• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Latar Penelitian

6. Pembelajaran Seni Rupa di SMA N 2 Pati

Berdasarkan kajian teori yang memaparkan konsep pembelajaran seni rupa, diketahui bahwa pendidikan seni yang tepat untuk diterapkan pada sekolah umum termasuk juga SMA adalah pembelajaran seni rupa yang berkonsep pendidikan melalui seni. Dalam hal ini pembelajaran seni rupa yang ada di

sekolah berperan dalam mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman baik berupa pengetahuan kesenirupaan, pengalaman mengapresiasi karya seni rupa, dan pengalaman berkarya seni rupa. Sebelum masuk kepada bahasan mengenai bagaimana konsep pembelajaran seni rupa dalam pendidikan seni di SMA N 2 Pati, terlebih dahulu Bapak Budi Sulistiyono menuturkan sejarah pelaksanaan pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati dengan menyatakan bahwa, ada dua model pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati, yakni sebelum ada sertifikasi mengajar, dan sesudah ada sertifikasi mengajar. Sebelum adanya sertifikasi mengajar, pembelajaran seni rupa dilaksanakan dalam waktu yang sama dengan pembelajaran seni musik. Supaya pembelajaran seni dapat dikelola dengan baik, setiap siswa diberi kebebasan memilih salah satu Sub Mata Pelajaran Seni sesuai minat masing-masing. Dengan adanya kebijakan tersebut, pelaksanaan pembelajaran seni rupa dan seni musik dilaksanakan dalam waktu yang sama di tempat terpisah pada setiap pertemuan pembelajaran seni. Masing-masing sub pembelajaran seni yang telah dipilih siswa diberikan selama empat semester yakni mulai kelas satu semester awal, hingga kelas dua semester akhir. Kebijakan ini memberikan waktu yang sangat cukup bagi Bapak Budi Sulistiyono untuk menyampaikan seluruh materi pembelajaran seni rupa termasuk beberapa materi kreasi yang bersifat ekspresif seperti halnya berkarya sketsa, ilustrasi, poster, dan lukis kanvas kepada siswa.

Setelah adanya sertifikasi mengajar, tiap sub Mata Pelajaran Seni Budaya baik seni rupa, musik, tari maupun drama mengalami pemecahan jam pembelajaran. Sebagai konsekuensinya, siswa SMA N 2 Pati dituntut untuk

memperoleh semua jenis pembelajaran seni yang ada dalam waktu yang berbeda. Sehubungan dengan hal ini, turun kebijakan yang mewajibkan seluruh siswa kelas X untuk mengikuti pembelajaran seni musik, sedangkan seluruh siswa kelas XI hingga kelas XII semester ganjil mengikuti pembelajaran seni rupa. Selain itu, siswa juga diberi kebebasan mengikuti ekstrakurikuler tari ataupun drama. Dengan dialokasikannya waktu sebanyak tiga semester untuk pembelajaran seni rupa, maka pembelajaran seni rupa setelah ada sertifikasi mengajar mengalami persempitan waktu dibanding sebelum ada sertifikasi mengajar sehingga pemberian materi dibatasi supaya lebih fokus kepada tujuan kurikulum.

Berdasarkan kajian teori mengenai pengembangan KTSP, diketahui bahwa tiap-tiap Satuan Pendidikan atau sekolah memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, dalam pemilihan materi pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati, Bapak Budi Sulistiyono selaku guru menuturkan bahwa guru memiliki kewenangan mengembangkan kurikulum atau menentukan materi apa saja yang akan diberikan kepada siswa dengan tetap berpegang pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap jenjang kelas. Demi tercapainya tujuan kurikulum dalam keterbatasan waktu, Bapak Budi Sulistiyono lebih memilih untuk mengembangkan materi seni rupa ke arah apresiasi dan kreasi. Dalam hal ini, Bapak Budi Sulistiyono menuturkan bahwa dalam mengantarkan materi apresiasi maupun kreasi, terlebih dahulu siswa diberi pengetahuan / teori sehingga membantu siswa dalam melaksanakan praktek.

