• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Penilaian Hasil Pembelajaran Produktif Tatah Sungging

1. Pembelajaran Remedial

Program ini diperuntukan bagi siswa yang belum tuntas. Dikatakan belum tuntas adalah dikarenakan nilai yang diperoleh masih dibawah KKM. Sedang peserta didik yang nilainya belum melampaui KKM akan diberikan program remedial. Peserta didik yang nilainya dibawah KKM bukan berarti peserta didik yang bodoh, namun peserta didik ini membutuhkan pendekatan yang lebih intensif. Jika memungkinkan, pendekatan remedial ada baiknya dilakukan secara individual, supaya guru dapat lebih terfokus dalam menentukan remedial lanjutannya. Karena dalam kategori ini peserta didik memiliki karakteristik masing-masing dalam menyelesaikan permasalahan.Sehingga peserta didik dapat menyelesaikan kompetensi dasar hingga mencapai KKM.

Berdasarkan penelitian, di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta sudah melaksanakan program remedial ini, namun program remedial ini dilakukan tidak secara individu, melainkan secara keseluruhan. Sehingga jika nilai sudah melebihi batas KKM yang sudah ditentukan, program remedial ini sudah dikatakan selesai dan tuntas, meskipun cara perolehan nilainya guru tidak dapat memantau betul apakah peserta didik sudah benar-benar paham ataupun hanya hasil menyontek. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

sekolah, karena jarak antara ulangan yang satu dengan yang lainnya sangat berdekatan sehingga untuk melakukan remedial secara intensif akan menghabiskan banyak waktu.

2. Pembelajaran Pengayaan

Siswa yang tergolong dengan sangat tuntas yakni siswa yang hasil belajarnya melampaui nilai KKM. Jika KKM dari suatu mata pelajaran adalah 70, maka peserta didik yang mendapat nilai 90 sudah termasuk dari peserta didik yang sangat tuntas. Untuk peserta didik yang masuk dalam kategori sangat tuntas diberikan pengayaan, seperti proyek yang berkaitan dengan materi yang relevan, mengerjakan latihan yang lebih sulit dan kegiatan sejenis lainnya. Peserta didik dalam kategori ini juga dapat dijadikan sebagai tutor sebaya untuk membimbing teman yang membutuhkan.

Tujuan untuk membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusa, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk terus berpikir aktif, kreatif, dan inovatif. Terkadang ada peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan prakarsa, kreatifitas, partisispasi, kemandirian, minat, bakat, dan ketrampilan fisik.Program pengayaan pembelajaran berguna untuk mangantisipasi potensi lebih yang dimiliki oleh siswa tersebut. Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum.

Pengayaan yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta berupa pendalaman praktek kepada murid yang nilainya sudah diatas KKM untuk mengerjakan praktek dan membuat produk yang lebih rumit dan lebih terarah. Dimaksudkan terarah apabila sebelumnya peserta didik hanya membuat karya seperti yang disukai tanpa ada aturan yang tepat, kali ini dalam proses pengayaan peserta didik diberi tugas membuat produk yang standarnya disesuaikan dengan aturan dan objek.

Berdasarkan jenis analisis dan tindak lanjut hasil belajar siswa yang dikemukakan diatas dua diantaranya pelaksanaannya berjalan dengan baik di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta. Yakni pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan. Remedial yang di laksanakan di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta adalah remedial berupa tes ulang. Biasanya berbentuk tes uraian atau soal seperti tes sebelumnya. Untuk pembelajaran pengayaannya peserta didik yang nilaianya telah melampaui KKM diberi pendampingan khusus untuk mengerjakan kompetensi yang lebih rumit (Hasil Wawancara dengan Bapak Gunadi Winarno, S. Sn, Jum’at, 05 Juni 2015/ 09:00-11:00).

