• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pembelajaran Konstruktif dan Produktif

Agar siswa mengalami pembelajaran yang konstruktif dan produktif maka perlu adanya (Wena, 2009):

1. keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran 2. siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang

sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan

3. siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama

4. pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Dalam penelitian ini, ketika pembelajaran berlangsung keterlibatan subjek siswa sangat tampak baik secara intelektual maupun emosional. Keterlibatan subjek siswa secara intelektual ini ditandai dengan subjek siswa mampu memberikan ide-ide untuk setiap permasalahan yang diberikan dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Keterlibatan yang lainnya secara intelektual, subjek siswa juga memberikan komentar/pendapat terhadap ide yang

telah muncul sebagai suatu pembanding dari ide tersebut. Sehingga dengan adanya ide-ide tersebut, terjadi suatu pemahaman yang lebih mendalam bagi keseluruhan subjek siswa. Sebagai contoh dalam pembelajaran tingkat umum. Ketika ada salah satu subjek siswa yang yang mengajukan/mengemukakan ide tentang hasil jawaban baik secara lisan atau tulisan namun itu dirasa kurang tepat, subjek guru memberikan kesempatan kepada subjek siswa lain yang ingin mengemukakan pendapat. Dari komentar yang diberikan itu dapat diketahui juga bahwa subjek siswa yang berkomentar juga dapat memberikan alasan dari komentarnya.

Dari ide-ide yang dimunculkan tersebut juga terjadi suatu negosiasi yang diciptakan antara subjek guru dengan subjek siswa maupun subjek siswa dengan subjek siswa yang lainnya. Dari negosisasi tersebut terjadi suatu pemahaman dari diri subjek siswa. Hal ini sempat terjadi pada pembelajaran pertemuan tingkat referensial, walaupun tidak semua ide yang muncul dalam pembelajaran tingkat ini menunjukkan adanya suatu nogosiasi. Namun ada ide yang menunjukkan hal tersebut. Ini terjadi di mana antara subjek siswa berusaha untuk mempertahankan ide tentang hasil jawabannya masing-masing dari konteks yang sedang dihadapi. Namun setelah itu diperolehlah suatu kesepakatan antara subjek siswa tentang ide tersebut.

Jika dilihat dari keterlibatan siswa secara emosional, keterlibatan tersebut juga sudah dapat tercipta. Hal ini ditandai dengan walaupun apa yang menjadi idenya itu salah, subjek siswa tidak langsung merasa minder atau malu. Di samping itu, subjek guru juga memberikan suatu apresiasi yang baik bagi subjek

siswa yang mengemukakan ide secara tepat maupun belum tepat. Oleh karena itu subjek siswa tetap tidak merasa canggung untuk mengemukakan idenya dan tetap percaya diri.

Di samping keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional, agar siswa mengalami pembelajaran yang konstruktif dan produktif, proses pembelajaran dalam penelitian ini juga telah mendorong subjek siswa untuk menemukan/mengonstruksi sendiri konsep yang sedang dihadapi. Pada penelitian ini, subjek siswa dikondisikan bekerja dalam kelompok untuk pembelajaran pertemuan pertama dan kedua. Hal ini dilakukan agar subjek siswa dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya dalam menyelesaikan soal/masalah yang diberikan oleh subjek guru. Dan apapun itu ide yang mereka hasilkan agar dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sedangkan untuk pembelajaran pertemuan ketiga dan keempat, subjek siswa telah dikondisikan untuk bekerja secara individu. Sehingga subjek siswa dapat belajar mandiri untuk mempertanggungjawabkan ide-idenya. Walaupun ada subjek siswa yang masih bingung dalam hal mempertanggungjawabkan idenya sendiri secara lisan. Sebagai contoh ketika subjek guru bertanya alasan dari subjek siswa yang mengemukan idenya secara tertulis karena idenya belum tepat. Subjek siswa yang bersangkutan belum bisa memberikan alasan dari ide tersebut.

Secara garis besar, subjek siswa nampak menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang dihadapi ketika subjek siswa mengikuti setiap proses pembelajaran yang bersangkutan. Pada pertemuan pertama, dapat diketahui bahwa peran subjek guru tidak begitu besar/tidak dominan ketika subjek siswa

menyelesaikan tugas yang diberikan pada saat itu. Subjek guru nampak jelas terlibat disaat melakukan koreksi. Di dalam pembelajaran tersebut, ide-ide yang dimunculkan oleh subjek siswa yang menggambarkan bahwa siswa menemukan/mengonstruksi sendiri terlihat pada ide cara memperoleh hasil pengukuran panjang, ide tentang posisi awal pengukuran. Hal ini dikarenakan subjek siswa menyelesaikannya sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau sesuai dengan strategi dan pengetahuan yang mereka miliki.

Pada pertemuan kedua, subjek guru membimbing subjek siswa dalam membangun suatu model yang nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dari model yang dibangun oleh subjek siswa, dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan oleh subjek siswa ada perbedaaan. Namun walaupun berbeda, strategi-strategi itu merupakan ide yang benar. Hal ini terdapat dalam ide cara memperoleh hasil jawaban dari maslah yang diberikan pada pembelajaran yang bersangkutan. Jadi ide yang dimunculkan subjek siswa sudah menunjukkan bahwa subjek siswa mengonstruksi sendiri konsep ataupun pengetahuannya.

Untuk pertemuan ketiga, subjek siswa membangun suatu konsep dengan modal yang telah mereka (subjek siswa) peroleh dari pembelajaran sebelumnya. Dengan konsep itu, subjek siswa dapat menyelesaikan masalah/soal yang sedang dihadapi. Dari konsep yang diperoleh tersebut, memunculkan ide yang berbeda-beda tentang cara memperoleh hasil.

Sedangkan untuk pertemuan keempat, subjek siswa telah menggunakan cara baku atau sesuai rumus yang ada untuk menyelesaikan soal/masalah yang

sedang dihadapi yaitu tentang hubungan antar satuan panjang. Jadi, subjek siswa langsung menggunakan konsep jika turun 1 tangga dikali 10 dan jika naik 1 tangga dibagi 10. Namun pada awalnya, subjek siswa masih mengalami kebingungan atau belum begitu paham ketika subjek siswa dihadapkan pada

pertanyaan subjek guru “jika turun tangga sebanyak 2 kali, dikalikan berapa”.

Subjek siswa mengira dikalikan 20. Ini berkaitan dengan ide siswa tentang cara memperoleh hasil konversi antar satuan panjang. Meskipun pada awalnya subjek siswa menanggapinya dengan suatu ide yang salah, lama-kelamaan siswa paham dengan penjelasan dari subjek guru.

Dokumen terkait