunjukan calon Lembaga Penilai kepada Direktur Jenderal, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Tata cara pembayaran kompensasi yang dilakukan CEPR akan menggunakan sistem :

1. Terhadap tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah ruang bebas SUTET hanya dapat diberikan kompensasi satu kali;

2. Dalam hal tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah ruang bebas SUTET berpindah tangan kepada pemilik yang baru maka pemilik baru tersebut tidak berhak menuntut pembayaran kompensasi;

3. Pembayaran kompensasi diberikan oleh Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi kepada pemegang hak atas tanah, bangunan dan tanaman;

4. Pembayaran kompensasi disaksikan paling sedikit 2 (dua) orang saksi dari unsur pimpinan kelurahan/desa/aparat setempat dengan disertai tanda terima pembayaran kompensasi.

5. Dalam hal calon penerima kompensasi tidak ditemukan atau menolak pemberian kompensasi, Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi melakukan penitipan pembayaran Kompensasi kepada kantor pengadilan negeri setempat setempat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi dapat melakukan penarikan SUTET.

Sedangkan untuk kompensasi dalam penarikan jaringan SUTET akan dilakukan secara musyawarah.

Kegiatan pembebasan lahan pada tahap prakonstruksi berpotensi menimbulkan dampak terhadap keresahan masyarakat dan peningkatan harga tanah, bangunan dan tanaman yang akan dilalui

jalur transmisi SUTET 500 kV dari PLTU Cirebon 1.000 MW ke GITET PLN 500 kV Mandirancan.

Dalam dokumen PT CIREBON ENERGI PRASARANA (Halaman 38-42)

Dokumen terkait