• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Dan Penguatan Identitas Peranakan Arab Alawiyyin

Sumber : Analisis penulis, 2017

Pembentukan dan penguatan identitas pada peranakan arab Alawiyyin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kafa’ah yang berlaku dalam pernikahan, sisoalisasi keluarga, peran kelompok seperti majelis taklim, dan wilayah kampung

IDENTITAS

Pembentukan Konsep Diri Mengenai Kafa’ah

Pernikahan

Sosialisasi Keluarga Kampung Arab Condet Kelompok (Majelis Taklim

arab Condet. Kafa’ah yang berlaku dalam pernikahan membuat peranakan Alawiyyin memilih pasangan dari kelompok mereka sendiri, hal ini bertujuan untuk melestarikan keturunan mereka dan dengan cara ini identitas mereka terus diturunkan dari generasi ke generasi. Keluarga turut berperan dalam pembentukan dan penguatan identitas ini karena keluarga memiliki fungsi sosialisasi nilai-nilai dalam keluarga yaitu nilai

kafa’ah. Nilai kafa’ah terus direproduksi turun menurun pada setiap generasi baru

peranakan Alawiyyin.

Anak-anak mereka dijelaskan mengenai nilai kafa’ah ini secara langsung seperti yang dijelaskan sebelumnya kemudian orang tua juga dapat menjodohkan anaknya untuk mencegah peranakan mereka melanggar nilai kafa’ah. Jadi keluarga memiliki peran dalam mengkonstruksikan nilai kafa’ah sehingga terbentuk hakekat diri atau konsep diri pada peranakan Alawiyyin. Kelompok juga berperan dalam pembentukan dan penguatan identitas ini di mana kelompok Alawiyyin membentuk perkumpulan-perkumpulan kecil seperti majelis taklim. Misalnya majelis taklim Ba Alawy memiliki peran dalam mengingatkan para anggotanya untuk menjaga nilai

kafa’ah. Melalui kelompok mereka dapat terus memperkuat identitas mereka dengan

melakukan batasan pada kelompok luar. Kemudian wilayah kampung arab Condet juga menjadi penguatan identitas mereka di mana di tempat ini terdapat berbagai simbol peranakan arab Alawiyyin diantaranya adalah masjid Alhawi, makam Kramat Jati, toko-toko minyak wangi, dan restoran-restoran arab. Setiap simbol memiliki kenangan dan memori sendiri.

VI. Tantangan Pernikahan Endogami di Masa Kini dan Mendatang

Pernikahan endogami merupakan pernikahan yang sangat diatur oleh kelompok yang melakukannya. Pernikahan ini memiliki tantangan di saat ini di mana perkembangan kemajuan zaman yang membuat setiap kelompok berbaur satu sama lain dan mengalami pencampuran budaya. Peranakan Alawiyyin di Indonesia merupakan orang Indonesia keturunan Arab dari Yaman, Mereka memiliki dua identitas kultural di mana mereka menjadi warga negara Indonesia, tetapi identitas Arab telah lebih dahulu didapat dari migrasi leluhur mereka dari Hadramaut Yaman ke Indonesia. Hubungan peranakan Arab Alawiyyin dengan masyarakat Indonesia terjalin dengan baik karena mayoritas agama masyarakat Indonesia adalah islam sehingga mereka memiliki rasa solidaritas yang kuat dari segi keagamaan. Peran keluarga seperti orang tua sangat penting dalam mempertahankan pelaksanaan pernikahan endogami yang menjadi penanda identitas Arab mereka sehingga tidak hilang akibat perkembangan zaman. Beberapa daerah yang telah diketahui memiliki peranakan arab Alawiyyin yang mayoritas lebih mudah melaksanakan pernikahan endogami dari pada daerah yang minoritas karena lingkungan mereka lebih banyak dipengaruhi oleh sesama kelompok.

Kelompok baik dari keluarga maupun perkumpulan-perkumpulan kecil memiliki kekuasaan yang besar dalam mensosialisasikan nilai yang ada dalam kelompok. Oleh sebab itu, tidak heran jika daerah Condet kental dengan nilai dan tradisi arab karena nilai dan tradisi tersebut terus direproduksi kepada generasi keturunan mereka dan daerah ini merupakan tempat bermukim banyak peranakan

Alawiyyin. Peranakan Alawiyyin pada saat ini baik sayid maupun syarifah memiliki akses yang luas dalam menempuh pendidikan sehingga mereka lebih terbuka dan berpikiran moderat. Hal ini menjadi tantangan di mana mereka terutama syarifah menjadi sadar bahwa mereka terikat dengan aturan kelompok yang lebih membatasi mereka. Menghadapi hal ini ajaran agama menjadi solusi untuk memberikan pemahaman kepada syarifah bahwa mereka merupakan keturunan yang memiliki darah keturunan dengan nabi Muhammad SAW dan keturunan ini tidak akan putus hingga hari kiamat yang diriwayatkan oleh Baihaqi dalam sebuah hadist. Ajaran agama menjadi suatu yang mau tidak mau wajib dilaksanakan oleh pengikutnya.

