• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pembelajaran kooperatif

1. Pembelajaran kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim.

Secara sederhana kata kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Isjoni, 2010)

Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Anita Lie (2004), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

25

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah.

Menurut Slavin (1985), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 - 6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaiaan strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial ( Isjoni 2010).

Jonhson & Johnson (1994) mengatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama

26

dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2010) Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompoknya. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooparatif untuk meningkatkan prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubunngan antarkelompok, Penerimaan terhadap teman sekelas

27

yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (slavin, 2009:8).

Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil belajar individual dibawa kekelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompoknya. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan.

b. Tujuan pembelajaran kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim, (Isjoni, 2010) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembanganketerampilan sosial.

28 1) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas Akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

29

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah – masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.

c. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Stahl (Isjoni,2010)adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif.

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni ( 2010) adalah; (a) setiap anggota memeiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

30

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur – unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (Isjoni2010) sebagai berikut:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Thompson, etal (Isjoni, 2010) mengemukakan,

pembelajaran kooperatif turut menambah unsur – unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6

31

orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pembelajaran koopertif yang diajarkan adalah keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2010) mengungkapkan tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif antara lain : a) saling ketergantungan positif, b) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, d) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, e) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan gurunya, dan f) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut: 1) Guru harus

32

mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran secara matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang telah ditentukan tidak melebihi batas.

Ketika pembelajaran kooperatif berlangsung guru harus berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana sekolah kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang terbuka

dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam

33

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya maka perlu ditambah. Penembahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan harus saling menghormati pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya.

Melalui teknik saling menghargai pendapat orang lain dan saling membetulkan kesalahan secara bersama mencari jawaban yang tepat dan baik, dengan cara mencari sumber-sumber informasi dari mana saja seperti buku paket, buku-buku yang ada diperpustakaan, dan buku-buku penunjang lainnya, dijadikan pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar serta

34

memperoleh pengetahuan tentang pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan semakain luas dan semakin baik.

2. TAI (Team Assisted Individualyization)

a. Pengertian TAI (Team Assisted Individualyization)

TAI (Team Assisted Individualization) adalah metode pembelajaran kooperatif yang dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual dan disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang hiterogen dengan latar belakang cara berfikir berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang menbtuhkan bantuan (Suyitno, 2002:9).

Menurut Slavin (2009:190) TAI dirancang untuk

memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual: 1) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan

pengelolaan rutin.

2) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktu untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.

35

3) Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya para siswa di kelas dapat melakukannya.

4) Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.

5) Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru.

6) Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek kemampuannya ada di bawah siswa yang dicek dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak menganggu si pengecek.

7) Progamnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tanabahan ataupun tim guru.

8) Dengan membuat para siwa bekerrja dalam

kelompok-kelompok kooperatif, dengan status sejajar. Program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap posistif terhadap siswa-siswa mainstream yang cacat secara akademik dan di anatara para siswa dari latar belakang ras atau etnik berbeda.

36

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki delapan komponen yaitu :

1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.

2) Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu.

3) Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus

dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6) Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

7) Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

37

8) Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

b. Unsur-unsur TAI (Team Assisted Individualyization)

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam TAI, menurut Robert E. Slavin (2010) adalah sebagai berikut.

a. Team (kelompok) Peserta didik dikelompokkan dalam

kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.

b. Tes Penempatan Peserta didik diberi tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok. c. Langkah-langkah pembelajaran

Menurut Slavin langkah-langkah dalam model

pembelajaran TAI (Saminanto, 2010) adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan

diselesaikan oleh kelompok siswa.

2) Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).

38

3) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).

4) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams). 5) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa

LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study).

6) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan

kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.

7) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.

8) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).

9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan

39

c. Kelemahan dan Kelebihan TAI ( Team Assisted

Individualyization)

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:

1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu

kelompok.

3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketarmpilannya.

4) Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam

menyelesaikan masalah.

Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:

1) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang pandai.

2) Tidak ada persaingan antar kelompok

Dokumen terkait