• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

6. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistic, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diamsusikan dapat memudahkan siswa untuk mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.

Gagne (1992 : 3) dalam Wina Sanjaya (2006 : 103) mengungkapkan bahwa :

Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facitated”. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

Dari uraian itu, maka tampak jelas bahwa istilah “pembelajaran” (instruction) itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan atau materu pelajaran sesuai dengan apa yang sudah dirancang oleh guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak peranannya saja.

b. Prinsip Pembelajaran

Bruce Well (1980) dalam Wina Sanjaya (2006 : 104), mengemukakan 3 prinsip penting dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk

menyediakan pengalaman belajar yang member latihan-latihan pemnggunaan fakta-fakta. Menurut Piaget, struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari ide dan menemukan sendiri. 2) Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan

situasi berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, social, dan logika. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, berat, dan lain lain. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra secara langsung. Yang kedua adalah pengetahuan social, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu system social atau hubungan antara manusia yang dapat mempengaruhi interaksi social. Pengetahuan social tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi soseorang dengan orang lain. Ketika anak melakukan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangaun pengetahuan social dapat berkembang (Wadsworth, 1989). Yang ketiga adalah pengetahuan logika yang berhubungan dengan pengetahuan yang berhhubungan dengan berfikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi relasi atau penggunaan objek.

3) Dalam proses pembelajaran harus melihat peran lingkungan social. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan social dari temannya sendiri. Selama menjalani proses kehidupannya manusia tidak lepas dari masalah. Manusia yang berkualitas dan sukses adalah manusia yang mampu menembus setiap tantangan yang muncul. Jadi proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan kehidupan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan jika dalam suatu pembelajaran yang paling penting adalah prosesnya. Dengan proses pembelajaran yang terencana dan tersusun dengan baik makahasil belajar akan lebih optimal. Pembelajaran juga akan mengajarkan berbagai tipe pengetahuan seperti pengetahuan fisis, social, dan logika dimana setiap tipe pengetahuan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan proses belajar yang berbeda pula untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk itu guru dituntut untuk memahami

karakteristik setiap tipe pengetahuan agar dapat menyusun dengan baik proses pembelajaran yang akan diadakan. Selain itu yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah lingkungan social yang dihadapi oleh siswa nantinya. Semua proses pembelajaran harus diarahkan agar siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya kelak sesuai dengan situasi lingkungan social siswa. Jadi guru harus mampu membaca situasi lingkungan yang nantinya akan memberikan tantangan hidup bagi siswa, disini proses pembelajaran bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa namun juga harus memberikan contoh pengaplikasian ilmu yang siswa dapatkan untuk mengatasi tantangan-tantangan kehidupan nantinya.

c. Ciri-Ciri Pembelajaran

Adapun ciri-ciri pembelajaran dalam Wina Sanjaya (2006 : 107-110), adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran adalah Proses Berfikir

Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan (self regulated).

Menurut Bettencourt (1985) “pembelajaran berfikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi”.

Dalam proses pembelajaran La Costa (1985) “mengklasifikasikan mengajar berfikir menjadi tiga, yaitu teaching of thingking, teaching for thingking, dan teaching about thingking”.

2) Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.

“Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu menafsirkan abstrak dan simbolis. Cara

berfikirnya sesuai dengan tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detai dan fakta, fonetik serta simbolis”, (De Porter, 1992). Sedangkan cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal.

Jadi pembelajaran ditandai dengan proses individu memencari informasi dan pengetahuan melalui interaksi dengan individu lain maupun dengan lingkungannya. Proses pencarian informasi dan pengetahuan tersebut dilakukan oleh individu dengan memanfaatkan potensi otak yang dimilikinya.

Dokumen terkait