BAB V

PENUTUP

I. Kesimpulan

Pernikahan endogami yang dilakukan oleh peranakan arab Alawiyyin merupakan sarana untuk membentuk dan memperkuat identitas mereka kepada anak cucu keturunan mereka. Sistem kekerabatan patrilineal yang mereka terapkan membuat hanya anak laki-lakilah yang dapat meneruskan keturunan mereka sehingga anak perempuan dalam kelompok mereka sangat dilarang untuk melakukan pernikahan di luar kelompok. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk mencegah hal itu terjadi diantaranya dengan melakukan perjodohan atau re arrange married dan melakukan social control dengan memberikan hukuman yang bersifat represif berupa pengucilan dan pengusiran dari keanggotaan kelompok. Pembentukan dan penguatan identitas mereka telah dilakukan sejak anak cucu keturunan mereka masih kecil melalui peran keluarga. Pembentukan konsep diri mereka diajarkan secara langsung oleh orang tua mereka melalui pemahaman mengenai kafa’ah.

Nilai kafa’ah dikonstruksikan secara sosial melalui sejumlah hadist yang berkaitan dengan kafa’ah. Selain keluarga peran kelompok juga penting karena melalui sesama kelompok nilai kafa’ah lebih mudah untuk disampaikan sehingga dalam berinteraksi dengan kelompok luar peranakan Alawiyyin memiliki batasan. Nilai kafa’ah pada awalnya merupakan simbol yang terbentuk dari interaksi antar

sesama anggota kelompok dalam upaya menjaga keturunan mereka, kemudian mereka saling memberi makna atas tindakan-tindakan mereka tersebut. Peran lembaga atau organisasi juga penting yaitu mencatat nasab atau keturunan Alawiyyin yang dilakukan oleh lembaga Maktab Addaimi sehingga keturunan mereka dapat diketahui secara jelas. Selain itu, identitas kelokalan juga berperan dalam penguatan identitas peranakan Alawiyyin di mana melalui tempat mereka dapat memberitahukan keberadaan mereka melalui beberapa objek di tempat tersebut yang menandakan ciri mereka. Pernikahan yang dilakukan peranakan arab Alawiyyin menjadi hal yang sangat penting bagi identitas mereka.

II. Saran

Pernikahan endogami yang dilakukan oleh peranakan arab Alawiyyin sudah menjadi suatu identitas yang melekat pada diri mereka sehingga alangkah baiknya kita dapat saling menghargai setiap ciri atau identitas yang ada pada setiap kelompok tanpa menghina satu sama lain. Dengan demikian kita dapat hidup di masyarakat dengan tenang dan damai dan tetap saling berbaur meskipun ada hal-hal yang tetap dibatasi untuk menjaga identitas. Setiap kelompok memiliki kewajiban untuk menjaga identitasnya masing-masing. Setiap kelompok memiliki cara dalam mempertahankan identitasnya sehingga sudah menjadi kewajiban bagi setiap anggota kelompok untuk mematuhi nilai-nilai yang ada di dalam kelompoknya jika tidak maka akan mendapat hukuman yang berlaku di dalam kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abd, Hammudah. 1977. The Familiy Structure in Islam. US: American Trust Publictions.

Abd, Rahman Gazhali. 2003. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Media.

Abdulsyani. 2002. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT Bumi Akasara.

Abdurrahman. 2012. Kunci Keberuntungan Seputar Keutamaan Nikah. Sukabumi: Ma’had Masyhad Annur.

Affandi, Bisri. 1999. Pembaharu dan Pemurni Islam di Indonesia. Jakarta: Pustakan Alkautsar.

Azis, Abdul. 2005. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Boxberger, Linda. 2002. On The Edge of Empire Hadhramawt, Emigration, and The

Indian Ocean, 1880-1930s. Albany: State University of New York Press.

Budiman, Arief. 1981. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT Gramedia. Castells, Manuel. 1997. The Information Age: Economic, Society and Culture :The

Power of Identity. Oxford UK: Blackwell, Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Halimah Alaydrus. 2014. Muhasabah Cinta: Menghadirkan Syurga dalam Rumah

Tangga. Jakarta: Wafa Production.

Hasan, Alidin. 2013. Mengenang Annasabah Habib Ali bin Jakfar Assegaf. Jakarta: El Batul Pulisher.

Kashima, Yoshinta. Foddy, Margaret. Michael J Platow. 2002. Self and Identity :

Personal, Social, and Symbolic. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Kuper, Adam and Kuper, Jesica. 2003. The Social Science Encyclopedia. London: Routledge.

Mansur, Zainuddin. 2001. Etnik Keturunan Arab dan Integrasi Nasional Indonesia. Depok: Ulinnuha Press.

Mubarok, Jaih. 2015. Pembaruan Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Muchdor, Umar. 1999. Tuntunan Tanggung Jawab Terhadap Ahlul Bait dan

Kafa’ahnya. Jakarta: Yayasan Nusantara.

