BAB II: LANDASAN TEORI
3. Pembelajaran tematik
a. Pengertian pembelajaran tematik.
Mamat Sb, dkk (dalam Andi, 2014:54) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran menjadi satu topik bahasan yang disebut tema. Sedangkan arti dari tema itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti menempatkan, selanjutnya kata tersebut berkembang menjadi “tema” yang berarti sesuatu yang telah ditempatkan (Gorys Keraf dalam Abdul, 2014:86).
Abd dan Hanun (2015:5) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik disebut juga pembelajaran terpadu sebagai terjemahan dari integrated curriculum approach, hal tersebut berarti pembelajaran tematik menggunakan tema tertentu dalam mengaitkan materi dengan pengalaman kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Rusman (dalam Andi,
2014:54) menegaskan bahwa dikatakan bermakna dalam pembelajaran tematik, dikarenakan siswa dapat memahami pengetahuan yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung, serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui.
Selanjutnya Andi (2014:56) menegaskan bahwa dalam pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa secara aktif, hal tersebut dikarenakan siswa tidak hanya didorong untuk belajar mengetahui, tetapi juga belajar melakukan, belajar untuk menjadi, serta belajar hidup bersama, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sekaligus bermakna bagi siswa.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran menjadi satu topik bahasan yang biasa disebut dengan tema, untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Beberapa mata pelajaran tersebut diikat dalam tema-tema tertentu, yang mana dalam prosesnya menekankan keterlibatan siswa secara aktif. Sehingga siswa akan belajar untuk menggali dan menemukan sendiri pengetahuannya, yang kemudian mengaitkannya dengan pengetahuan yang sudah mereka ketahui.
b. Landasan pembelajaran tematik.
Landasan pembelajaran tematik berdasarkan materi sosialisasi kurikulum 2013 oleh Kemendikbud, meliputi landasan filosofis,
landasan psikologis, dan landasan yuridis (Sa’dun, 2016:17). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Landasan filosofis. Sa’dun (2016:17), menyebutkan landasan filosofis pembelajaran tematik sebagai berikut:
a) Progresivisme, yaitu proses pembelajaran ditekankan pada pembentukan kreativitas, keterampilan, dan pengalaman siswa.
b) Konstruktivisme, dalam pembelajaran siswa
mengontruksikan sendiri pengetahuannya melalui
fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Hal tersebut berarti pengalaman siswa adalah kunci dalam pembelajaran. c) Humanisme, melihat siswa dari segi keunikan atau
kekhasannya, potensinya, dan motivasinya.
2) Landasan psikologis. Pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi perkembangan dan psikologi belajar siswa. Psikologi
perkembangan diperlukan dalam menentukan materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa. Sedangkan psikologi belajar berhubungan dalam hal bagaimana materi pembelajaran tematik disampaikan kepada siswa, serta bagaimana pula siswa harus mempelajarinya (Abdul, 2014:88). 3) Landasan yuridis, merupakan landasan hukum pelaksanaan
pembelajaran tematik untuk siswa Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang berkaitan dengan legalitas formal yang menjadi tumpuannya, terdiri atas:
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 31 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak (Abd dan Hanun, 2015:22).
b) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 9 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Andi, 2014:92).
c) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab V Pasal 1b yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Sa’dun, 2016:18).
c. Prinsip dan karakteristik pembelajaran tematik.
Trianto, dkk (dalam Andi, 2014:61) menyebutkan empat prinsip yang mendasari pembelajaran tematik, antara lain: penggalian tema, pengelolaan pembelajaran, evaluasi, dan reaksi.
Selain memiliki prinsip yang mendasar, pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan, hal tersebut disebutkan Abd dan Hanun (2015:22-24) sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang berpusat pada siswa.
2) Memberikan siswa pengalaman langsung. 3) Fleksibel.
4) Hasil pembelajaran berdasarkan pada potensi, minat, dan kebutuhan siswa.
5) Menggunakan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
6) Menyeluruh dan bermakna.
Berdasarkan prinsip dan karakteristik pembelajaran tematik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik merupakan penjabaran dari prinsip pembelajaran tematik. Hal tersebut terlihat dari adanya keterkaitan antara prinsip dan karakteristik pembelajaran tematik.
d. Manfaat pembelajaran tematik.
Sa’dun (2016:23-24) menyebutkan manfaat pembelajaran tematik, sebagai berikut:
1) Suasana kelas menjadi nyaman dan menyenangkan.