Dalam mata pelajaran produktif, peserta didik yang masuk dalam kategori ini diberi pengayaan berupa latihan-latihan dan praktek lanjutan untuk nantinya diarahkan ke Lomba Kompetensi Siswa (LKS). Beberapa diantara peserta didik yang berada dikategori pengayaan ini menjadi tutor sebaya. Yaitu teman membantu mengajar teman lain yang mengalami kesulitan dalam praktek tatah sungging. Hal ini selain bermanfaat untuk guru namun juga bermanfaat bagi peserta didik, karena bagi peserta didik yang menjadi tutor dia dapat belajar dari

pengalaman membantu temannya, bagi yang diajari menjadi lebih mudah mengerjakan tugasnya. Karena terkadang ada beberapa peserta didik yang merasa kurang aktif jika untuk konsultasi dengan guru karena takut salah.

Untuk melaksanakan sistem belajar tuntas masing-masing individu memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikannya. Karena masing- masing individu peserta didik mempunyai kapasitas yang berbeda. Sehingga untuk mencapai belajar tuntas, masing-masing individu juga mempunyai rantangan waktu pencapaian yang berbeda pula. Sedangkan untuk semester 2 ini, peserta didik maupun guru kelas XI kriya kulit mempunyai tugas diluar sekolah yang juga harus diselesaikan meskipun masih mempunyai tanggung jawab mengajar dikelas (Hasil Wawancara dengan Gunadi Winarno, S. Sn., Sabtu, 21 Februari 2015).

Jika pembelajaran tetap berjalan tanpa guru pengajar didalam kelas, maka pembelajaran didalam kelas juga tidak akan berjalan dengan efektif. Sehingga sistem belajar tuntas pun tidak terorganisir dengan baik. Hal ini masih menjadi satu kendala besar dalam mengimplementasikan penilaian hasil belajar siswa berdasar kurikulum 2013 meskipun banyak manfaat dan keuntungan dengan menggunakan sistem belajar tuntas ini.

Berdasarkan hasil analisa dilapangan, SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta mempunyai gedung yang sangat luas dan juga sumber daya manusia yang banyak dan beragam. Dengan memisahkan tempat teori dengan tempat praktek menjadikan peserta didik lebih konsentrasi dan lebih fokus dalam menjalani proses pembelajaran disekolah. Namun untuk di jurusan kriya kulit

sendiri, dengan jumlah pendidik 5 orang dan peserta didik yang berjumlah 96 orang, hal tersebut menjadikan pembelajaran yang kurang efisien. Jika setiap kelas diisi oleh 32 peserta didik, maka untuk proses pembelajaran pendidik tidak dapat mentransfer ilmu sama porsinya untuk masing-masing peserta didik( Hasil Wawancara dengan Gunadi Winarno, S, Sn., Selasa, 10 Maret 2015/ 09:00- 11:00).

Dalam mata pelajaran produk kulit tatah sungging, proses pembelajaran dibagi menjadi 2, yakni teori dan praktik. Untuk pembelajaran teori peserta didik mempunyai ruangan teori sendiri di bengkel kulit, yakni 2 ruangan. Namun untuk 3 kelas 2 ruangan ini kurang memadai untuk teori. Antisipasi dari jurusan kulit sendiri adalah dengan mengacak kelas teori sehingga tidak terjadi kekurangan ruang. Sedang untuk ruang praktek bengkel kriya kulit mempunyai 1 ruang praktek yang didalamnya terdapat 56 mesin jahit. Jadi ruang praktek tersebut digunakan pada saat menjahit dengan mesin. Sehingga pada saat pembelajaran tatah sungging ruangan masih menumpang pada ruang yang kosong atau sedang tidak difungsikan (Hasil Wawancara dengan Gunadi Winarno, S. Sn., Jum’at, 03April 2015/ 09:00-11:00).

Sehingga dari segi fasilitas tempat, untuk pembelajaran produk kulit tatah sungging kurang memadai. Namun baik pendidik maupun peserta didik tetap mengusahakan pembelajaran tetap kondusif dan tetap fokus dalam pembuatan produk tatah sungging. Sedangkan untuk bahan ajar, jika dari kurikulum 2013 ini bahan ajar masih berupa draft atau masih dalam bentuk rancangan. Rancangan yang sudah ada dari pusat adalah kompetensi dasar untuk mata pelajaran C3 dasar,

yakni dasar-dasar desain, dasar pengetahuan bahan, dan dasar ekonomi kreatif. Untuk mata pelajaran C3 pokok desain produksi kriya kulit yang meliputi alas kaki sepatu dan sandal, non alas kaki dan non busana, kulit perkamen tatah sungging, dan busana belum ada acuan kompetensi dasarnya.