Scott, John. Sociology The Key Concepts. Terj. Tim Penerjemah Labsos FISIP UNSOED. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Simamora, Sahat. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bina Aksara. Soekanto, Soerjono. 1973. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Bhratara.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja,

dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2014. Teori Sosiologi tentang Pribadi Dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sujarno dkk. 1999. Pemberdayaan Nilai Budaya dalam Rangka Mewujudkan

Keluarga Sejahtera di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Urry, John. 2000. Sociology Beyond Societies: Mobilities for The Twenty-First

Century. London: Routledge.

W. Lawrence. 2013. Metode Penelitian Sosial:Pendekatan Kualitatif dan Kuanitatif dalam Neuman. Jakarta: PT. Indeks.

White, James dan David Klein. 2002. Family Theories. California: Sage Publication, Inc.

Artikel:

Nuryani, Duwi. 2012. Latar Belakang dan Dampak Perkawinan Endogami di Desa

Sidigede Kabupaten Jepara. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Jurnal:

Azhari, Faturrochman. 2013. Motivasi Perkawinan Endogami pada Komunitas

Alawiyyin di Martapura Kabupaten Banjar dalam Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. 1, No. 2. Banjarmasin : IAIN Antasari.

Bachri, Bachtiar. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada

Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10, No. 1.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Bisri, Hasan dkk. 2007. Tajdid dalam Jurnal Ilmu-ilmu Agama Islam dan

Kebudayaan, Vol. 14, No. 1. Ciamis: Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Institut Agama Islam Darussalam.

Brenner, Philips S. Serpe, Richard T and Sheldon Stryker. 2014. The Causal

Ordering of Prominence and Salience in Identity Theory: An Empirical Examination dalam jurnal Social Psychology Quarterly, Vol. 77, No. 3.

Boston: American Sociological Assiciation.

Fachruddin, Chalida. 2005. Orang Arab di Kota Medan dalam Jurnal Antropologi

Sosial Budaya, Vol. 1, No 3. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Novitasari, Dian Wahyu. 2012. Keterbukaan pada Pasangan Arranged Married

Mengenai Dimensi Passion dalam Committed Romantic Relationships dalam

Jurnal Commonline,Vol. 4, No. 2. Surabaya: Universitas Airlangga. Pangestu, Indah Yuni dkk. 2013. Estetika Tari Zapin sebagai Sumber Penciptaan

Karya Kaki-Kaki dalam Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol. 1 No. 1.

Padang: Institut Seni Indonesia.

Rahmaniah, Ema. 2014. Multikulturalisme dan Hegemoni Politik Pernikahan

Endogami:Implikasi dalam Dakwah Islam dalam jurnal Walisongo, Vol. 22,

No 2. Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak.

Rohmat. 2010. Keluarga dan Pola Pengasuhan Anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. 5, No. 1. Purwokerto: STAIN Purwokerto.

Windarsih, Ana. 2013. Memahami Betawi dalam Konteks Cagar Budaya Condet dan

Setu Babakan dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 15, No. 1. Jakarta:

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Tesis:

Himmatul, Nanda. 2015. Pola Relasi Suami Istri dalam Perbedaan Status Sosial. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Undang-Undang:

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku I Hukum Perkawinan. Undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Website:

LAMPIRAN

Lampiran 2

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Aluyah Wawancara dengan Ibu Su’ud

Wawancara dengan Ibu Maryam Habib Alwi Pengurus Pesantren Alhawi

RIWAYAT HIDUP

Nurul Izzah. Lahir di Jakarta, 10 Januari 1996, merupakan anak ke empat dari empat bersaudara, dari orang tua Achmad Faiz dan Intan Fatimah. Mengawali pendidikan di TK Kasih Ananda, Kebon Kacang, Jakarta Pusat pada tahun 2000 sampai tahun 2001. Pada tahun 2001 hingga 2004 melanjutkan pendidikan di SDN 05 kemudian pindah pada tahun 2004 hingga 2007 ke SDN 11, Batu Ampar, Jakarta Timur. Tahun 2007 hingga 2010 melanjutkan pendidikan di SMPN 223, Kampung Gedong, Jakarta Timur. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 62, Kramat Jati, Jakarta Timur, jurusan Ilmu Alam pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Kemudian pada tahun 2013, melanjutkan pendidikan di Program Studi Sosiologi Pembangunan, Universitas Negeri Jakarta.

Selama masa perkuliahan mengikuti berbagai penelitian seperti di desa Kubang Puji, kabupaten Serang, Banten. Kemudian penelitian di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Kemudian penelitian di desa Karangsalam, Purwokerto dan di pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Kemudian penulis juga mengikuti program Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Global Inovasi Hijau di Seafast Center, Jalan Puspa No 01, Kampus ipb Dramaga, Bogor, dan Learning Center Agrisocio Cibanteng, Pabuaran Sawah RT/RW 04/04, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor selama empat bulan (September-Desember) 2016. Selama menjadi mahasiswa penulis juga mengikuti organisasi kampus yaitu Pusdima yang merupakan organisasi yang mendalami bidang penulisan. Penulis juga melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa dengan baik.