BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Pembelajaran IPA dengan Model Discovery Learning
Pembelajaran IPA pada dasarnya adalah suatu materi pelajaran yang memiliki cakupan luas yang berhubungan dengan fenomena-fenomena di alam semesta. Proses pembelajaran IPA perlu didesain semenarik dan efektif mungkin. Hal agar siswa dapat memahami materi dengan baik, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Usman Samatowa (2010: 5) mengungkapkan bahwa model pembelajaran yang cocok untuk siswa Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model pembelajaran ini memperkuat daya ingat siswa dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan siswa sendiri. Salah satu model pembelajaran yang menekankan
pada pengalaman langsung ialah model belajar penemuan (discovery). Suwarjo (2011: 73) mengatakan bahwa salah satu pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses dan dalam menemukan pengalaman dan konsep pembelajaran adalah pembelajaran discovery.
Model discovery mendorong siswa untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan tentungan dengan bantuan guru sebagai fasilitator dan pembimbing belajar. Penemuan bisa terjadi terutama bila siswa terlibat dalam pemakaian proses mental mereka untuk menghubungkan beberapa konsep atau prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menjelaskan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Contoh konsep misalnya: lingkungan, gerak, panas, energi dan sebagainya. Contoh prinsip misalnya: logam apabila dipanaskan dapat mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dan sebagainya (Suwarjo, 2011: 74).
Pembelajaran discovery tak lepas dari peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Sebagai fasilitator belajar, peran guru adalah memberikan tugas- tugas belajar kepada siswa, menunjukan cara belajar siswa, menunjukan dan menyediakan bahan dan sumber pembelajaran, menjelaskan hasil belajar yang harus diperoleh siswa, menunjukan kekurangan-kekurangan siswa dalam proses pembelajaran serta cara memperbaikinya. Adapun peran guru sebagai pembimbing dalam roses pembelajaran adalah menjadi tempat bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan, memberikan bantuan kepada siswa, menunjukan jalan pemecahan masalah yang dihadapi siswa, memperbaiki kesalahan yang
dilakukan oleh siswa, memberikan dorongan dan motivasi melalui penghargaan dan atau teguran, memeriksa hasil pekerjaan siswa, dan memberikan tugas-tugas sebagai kegiatan tindak lanjut dari proses pembelajaran. (Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, 2010: 27).
Peranan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Implikasinya terjadi pada tugas tanggung jawab, guru mengemban tugas untuk membuat siswa aktif sehingga siswa ingin menemukan sendiri masalah-masalah IPA, memberikan penyuluhan serta memancing siswa untuk mengeluarkan kemampuan berupa keterampilan- keterampilan dalam proses pembelajaran. Keterampilan disini tentu saja adalah keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran discovery tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk jadi, tetapi dalam bentuk setengah jadi atau bahkan seperempat jadi, bahan ajar disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau masalah- masalah yang harus dipecahkan. Pengetahuan dan keterampilan IPA diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri (Syaiful Sagala, 2010: 89). Pada pembelajaran discovery jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya satu, atau ada kemungkinan jawaban yang diberikan masih berupa hipotesis yang perlu pembuktian. Pembelajaran discovery lebih menekankan pencarian pengetahuan dari pada perolehan pengetahuan. Keterampilan guru dalam bertanya berperan penting dalam membimbing siswa untuk melakukan semua kegiatan yang dipandang perlu.
Suwarjo (2011: 76) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran discovery antara lain: 1) Siswa memerlukan tambahan bimbingan penemuan sama sekali baru bagi mereka. Kondisi ini ditekankan pada upaya bagaimana agar peserta siswa tergantung pada guru, 2) gunakan pertanyaan dan pengarahan yang baik bila menemukan perkiraan yang salah, 3) verbalisasi diserahkan pada siswa, 4) sering penemuan terbimbing dihubungkan dengan lembar kerja, 5) merencanakan pembelajaran dengan penemuan harus memiliki tujuan yang jelas dan perlu dipikirkan sejauh mana bimbingan dapat diberikan kepada siswa, dan 6) merencanakan materi pelatihan sesudah penemuan. Hal demikian juga disampaikan Dahar dan Liliasari (Srini M Iskandar, 1997: 69) penemuan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Setiap cara mempunyai lima karakteristik yaitu:
1. Situasi yang menyediakan stimulus untuk penemuan, 2. masalah yang akan dicari pemecahanya,
3. perumusan masalah,
4. pencarian pemecahan masalah,
5. kesimpulan yang diperoleh dari hasil penemuan.
Trianto (2009: 114-115) menyebutkan bahwa langkah langkah pembelajaran penemuan adalah; 1) Merumuskan masalah, 2) mengamati atau melakukan observasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulusan, gambar, laporan, bagan, tabel dan hasil karya lainya; dan 4) mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain. Sedangkan menurut Syah (2004: 244) langkah-langkah aplikasi dalam
pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut: 1) Stimulation (pemberian stimulus), 2) problem satatement (identifikasi masalah), 3) data callecting (mengumpulkan data), 4) data processing (mengolah data), 5) verification (menguji hasil) dan 6) generalization (menyimpulkan).
Pemberian stimulation (stimulus) merupakan cara untuk menggali pengetahuan awal siswa. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat stimulation. Siswa mengamati stimulus yang diberikan guru yang berupa pertanyaan tentang kegiatan IPA dalam kegiatan sehari-hari. Pertanyaan yang diajukan mendorong siswa untuk bereksplorasi. Guru memberikan pujian verbal misalnya benar, bagus, baik dan pintar. Guru memberikan tanggapan positif dengan ekspresi senyum atau penguatan dari siswa yang belum tepat. Guru mengarahkan jawaban siswa yang belum tepat agar dapat menemukan jawaban dengan penuh percaya diri.
Setelah dilakukan stimulasi maka guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah (problem statement). Guru menyediakan masalah agar relevan dengan pembelajaran dan siswa merumuskan ke dalam jawaban sementara atau hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang disajikan guru. Hipotesis yang dirumuskan siswa nantinya akan ditemukan kebenaranya. Selanjutnya adalah data collecting (mengumpulkan data). Ketika eksplorasi/percobaan berlangsung siswa diberikan kesempatan untuk mengamati dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah mereka buat. Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menemukan materi terkait hipoteis yang telah dibuat.
Siswa mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, study perpustakaan, berdiskusi dengan teman daan sebagainya.
Data Processing (pengolahan data) merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban. Kegiatan ini merangsang siswa untuk menemukan konsep pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah verification (menguji hasil). Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat dan didukung dengan data yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terbukti atau tidak. Tahap generalization (menarik kesimpulan) adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.