Sehingga kelompok guru mata pelajaran kriya kulit di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta mengembangkan kompetensi dasar sendiri yang disesuaikan dengan peraturan menteri yang ada dan kurikulum 2013.Untuk modul dan buku pegangan siswa sendiri untuk mata pelajaran produk tatah sungging belum ada. Sehingga untuk mengantisipasi hal ini peserta didik maupun pendidik banyak mencari buku pedoman dari perpustakaan maupun secara mandiri. Hal ini juga menjadi salah satu pengaruh kurikulum 2013 berjalan kurang efisien di lapangan. Namun untuk mengantisispasi hal tersebut mata pelajaran tatah sungging diampu oleh guru yang benar-benar mengerti di bidang tatah sungging dan guru pembimbing mata pelajaran produk tatah sungging banyak mencari referensi dan sumber dari luar supaya dapat menambah wawasan mengenai produk kulit tatah sungging (Hasil Wawancara dengan Gunadi Winarno, S. Sn., Jum’at, 05 Juni 2015/ 09:00-11:00).

Analisis tindak lanjut dimaksudkan untuk menindak lanjuti bagaimana peserta didik akan diletakkan berdasarkan nilai yang telah diraih, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM. Dengan menindak lanjuti hasil penilaian peserta didik, guru dapat lebih fokus terhadap peserta didik apakah yang harus dilakukan peserta didik selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa di SMK Negeri 1 Kalasan sudah melaksanakan analisis tindak

lanjut berupa remedial dan pengayaan, sedang belajar tuntas dalam pelaksanaannya dilapangan masih mengalami beberapa kendala. Namun beberapa instrumen untuk merealisasikan tindak lanjut berupa belajar tuntas sudah diterapkan dilapangan, hanya tinggal melanjutkan dan menambahi apa yang perlu disempurnakan lagi. Sehingga dalam analisis tindak lanjut dengan menerapkan kurikulum 2013 ini guru pembimbing mata pelajaran di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta mengupayakan sesuai dengan apa yang di anjurkan dalam Permendikbud no. 104 tahun 2014, hanya saja masih perlu diolah dan dipersiapkan lagi.

Dalam penelitian ini, dapat ditemukan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penilaian hasil pembelajaran produktif tatah sungging kelas XI Kriya kulit semester genap yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta antara lain sebagai berikut;

a. Aspek yang diamati, berdasarkan aspek yang diamati SMK Negeri 1 Kalasan menerapkan penilaian yang telah disesuaikan dengan kurikulum 2013 yakni berupa 3 penilaian, yakni penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian ketrampilan. Berdasarkan penelitian dilapangan, ketiga penilaian menggunakan instrumen pendukung instrumen penilaian sikap kelas, instrumen tes tertulis berupa pilihan ganda dan tes uraian, instrumen penilaian proyek, dan penilaian unjuk kerja.

b. Dalam pelaksanaan penilaian di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta terdapat beberapa teknik yaitu penilaian sikap, penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, Ulangan Tengah Semester (UTS), dan Ulangan Akhir Semester (UAS).

2. Refleksi guru terhadap penilaian hasil pembelajaran produktif tatah sungging kelas XI kriya kulit di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta terdiri atas;

a. Remedial

Berdasarkan penelitian, di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta sudah melaksanakan program remedial ini, namun program remedial ini dilakukan tidak secara individu, melainkan secara keseluruhan. Remedial ini lebih terfokus pada penilaian pengetahuan dalam bentuk tes uraian. Sehingga jika nilai sudah melebihi batas KKM yang sudah ditentukan.

