• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif berasal dari kata “Kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Belajar kelompok dalam sebuah kelas sangat membutuhkan suatu pengaturan dan pengelolaan kelas yang kooperatif, di mana siswa terbentuk dalam kelompok yang heterogen, maksudnya ialah siswa-siswi yang mempunyai berbagai tingkat kecerdasan.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

15

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasi bahan pelajaran (Isjoni, 2009:14-15).

Artzt dan Newman (dalam Nur Asma, 2006:11) medefinisikan pembelajaran kooperatif, adalah: “Cooperative learning is an approach

that involves a small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal”.

Artinya pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooper dan Heinich (dalam Nur Asma, 2006:12) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran yang melihat kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota

16

kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Lie (2004:12) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Konsep pembelajaran kooperatif telah mengubah paradigma pembelajaran yang selama ini memandang peran guru sebagai penyedia informasi dan satu-satunya sumber kebenaran menjadi paradigma bahwa guru sebagai fasilitator.

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.

Pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik, di mana terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:33-34), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Dalam pembelajaran kooperatif, kelompok belajar yang mencapai hasil belajar maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

17

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memanfaatkan kerja sama dalam kelompok yang heterogen, yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, di mana keberhasilan kelompok tersebut ditentukan oleh keaktifan dari masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif, karena dalam kegiatan kooperatif tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan mendorong temannya agar dapat memahami materi pelajaran dan berhasil dalam belajar.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Johnson (dalam Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok dalam pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Nur Asma (2006 : 12-14), yaitu :

1) Pencapaian Hasil Belajar

Model pembelajaran ini telah unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, dan dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik.

2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

18

latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling ketergantungan pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu untuk mencapai dan meningkatkan hasil belajar atau prestasi akademik siswa.

c. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa unsur-unsur yangsaling terkait satu dengan yang lainnya, seperti adanya kerja sama, anggotakelompok heterogen, keterampilan kolaboratif, dan saling ketergantungan. Roger dan David Johnson (Lie, 2002:32-35) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut :

1) Saling Ketergantungan Positif

19

setiap anggota kelompok, oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.

3) Interaksi Tatap Muka

Interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.

4) Komunikasi Antar Anggota

Karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.

Sedangkan Arends (dalam Nur Asma, 2006: 16-17) berpendapat bahwa ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

20

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bawa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif dapat mengkoordinasikan kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan tersebut peserta didik harus memiliki tujuan yang sama, tanggung jawab bersama, serta belajar bersama saat proses pembelajaran berlangsung secara berkelompok. Hal tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan efektivitas peserta didik dalam memberikan kontribusi di kelompoknya.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, menurut Ibrahim, dkk (Trianto,

21

2009:66-67). Dalam penelitian ini juga akan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif tersebut. Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajarannya :

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membantu kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah kooperatif di atas, model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dan dirancang khusus untuk mengajarkan matematika. Alasan menggunakan model pembelajaran TAI dalam penelitian ini adalah mendidik anak untuk belajar secara kelompok yang kemampuan anaknya berbeda-beda, sehingga anak dapat

22

memecahkan masalah secara sederhana dan belajar menghargai pendapat temannya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Dokumen terkait