Jika dalam kajian teori otonomi pendidikan pada masing-masing sekolah diberikan dengan catatan tetap berpegang pada SK dan KD dalam SI dan SKL, maka peran pendidikan seni rupa dalam membantu peserta didik mengembangkan multikecerdasan yang diantaranya berupa kecerdasan visual spasial, kreativitas, serta mengembangkan kecakapan hidup serta bagi penerusan jenjang pendidikan selepas dari bangku SMA menjadi tuntutan yang penting untuk dipenuhi dalam pendidikan seni rupa di setiap sekolah. Berkaitan dengan hal ini, Bapak Budi Sulistiyono mengungkapkan bahwa, meskipun nantinya kompetensi siswa yang diperoleh selama pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati tidak digunakan siswa pada penerusan jenjang pendidikan ataupun tidak ditujukan untuk membentuk siswanya menjadi seorang seniman, akan tetapi pembelajaran seni rupa di SMA N 2 Pati setidaknya mampu memberikan pengalaman yang dapat menjadi bekal siswa dalam menjalani hidup. Berdasarkan pernyatan Bapak Budi Sulistiyono, diketahui bahwa pemberian pengalaman dalam berkesenian rupa tetap menjadi orientasi utama dari pembelajaran seni rupa yang dilaksanakan di SMA N 2 Pati. 7. Menggambar Konstruksi Perspektif sebagai Materi Pembelajaran Seni

Rupa di Kelas XI IPA1 SMA N 2 Pati Tahun Pelajaran 2009/2010

Jika pada kajian teori diketahui bahwa otonomi pendidikan diberikan kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum dengan tetap berpegang pada SK dan KD yang tercantum dalam silabus, maka untuk menentukan kesesuaian antara aturan yang berlaku dengan praktek yang berlangsung di SMA N 2 Pati, peneliti melakukan pengamatan dan pembandingan antara silabus pusat / silabus terbitan Dinas Pendidikan Nasional dengan silabus yang dikembangkan guru

(terkait dengan pemilihan materi menggambar konstruksi perspektif sebagai materi pembelajaran untuk diajarkan di kelas XI Jurusan IPA semester dua).

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Budaya / Seni Rupa Kelas XI Jurusan IPA pada semester dua yang bersumber dari pusat, peneliti tidak menemukan KD menggambar perspektif secara eksplisit, tetapi peneliti mendapatkan KD menggambar teknik proyeksi sebagai salah satu bagian dari SK/KD seni rupa kelas XI IPA semester dua. Ketidaksesuaian yang ditemukan peneliti antara SK/KD Silabus Pusat dengan SK/ KD Silabus Sekolah semakin jelas setelah peneliti menemukan SK menggambar teknik prespektif untuk kelas XII IPA semester satu pada Silabus Pusat.

Setelah dilakukan wawancara dengan Bapak Budi Sulistiyono, diperoleh keterangan bahwa penyelenggaraan pembelajaran menggambar perspektif di kelas XI IPA semester dua, tidak lain adalah sebagai kebijakan Bapak Budi Sulistiyono selaku guru seni rupa di SMA N 2 Pati dalam pengembangan kurikulum yang tentunya harus menyesuaikan keadaan pembelajaran seni rupa dengan keterbatasan waktu setelah adanya sertifikasi. Kebijakan ini sengaja ditempuh selama menghadapi kondisi lapangan, yakni berkaitan dengan waktu pelaksanaan Ujian Nasional siswa kelas XII yang diajukan lebih awal dan banyak menyita waktu dari pada jadwal yang telah ditentukan dalam Kalender Pendidikan. Sebagai konsekuensinya, materi menggambar perspektif untuk kelas XII IPA semester satu tidak dapat diberikan secara intensif, sehingga waktu pelaksanaan pembelajaran menggambar perspektif diajukan untuk diajarkan di kelas XI IPA

semester dua. Supaya siswa tidak kesulitan dalam mempelajari gambar perspektif, sebelumnya Bapak Budi Sulistiyono telah memberikan materi menggambar teknik proyeksi pada siswa kelas XI IPA semester satu.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pemilihan materi pembelajaran menggambar konstruksi perspektif yang dilaksanaan pada seluruh kelas XI IPA di SMA N 2 Pati termasuk kelas XI IPA1, merupakan salah satu wujud dari otonomi sekolah dalam menjalankan kurikulum. Hal ini berkaitan langsung dengan wewenang guru Mata Pelajaran Seni Budaya / Seni Rupa dalam mengembangkan KTSP, serta kebijakan guru dalam menghadapi kondisi lapangan yang sering tidak sesuai dengan idealisme sebuah perencanaan. Dalam hal ini, meskipun penentuan materi dipertimbangkan sesuai SK dan KD yang telah ditentukan, alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran menggambar konstruksi perspektif mengalami pergeseran waktu sehingga pelaksanaannya satu semester lebih awal jika dibandingkan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam silabus pusat.

B. Perencanaan Pembelajaran Menggambar Konstruksi Perspektif di kelas