b. Pengayaan

Pengayaan yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta berupa pendalaman praktek kepada murid yang nilainya sudah diatas KKM untuk mengerjakan praktek dan membuat produk yang lebih rumit dan lebih terarah. Dimaksudkan terarah apabila sebelumnya peserta didik hanya membuat karya seperti yang disukai tanpa ada aturan yang tepat, kali ini dalam proses pengayaan peserta didik diberi tugas membuat produk yang standarnya disesuaikan dengan aturan dan objek. Pengayaan dilakukan dengan pembinaan peserta didikk untuk mengikuti Lomba Kompetensi Sekolah (LKS).  Program pengayaan pembelajaran berguna untuk mangantisipasi potensi lebih yang dimiliki oleh siswa tersebut. Pengayaan dilakukan agar pengalaman atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada guru pembimbing mata pelajaran di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman

sungging untuk lebih mempersiapkan instrumen penilaian secara matang supaya saat melakukan penilaian dalam mata pelajaran guru sudah siap dan penilaian yang dihasilkan menjadi lebih objektif.

2. Kepada SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta agar lebih mempersiapkan perencanaan pembelajaran dalam satu semester, supaya pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar EVALUASI PENDIDIKAN. Jakarta: Bumi Aksara.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: PT RajaGrafindo Persada.

Hamid, Moh. Sholeh. 2011. Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Haryanto, S. 1991. Seni Kriya Wayang Kulit. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Ilahi, Muhammad Takdir. 2012. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Izzaty, Rita Eka., dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.

___________. 2013. Dokumen Kurikulum- Kompetensi Dasar- Sekolah Menengah Kejuruan(SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Jakarta: Depdikbud.

___________. 2013. Model Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdikbud.

___________. 2013. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdikbud.

___________. 2014. Handout Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 SMK. Jakarta: Depdikbud.

Kusnandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan Ketigapuluhdua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pasaribu, I.L & B. Simandjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. ____________ Nomor 104 Tahun2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh

Pendidik Pada Pendidkan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Smith, Mark K., dkk. 2010. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

Soehardjo, A. J. 2005. Pendidikan Seni. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Sudarsono, Fx., dkk. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: UNY

Press.

Sugihartono., dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Sy dan Erliany Syaodih. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama.

__________. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2007. Penilaian Portofolio. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tabrani, Primadi. 2014. Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Uno, Hamzah. B. 2007. Model Pembelajaran- Menciptakan Proses Belajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

 

LAMPIRAN 

EVAL UASI HASI L BEL AJAR KRIY A KUL IT B ERBAS IS SEMESTER

GENAP TAHUN AJARAN

2015 P

ADA SISWA KELAS XI DI SMK

NEGERI 1 KALASAN SLEMAN Y O GYA K AR TA   berlaku di lapangan 

‐ Evaluasi hasil belajar  peserta didik yang   digunakan dilapangan  berbasis kurikulum  2013  ‐ Sebab permasalahan  yang muncul  dilapangan terkait   pelaksanaan evaluasi  hasil belajar  berbasis  kurikulum 2013 

hasil belajar 

‐ Studi lapangan terkait  penerapan evaluasi hasil  belajar berbasis kurikulum 2013  a. Observasi lapangan 

b. Menentukan latar belakang  permasalahan yang muncul  dilapangan 

c. Menentukan teknik dan  instrumen penelitian  d. Mengumpulkan data  e. Melakukan analisis data  f. Validasi data 

g. Membuat kesimpulan  berdasar data yang didapat  dari lapangan dan berbagai  sumber  Kalasan Sleman  Yogyakarta        ‐ Guru mapel DPK  tatah sungging  (bapak Gunadi  Winarno, S. Sn) dan  jajaran guru  pengampu  mapel  produktif di jurusan kriya kulit 

‐ Peserta didik kelas XI Kriya Kulit ra  ‐ Dokumen  ‐ Kepustak aan   

Kegiatan

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

Pra Lapangan

Survei

Pembuatan usulan

penelitian

Lapangan

Pengumpulan data

Pasca Lapangan

Analisis Data

Pembuatan Laporan

REDUKSI DATA

Berdasar hasil analisis,  penilaian hasil belajar siswa  kelas XI kulit melaksanakan  kurikulum 2013. Namun untuk 

pedoman dan bahan ajar  masih dalam bentuk draft  atau rancangan sehingga  belum berjalan optimal. 

