• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi Sosiologi

Sosiologi lahir pada abad 19 dipelopori oleh seorang ahli filsafat Prancis bernama Auguste Comte (1798-1857). Dalam salah satu karya Comte berjudul The Positive Philosophy yang terbit pada tahun 1838 menyebut kajian tentang kehidupan sosial manusia dengan kata sosiologi. Secara etimologis, istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti teman dan bahasa Yunani yaitu logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah sosiologi berarti ilmu yang mempelajari masyarakat.

b. Objek Kajian Sosiologi

Dari pendapat tokoh-tokoh sosiologi seperti Peter L.Berger, Max Weber, dan

Emile Durkheim, secara umum dapat disimpulkan bahwa objek kajian sosiologi adalah masyarakat dengan menyoroti hubungan antarmanusia dengan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan tersebut. Pengertian

31

masyarakat dalam kajian sosiologi adalah sejumlah manusia yang telah sekian lama hidup bersama dan menciptakan berbagai pergaulan hidup sehingga membentuk kebudayaan.

c. Sifat dan Hakikat Sosiologi

a) Sifat Sosiologi

 Empiris, artinya ilmu sosiologi didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif (menduga-duga)

 Teoritis, artinya ilmu sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi tersebut merupakan kesimpulan logis yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

 Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki, memperluas, serta memperkuat teori yang lama.

 Non-etis, artinya pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk memperjelas masalah tersebut secara mendalam.

2. Sejarah Perkembangan Sosiologi a. Lahirnya Sosiologi

Bapak sosiologi dunia, Auguste Comte berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan tertentu berdasarkan logika dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu hingga ke tahap akhir (ilmiah). Oleh sebab itu Comte menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan karena didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Terbitnya buku The Positive Philoshopy

32

Auguste Comte mengemukakan pandangan penting tentang Hukum Kemajuan Manusia atau Hukum Tiga Jenjang (seperti mendaki), yaitu :

a) Jenjang Teologi

Pada jenjang ini manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat supranatural. (contoh : kejawen, roh makhluk gaib)

b) Jenjang Metafisika

Pada jenjang ini manusia mengacu pada kekuatan-kekuatan metafisik atau abstrak, tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap metafisik ke tahap positif. (contoh : animisme, dinamisme)

c) Jenjang Positif

Pada jenjang ini penjelasan alam ataupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah. (contoh : bila mata kedutan berate ada syaraf mata yang berkontraksi karena kelelahan, bukan karena mitos-mitos tertentu).

b) Abad Pencerahan: rintisan kelahiran sosiologi.

Sosiologi modern berakar pada karya para pcmikir Abad Pencerahan, pada abad ke -17 M. Abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap. pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga berciri ilmiah. Artinya, perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional). Francis Bacon dari Inggris, Rene Descartes dari Prancis, dan Wilhelm Liebnitz dart Jerman merupakan sejumlah pemikir yang menekankan pentingnya metode ilmiah amok mengamati masyarakat.

c) Abad Revolusi: pemicu lahirnya sosiologi.

Sejak abad pencerahan (abad ke 17 M), terjadi sejumlah perubahan besar di dunia, terutama di Eropa. Akan tetapi, perubahan yang revolusioner terjadi sepanjang abad ke 18 M. Perubahan itu dikatakan revolusioner karena dengan cepat struktur (tatanan) masyarakat lama berganti dengan struktur yang

33

baru. Revolusi sepanjang abad 18 M itu paling jelas tampak dalam revolusi Amerika, Revolusi Industri, dan Revolusi Prancis. Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia.

a. Pengaruh Revolusi Amerika

Revolusi Amerika menggugah kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia. Selama ini, martabat manusia ditentukan oleh keturunan ataupun kedudukannya dalam masyarakat. Akibatnya, terbentuk kelas-kelas dalam masyarakat: kalangan elit dan kalangan jelata. Berdasarkan gagasan hak asasi manusia, martabat siapapun adalah setara.

b. Pengaruh Revolusi Industri

Revolusi Industri berpengaruh terhadap munculnya kalangan baru dalam masyarakat. Satu pihak adalah para pemilik modal yang disebut kaum kapitalis. Lain pihak adalah para pekerja yang biasa disebut kaum buruh. Kehadiran kedua kelompok ini mengubah secara drastis struktur sosial terutama di kota-kota.

Peranan kuat kaum; kapitalis merintis berlakunya sistem ekonomi liberal. Pada gilirannya, gejala itu berpengaruh pada kehidupan sosial politik berupa liberalisme. Sedangkan pengaruh kaum bruh dalam kehidupan sosial politik tampak dan lahirnya sosialisme, sebagai reaksi terhadap liberalisme.

c. Pengaruh Revolusi Prancis

Revolusi Prancis menguatkan tersebarnya semangat liberalisme di segala bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, dan sosial. Khusus di bidang sosial, semangat liberalisme muncul dalam kesadaran hak asasi manusia. Sementara di bidang politik, semangat liberalisme tampak dari diterapkannya hukum atau undang-undang.

d) Kelahiran sosiologi modern.

Sosiologi memang lahir di Eropa.. Namun, perkembangan pesan sosiologi modern justru terjadi di Amerika, khususnya di Amerika Serikat dan Kanada. Kondisi itu erat kaitannya dengan gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut.

Memasuki abad ke 20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu be7akibat pesatnya pertumbuhan penduduk,

34

munculnya kota-kota industri baru, lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas ataupun kerusuhan khas perkotaan, sampai dengan tuntutan hak wanita dan kaum buruh.

Perubahan masyarakat itulah yang menggugah para ilmuwan sosial berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. mereka pun berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi sosial ketika itu. Lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan sosiologi- modem cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.