2) Mendorong siswa untuk belajar secara berkelompok dan bekerja sama dalam memecahkan masalah.
3) Mengembangkan keterampilan siswa dalam mengeksplorasi pengetahuannya dengan pengetahuan yang baru.
4) Siswa dapat mengaplikasikan langsung materi yang disampaikan guru dalam kehidupannya sehari-hari.
5) Guru dapat mewujudkan ketuntasan belajar siswa dengan berbagai variasi penilaian.
Berdasarkan manfaat pembelajaran tematik yang telah diuraikan diatas, berarti dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
memiliki beragam manfaat yang dapat diambil dan dirasakan. Manfaat tersebut dapat dirasakan, apabila pembelajaran tematik dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hal tersebut tidak lepas dari guru dalam menerapkan pembelajaran tersebut, karena berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran.
e. Rambu-rambu pembelajaran tematik.
Rambu-rambu pembelajaran tematik merupakan petunjuk yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik (Andi, 2014:110). Hal tersebut disebutkan Abd dan Hanun (2015:24-25), sebagai berikut:
1) Berdasarkan pada satu tema tertentu.
2) Penggabungan kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam silabus.
3) Pencapaian kompetensi dasar pada mata pelajaran tertentu tidak harus dicapai semuanya, karena kompetensi dasar yang tersisa dapat dibelajarkan pada tema lain atau disajikan secara tersendiri.
4) Menggunakan sumber belajar yang konkret yang memudahkan siswa dalam menyerap materi.
5) Tema dipilih sesuai dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.
Berdasarkan rambu-rambu pembelajaran tematik di atas, perlu untuk dijadikan perhatian guru sebelum merancang kegiatan pembelajaran tematik. Hal tersebut bertujuan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
f. Tahapan pembelajaran tematik.
Mamat SB, dkk (dalam Andi, 2014:111) menyebutkan tiga langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, meliputi pertama, menghitung waktu yang tersedia dan yang dibutuhkan untuk setiap kompetensi; kedua, menyusun materi secara urut dan logis sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai; dan ketiga, menyusun rencana pembelajaran.
Hal tersebut diperkuat Mamat SB, dkk (dalam Andi, 2014:111-117) yang menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran tematik secara umum melalui tiga tahap, yaitu:
1) Perencanaan.
Seorang guru harus memilih dan mengembangkan tema, tema dikembangkan ke dalam sub-subtema. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajarinya.
2) Pelaksanaan.
Tema yang telah direncanakan diterapkan pada
pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, Ma’as
pembelajaran tematik pada scientific approach meliputi lima kegiatan yang biasa disebut 5M, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
3) Penilaian.
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan pembelajaran tematik terdiri dari tiga tahap, meliputi tahap perencanaan yang selanjutnya diaplikasikan pada tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Sehingga guru harus memperhatikan setiap tahap yang dilakukan, karena setiap tahap tersebut dilakukan secara berkesimbungan.
g. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Abd dan Hanun (2015:26) menyebutkan kelebihan pembelajaran tematik, antara lain:
1) Menghemat waktu pelaksanaan pembelajaran, karena
pembelajaran tematik dilaksanakan secara terpadu dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran.
2) Pembelajaran diberikan dengan mengaitkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa. Hal tersebut menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
3) Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
4) Pengalaman yang didapatkan siswa sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan siswa, serta sesuai dengan minat siswa (Rusman dalam Andi, 2014:69).
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan. Abd dan Hanun (2015:26) menyebutkan kelemahan pembelajaran tematik, sebagai berikut:
1) Pembelajaran menjadi lebih kompleks, menuntut guru untuk mempersiapkan diri supaya dapat melaksanakannya dengan baik. Guru harus merancang pembelajaran yang akan dilakukan, serta menyiapkan fasilitas yang mendukung terlaksananya pembelajaran tersebut.
2) Penilaian yang rumit.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran tematik memiliki berbagai kelebihan, di samping itu juga memiliki beberapa kelemahan. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, semua pihak harus memperhatikan kelebihan maupun kelemahannya. Hal tersebut untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran tematik, karena dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya tidak menginginkan terjadinya hal-hal yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu pihak-pihak yang bersangkutan harus mengetahui kelebihan maupun kelemahan
pelaksanaan pembelajaran tematik, supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.
4. Metode pembelajaran problem solving dalam cooperative learning