Dokumen Penilaian Hasil  Belajar PD Kelas XI Jurusan  Kriya Kulit di SMK Negeri 1  Kalasan Sleman Yogyakarta  yang di Sinkronkan dengan  Pedoman Penilaian Berbasis 

Kurikulum 2013  Hasil Penelitian Mengenai 

Penilaian Hasil Belajar PD  di SMK Negeri 1 Kalasan  Sleman Yogyakarta pada  Kelas XI Jurusan Kriya Kulit 

- Catatan Lapangan - Hasil Observasi - Hasil Wawancara

- Dokumen-dokumen mengenai penilaian hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 kalasan Sleman Jurusan Kriya kulit Kelas XI

Draft yang diberikan dari pihak 

pengembang K13 digunakan sebagai acuan  pembuatan bahan ajar termasuk instrumen  penilaian hasil belajar siswa kelas XI kriya  kulit.

Beberapa instrumen penilaian sudah berjalan  dilapangan, namun ada juga yang masih belum  berjalan dilapangan dikarenakan beberapa  faktor, salah satunya adalah pedoman yang  belum valid. Juga dikarenakan jam efektif   pembelajaran yang kurang memadai. 

Berdasarkan hasil analisis penilaian hasil belajar di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta  bahwa kurikulum 2013 dilaksanakan dilapangan. Namun dikarenakan beberapa faktor, dalam  pelaksanaannya masih menemui hambatan dan kendala dilapangan. Seperti kurang 

efektifnya jam belajar hingga membuat terhambat berjalannya penilaian otentik. Serta  pedoman yang masih kurang valid dan kurangnya sumber pedoman sehingga membuat  berjalannya kurikulum 2013 saat ini masih terbatas dilapangan 

Informasi dari Wakabid Kurikulum di SMK Negeri 1 Kalasan  Sleman Yogyakarta bahwa sudah menggunakan kurikulum 2013.  Namun pedoman dan bahan ajar yang digunakan masih dalam  bentuk draft atau rancangan sementara

CATATAN LAPANGAN

(HASIL WAWANCARA)

1. Kondisi Fisik SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta

SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta yang terletak di dusun Randugunting, Tamanmartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibangun di atas tanah kurang lebih 1,6 hektar, dengan batasan-batasan sebagai berikut:

Sebelah selatan : Dusun Randugunting. Sebelah Timur : SMA Negeri 1 Kalasan. Sebelah Utara : Kantor Purbakala Bogem. Sebelah Barat : Dusun Bugisan.

SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta memiliki sarana dan prasarana di antaranya:

No Nama Ruang Jumlah

1 Ruang Kepala Sekolah 1

2 Ruang Aula 1

3 Ruang Majelis 1

4 Ruang Sidang 1

5 Ruang Tata Usaha 1

6 Ruang Kantor Guru 1

7 Ruang Staf Guru 7

8 Ruang BK 1

9 Ruang teori 33

15 Ruang OSIS 1 16 Ruang Bengkel 7 17 Mushola/Masjid 2 18 Kantin 4 19 Toilet 7 20 Tempat Parkir 4 21 Pos Satpam 2 22 Lapangan Upacara 1 23 Ruang Gudang 3 24 Ruang ISO 1

Sedangkan jurusan yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Kalasan Sleman Yogyakarta terdiri dari tujuh (7) jurusan, yaitu:

1. Jurusan kriya kayu 2. Jurusan kriya tekstil 3. Jurusan kriya logam 4. Jurusan kriya keramik 5. Jurusan kriya kulit

6. Jurusan akomodasi perhotelan 7. Jurusan jasa boga

Jumlah guru dan karyawan yang bekerja di SMK Negeri 1 Kalsan Sleman Yogyakarta sebanyak 103 orang yittu 81 guru tetap, 20 guru tidak tetap, 2 guru

2. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta adalah Kurikulum 2013. Berdasarkan wawancara bersama Wakil Kepala Sekolah di bidang kurikulum pada tanggal diatas, Kurikulum 2013 ini sudah berjalan 3 semester atau tepatnya 1,5 tahun digunakannya. Namun ada beberapa catatan terkait kurikulum 2013 tersebut:

a. Kurikulum 2013 tersebut memang sudah ditetapkan sejak tahun lalu, namun terkait administrasi sekolah seperti silabus, bahan ajar, buku pedoman guru dan siswa, media pembelajaran dan semacamnya masih dalam tahap penyempurnaan. b. Sejauh ini sekolah masih menggunakan draft silabus dari Pusat Pengembangan

dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dan baru akan dikaji ulang di tahun 2015 ini.

c. Selain dari draft yang diberikan oleh PPPPTK, SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta juga masih menggunakan bantuan dari bahan ajar kurikulum sebelumnya KTSP yang disesuaikan dengan kurikulum 2013.

d. Acuan sekolah juga masih berdasar SKN/SKKNI yang berlaku, dan juga berpatokan pada PERMEN yang ada sehingga berjalannya kurikulum 2013 menyesuaikan dengan peraturan yang ada meskipun masih meraba-raba.

Berdasarkan beberapa poin diatas, dapat disimpulkan bahwa SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta ini sudah menggunakan kurikulum 2013, namun masih dalam tahap perjalanan dan pendalaman. Dalam perjalanan ini kurikulum tidak serta merta langsung berjalan lancar dilapangan tanpa adanya hambatan. Kurikulum

normal dan seimbang tanpa menghambat siswa dalam menuntut ilmu. Selasa, 25 Februari 2015/ 07:00 – 11:00

• Observasi kelas

Pada hari ini untuk jurusan kriya kulit, khususnya pak Gunadi Winarno S, Sn. selaku guru khusus kriya kulit sekaligus kepala bengkel kriya kulit mengajar dikelas X dan XI kriya kulit. Namun bertepatan dengan diadakannya prakerin untuk kelas XI, maka hari ini saya hanya dapat mengamati 1 kelas saja. Pada hari ini mata pelajaran yang diajarkan adalah D3 (dasar-dasar desain). Jika diamati dari prosesnya, pembelajaran yang di ajarkan pada dasarnya sistem sama,

a. Mengucap salam. b. Absensi.

c. Memasuki inti pokok pembahasan.

d. Diskusi tentang pokok pelajaran yang dibahas bersama kelompok.

e. Presentasi masing-masing kelompok mengenai materi pelajaran secara subjektif/ berdasar pada asumsi masing-masing kelompok.

f. Penjelasan dari guru mata pelajaran yang sedang dibahas sebagai bahan pengevaluasi apakah hasil analisa masing-masing kelompok sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan atau belum.

Kesimpulan, pada tahap ini guru mengevaluasi atau mengumpulkan hasil kerja kelompok siswa sebagai dokumentasi dan juga memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan masing-masing dirumah.

kulit, yaitu bapak Gunadi Winarno, S. Sn. selaku guru mata pelajaran produktif kriya kulit dan juga selaku koordinator jurusan kriya kulit. Dari observasi ini, peneliti mendapatkan informasi sebagai berikut;

• Seperti yang dikatakan oleh pihak kurikulum, jurusan kriya kulit pun masih menggunakan draft yang diberikan dari pppptk.

• Dari kendala tersebut, sekolah tidak bisa banyak membantu dalam berjalannya penelitian ini dikarenakan landasan yang digunakan masih belum kuat, namun sekolahan akan berusaha sebaik mungkin untuk berjalannya penelitian dengan informasi yang apa adanya dilapangan.

• Pada dasarnya pelajaran produktif yang dilaksanakan di SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta terutama di kriya kulit tidak berbeda jauh dengan saat sekolah menggunakan ktsp antara lain:

1. Produk alas kaki sandal dan persepatuan.

2. Produk non alas kaki dan non busana (Konstruksi). 3. Produk kulit perkamen (tatah sungging).

4. Produk kulit busana (jaket dan rompi).

Keempat mata pelajaran produktif diatas dalam k 13 disebut sebagai KI-4.

Dokumen terkait