BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN
3. Pembelajaran Kontekstual
a. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual diperkenalkan oleh Center For
didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang merupakan penganut paham progresivisme. Berdasarkan penelitiannya, John Dewey menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Selain teori progresivisme John dewey, teori kognitif juga melatarbelakangi pembelajaran kontekstual. Teori kognitif menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan dikelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Dengan demikian, siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Pembelajaran kontekstual kemudian dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and
Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan
lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.24
b. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual berasal dari bahasa latin, yaitu ‘con’ dan ‘textum’ yang berarti mengikuti konteks atau dalam konteks. Jadi, secara harfiah kontekstual dapat diartikan:
1) Yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks.
2) Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan25.
Pengertian pembelajaran kontekstual berdasarkan pendapat beberapa ahli antara lain:
1) Depdiknas memberikan pengertian pembelajaran kontekstual sebagai berikut26:
24
Nurhadi, dkk, “Pembelajaran Kontekstual…”, h. 148
25
Pasca UNS, Kaedah Pembelajaran Sains, http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publish
a) Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
b) Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2) Johnson menyatakan bahwa “pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari”.
3) The Washington menyatakan bahwa “pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya untuk memecahkan seluruh persoalan dalam dunia nyata”.
4) TEACHNET (proyek yang dilakukan oleh center on education and
work at the university of Winconsin-Madison) menyatakan bahwa
“pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya”27.
5) Bandono menyatakan bahwa, “pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki
26
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengembangan Model Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 3
27
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya”28
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan awal dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan konsep yang dipelajari untuk kemudian diterapkan dan dijadikan bekal dalam menghadapi masalah-masalah pada kehidupan sehari-hari.
c. Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual
Kata kunci dalam pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi antara lain29:
1) Pembelajaran dunia nyata (real world learning)
2) Mengutamakan pengalaman nyata (siswa belajar dari mengalami dan menemukan sendiri)
3) Berpikir tingkat tinggi 4) Berpusat pada siswa
5) Siswa aktif, kritis, dan kreatif
6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan 7) Dekat dengan kehidupan nyata
8) Perubahan perilaku
9) Siswa praktek, bukan menghafal
10)Pembelajaran (learning) bukan pengajaran (teaching) 11)Pendidikan (education) bukan pengajaran
12)Pembentukkan manusia 13)Pemecahan masalah
14)Siswa akting, guru mengarahkan
15)Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan dengan tes
28
Bandono, “Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)”,
http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/
29
d. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Komponen pembelajaran kontekstual30 antara lain: 1). Konstruktivisme (constructivism). Siswa belajar sedikit demi
sedikit dari konteks terbatas lalu mengkonstruk sendiri
pemahamannya yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna
2). Inkuiri (inquiry). Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori kemudian dikembangkan untuk memahami konsep dan fenomena dengan keterampilan berpikir kritis.
3). Bertanya (questioning). Kemampuan bertanya akan melatih siswa untuk berpikir kritis danmemperoleh informasi.
4). Masyarakat belajar (learning community). Masyarakat belajar mendorong siswa untuk bekerjasama, berbicara, dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
5). Pemodelan (modelling). Pemodelan dilakukan untuk
membahasakan gagasan, mendemonstrasikan, dan melakukan yang ingin siswa lakukan.
6). Refleksi (reflection). Refleksi dilakukan untuk menelaah dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang telah dipelajari.
7). Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Penilaian sebenarnya dilakukan dengan menilai dan mengukur kemampuan serta keterampilan siswa dengan berbagai cara dan sumber yang dititikberatkan pada penerapan pengetahuan dan pengalaman.
e. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik pembelajaran kontekstual mencakup hal-hal di bawah ini, antara lain:31
30
Nurhadi, dkk, “Pembelajaran Kontekstual…”, h. 33 – 51
31
1). Membuat hubungan yang bermakna. Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
2). Melakukan kegiatan yang signifikan. Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan, yaitu pekerjaan yang bertujuan, berhubungan dengan orang lain, menentukan pilihan, dan menghasilkan produk yang sifatnya nyata
3). Belajar yang diatur sendiri. Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual atau berkelompok serta mampu belajar sambil berbuat.
4). Bekerjasama. Siswa bekerjasama dan guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok.
5). Berpikir kritis dan kreatif. Siswa dapat menganalisis, memecahkan masalah, membuat hipotesis, membuat keputusan, dan mengunakan logika.
6). Mengasuh dan memelihara pribadinya. Siswa memberi perhatian, memiliki harapan, memotivasi, dan memperkuat dirinya sendiri. 7). Mencapai standar yang tinggi. Siswa mengidentifikasi tujuan dan
memotivasi dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.
8). Menggunakan penilaian autentik. Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
f. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual mampu membuat siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran sains, matematika, dan lainnya karena mengaitkan dengan lingkungan siswa32. Center of
32
Deborah J. Tippin, “Implementing Contextual teaching nd Learning”, University of Georgia
Occupational Research and Development (CORD) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual yang disingkat menjadi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) sebagai berikut:33
1) Relating (relasi): belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman
hidup nyata.
2) Experiencing (pengalaman): belajar ditekankan kepada penggalian
(eksplorasi), penemuan, dan penciptaan.
3) Analysis (analisis): belajar dalam konteks pemanfaatannya.
4) Cooperating (kerjasama): belajar melalui konteks komunikasi
interpersonal.
5) Transfering (perpindahan): belajar melalui pemanfaatan
pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.