• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Eggen dan Kauchak merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011: 42). Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Suherman (2003: 259) mengemukakan cooperative learning atau pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para peserta didik meningkatkan nilai positif peserta didik dalam matematika. Pembelajaran kooperatif mencangkup suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para peserta didik bekerja secara kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi: (1) Para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa

mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai

(2) Peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil

atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.

(3) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

(4) Peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Langkah pembelajaran kooperatif (Suyatno, 2009: 52), adalah sebagai berikut:

(1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. (2) Menyajikan informasi.

(3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. (4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

(5) Evaluasi.

(6) Memberikan penghargaan.

2.1.4 Model Pembelajaran CIRC

CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif . CIRC adalah singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compositon. Pada dasarnya CIRC merupakan program komprehensif dalam pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa (Slavin 2005: 200). Namun, CIRC telah berkembang tidak hanya dipakai dalam pelajaran bahasa saja tetapi bisa juga digunakan dalam pelajaran matematika.

20

Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

(1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 peserta didik.

(2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik pada bidang tertentu.

(3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya

(4) Team study, yaitu tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya (5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja

kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas

(6) Teaching group, yakni memberikan tugas kelompok

(7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.

(8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok-kelompok

ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/ bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

Menurut Suyatno (2009: 68) sintak dalam pembelajaran CIRC adalah sebagai berikut :

(1) Membentuk kelompok heterogen 4-5 orang.

(2) Guru memberikan wacana sesuai dengan materi bahan ajar.

(3) Siswa bekerja sama saling membacakan, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan terhadap wacana kemudian menuliskan dalam lembar kertas.

(4) Presentasi hasil kelompok. (5) Refleksi.

Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005: 6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut.

(1) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

(2) Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok

22

(3) Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.

(4) Membantu peserta didik yang lemah.

(5) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk uraian atau pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini, sintak pembelajaran model CIRC dengan pendekatan open-ended yang digunakan adalah sintak menurut Sutarno (2010), adapun pembelajarannya dibagi menjadi beberapa fase:

(1) Fase pertama, yaitu orientasi

Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.

(2) Fase kedua, yaitu organisasi

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

(3) Fase ketiga, yaitu pengenalan konsep

Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.

(4) Fase keempat, yaitu publikasi

Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.

(5) Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi

Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Dokumen terkait