• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Pembelajaran Matematika

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan

siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2).

Dengan demikian, pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika (Suyitno, 2004: 2).

Menurut Depdiknas, sebagaimana yang dikutip oleh Sugiarto (2009:12) matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dalam pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pembelajar. Pembelajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together (Suherman, 2003: 12). Berdasarkan pemikiran tersebut maka

pembelajaran matematika harus mendasarkan pada pemikiran bahwa siswa yang harus belajar.

Tujuan pembelajaran matematika yang diuraikan di atas akan tercapai apabila guru mampu menguasai pembelajaran di dalam kelas. Dalam penguasaan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipelajari adalah menerapkan dengan jelas langkah atau proses pembelajaran yang dibagi dalam bagian-bagian kecil pembelajaran kemudian setiap bagian tersebut disusun berdasarkan urutan yang pasti atau hirarki (Saad, 2008: 209). Langkah-langkah pelaksanaan ketuntasan belajar menurut Guskey (dalam Saad, 2008: 218-219) adalah sebagai berikut.

1) Merencanakan untuk ketuntasan belajar Langkah :

a) Menentukan tujuan pembelajaran. b) Merancang tes formatif.

c) Mempersiapkan remidial dan aktivitas pengkoreksian. d) Merancang penyajian sumatif.

2) Melaksanakan ketuntasan belajar di dalam kelas Langkah :

a) Mengiformasikan siswa tentang tujuan dan langkah dalam pembelajaran.

b) Penerapan pembelajaran, meliputi : (1) mengajar dengan metode yang efektif;

(2) memberikan tes untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran; (3) memberikan tes dan remidial untuk siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar;

(4) memberikan banyak aktivitas kepada siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan memberikan remidial kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan.

c) Mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran.

2.1.3 Model Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya (Bobbi DePorter, 2000: 3). Quantum Teaching ini juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan

momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.

QuantumTeaching dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan Quantum learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi. Quantum Teaching bersandar pada konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkanlah dunia kita ke dunia mereka”. (Bobbi

Depoter 2000: 6). Maksud dari azas di atas adalah guru harus membangun jembatan autentik untuk memasuki kehidupan murid. Dengan memasuki dunia murid berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga murid dengan sukarela, antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.

Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya (Bobbi Depoter 2000: 5). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya atau kesuksesan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam pembelajaran Quantum Teaching, siswa yang merupakan komunitas belajar atau masyarakat mini agar supaya dalam belajar dapat optimal, terjadi umpan balik, tempat siswa mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh maka perlu mengorkestrasi kesuksesan melalui konteks. Konteks menata panggung dalam pembelajarn Quantum Teaching mempunyai empat aspek (Bobbi Depoter 2000: 5):

1) Suasana

Dalam suasana kelas anda mencakup bahasa yang anda pilih, cara menjalin rasa simpati terhadap siswa dan sikap kita terhadap sekolah serta belajar. Suasana pembelajaran penuh kegembiraan. Hindari suasana matematika kaku, dingin, dan menyeramkan. Guru menjadikan lingkungan kelas penuh dengan keakraban antara guru dan murid.

2) Landasan

Landasan adalah kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang memberi kita dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajarmatematika.

3) Lingkungan

Lingkungan adalah cara kita atau sekolah menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, hiasan kelas, musik dan semua hal yang dapat mendukung proses belajar matematika. Pengaturan meja ditata secara rapi dengan menggabungkan dua meja menjadi satu untuk diskusi kelompok, setiap kelompok beranggotakan empat orang untuk berdiskusi mengerjakan LTS.

4)Rancangan

Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi. Dalam arti informasi awal yang diperoleh siswa dalam mengenal konsep dan penjelasan pelajaran dari guru tentang konsep yang bersangkutan.

Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap (Bobbi Depoter dkk, 2000: 7)

1) Segalanya berbicara 2) Segalanya bertujuan

3) Pengalaman sebelum pemberian nama 4) Akui setiap usaha

5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Kerangka rancangan pembelajarn Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR (Bobbi depoter 2000: 10)

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “ Apakah manfaat bagiku (AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar". Dalam hal ini guru memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan praktek langsung dalam menyelesaikan masalah.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar bisa mencari rumus, menghitung, dengan alat bantu (media) siswa mendapat informasi (nama) yaitu dengan pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan siswa akan berarti.

4) Demontrasikan

Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Siswa diberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga siswa bisa menunjukkan dan menyampaikan kemampuannya telah di dapat, dialami sendiri oleh siswa. Dengan mendemontrasikan siswa akan mendapatkan kesan yang sangat berharga sehingga terpatri dalam hati.

5) Ulangi

Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “ Aku bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang materi pembelajaran akan menguatkan

koreksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu dari materi yang telah dialami siswa secara langsung, sehingga siswa akan selalu teringat dari materi dimensi tiga yang telah dialaminya.

6) Rayakan

Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan. Setelah siswa secara langsung bisa menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa saling memuji antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk tangan merupakan penghormatan atas usaha dan kesuksesaan mereka.

Dokumen terkait