• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Islam 1.Pengertian dan Dasar Hukum Pemberdayaan 1.Pengertian dan Dasar Hukum Pemberdayaan

LANDASAN TEORI A. Prosedur Pemberian Pembiayaan

B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Islam 1.Pengertian dan Dasar Hukum Pemberdayaan 1.Pengertian dan Dasar Hukum Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan Menurut Parsons yang dikutip dari Suharto, adalah suatu proses dimana seseorang akan menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mampu memberikan pengaruh terhadap kejadian-kejadian, serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehdupannya.55

Sedangkan menurut Ginanjar Kartasasmita Pemberdayaan yaitu suatu upaya untuk membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang akan

54

Tim Penerjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Quran dan

Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 2002), h. 706.

55

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.58-59.

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan dengan memperkuat potensi yang dimiliki oleh masyarakat.56

Ekonomi masyarakat adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara swadaya mengelola sumber daya apa saja yang dapat dikuasai dan ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan keluarga.57

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah upaya membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi,dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki. Mengidentifikasi kebutuhan, menggali dan memanfaatkan sumber daya yang ada supaya masyarakat mencapai kesejahteraan hidup.

Dalam hal pemberdayaan ada terapi pemberdayaan yang secara konseptual tentang terapi dan langkah-langkah strategis pemberdayaan ekonomi umat Islam. Adapun terapi tersebut antara lain :

1) Mengadakan Sensus-Sensus merupakan upaya yang dilakukan guna memperoleh data yang akurat dan valid berkaitan dengan data warga atau anggota baik data kependudukan, data kepemilikan, data perekonomian, data sarana dan prasarana keagamaan, data harta kekayaan dan sebagainya.58

2) Pengembangan Teologi Kerja Nasional

56

Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan (Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo,1996), h. 145.

57

Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT (Yogyakarta: Aditya Media, 1996), h.1.

58

Mujiono Abdillah, Artikel Pemberdayaan Ekonomi Umat Muhammadiyah, (Semarang 199), h.3.

40

Islam sebagai pewaris pembaharuan sudah barang tentu menjadi agen pembangunan teologi kerja rasional. Sebab sistem teologi kerja rasional merupakan bagian integral dari paket pembaharuan Islam.Inti teologi kerja rasional adalah keyakinan sistematik bahwa keberhasilan suatu pekerjaan ditentukan oleh hukum kausalitas yang mengacu pada kaidah rasional. Adapaun implementasi operasional sistem teologi kerja rasional meliputi :

a) Semangat Kerja Tinggi

Mukmin sejati adalah mukmin yang memiliki semangat kerja tinggi. Tidak layak orang mangaku dirinya mukmin jika semangat kerjanya rendah. Sebab orang beriman mengedepankan azas prestasi kerja yang berkualitas prima. Disamping itu, Allah SWT sangat apresiatif terhadap orang yang memiliki semangat kerja tinggi dan amal sholeh.

b) Produktivitas Kerja

Tidak pantas seseorang mengatakan dirinya beriman jika tidak memiliki prinsip produktifitas kerja. Dengan kata lain, keberimanan seseorang diukur dengan parameter produktifitas kerjanya. Semakin tinggi produktifitas kerja seseorang maka semakin tinggi indikator keberimannya.59

Pernyataan teologis demikian didasarkan pada ayat teologi kerja rasional yaitu pada Al-Qur’an Surat Al-Hadiid ayat 20 yang berbunyi:

59

ِٜف ٞزُثاَنَذَٗ ٌُۡنََْۡٞت ُزُخاَفَذَٗ ٞحَِْٝسَٗ َٖٞ٘ۡىَٗ ٞةِعَى اَُّّٞۡذىٱ ُج َََٰ٘ٞحۡىٱ اََََّّأ ْآَََُٰ٘ي ۡعٱ

ِه ََٰ٘ ٍَۡ ۡلۡٱ

ٌَُّث ا ّٗزَف ۡصٍُ َُٰٔىَزَرَف ُجَِٖٞٝ ٌَُّث ۥُُٔذاَثَّ َراَّفُنۡىٱ َةَج ۡعَأ ٍثَُۡٞ ِوَثَََم ِۖذََٰى َۡٗ ۡلۡٱَٗ

اٍََٗ ُۡۚٞ ََٰ٘ ۡظِرَٗ ِ َّللَّٱ ٍَِِّ ٞجَزِف ۡغٍََٗ ٞذِٝذَش ٞباَذَع ِجَزِخَٰٓ ۡلۡٱ ِٜفَٗ ۖا َََٰٗطُح ُُُ٘نَٝ

ِرُٗزُغۡىٱ ُعََٰرٍَ َّلَِإ َٰٓاَُّّٞۡذىٱ ُج َََٰ٘ٞحۡىٱ

ٕٓ

Artinya :

“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini

hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan

yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani;

kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah

kesenangan yang menipu.”60

c) Profesionalisme Kerja

Manusia layak menyebut dirinya beriman jika memilki prinsip profesionalisme kerja. Sebaliknya tidak layak menyebut dirinya beriman jika memiliki prinsip kerja serabutan dan asal-asalan.

Rumusan demikian didasarkan pada Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 84 yang berbunyi :

ۡوُق

ِِٔرَيِماَش ََٰٚيَع ُوََ ۡعَٝ ّٞوُم

ۦ

ِت ٌَُي ۡعَأ ٌُۡنُّتَزَف

ٗلِٗٞثَس ََٰٙذَٕۡأ َُٕ٘ ََِۡ

٤٢

Artinya :

“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut

keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih

mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.”61

60

Tim Penerjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Quran dan

Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1995), h. 431.

61

Tim Penerjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Quran dan

42

Berdasarkan rumusan diatas bahwa parameter keberimanan seseorang ditentukan oleh tiga hal yakni kerja, produktifitas kerja, dan profesionalisme kerjanya.62

b. Dasar Hukum Pemberdayaan

Allah Swt berfirman dalam QS. Al- A‟ráf ayat 10 bahwa telah

menempatkan manusia di muka bumi dan telah menjadikan penghidupannya di dunia. Ayat ini kaitannya dengan tamkin

(pemberdayaan) adalah manusia telah diciptkan oleh Allah di bumi agar berusaha. Dasar hukum pemberdayaan yaitu pada ayat Al-Qur’an Surat

Al-A’raf ayat 10 yang berbunyi:

َُُٗزُن ۡشَذ اٍَّ ٗلِٗٞيَق َۡۗشِٞ ََٰعٍَ اَِٖٞف ٌُۡنَى اَْۡيَعَجَٗ ِض ۡرَ ۡلۡٱ ِٜف ٌُۡنَََّّْٰنٍَ ۡذَقَىَٗ

ٔٓ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di

muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)

penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”63

2. Prinsip Pemberdayaan

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan, yaitu :

a. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.

62

Mujiono Abdillah, Op.Cit., h.7.

63

Tim Penerjemah Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Quran dan

b. Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.

c. Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.64

Prinsip-prinsip yang mengatur ekonomi dalam masyarakat sangat diperlukan karena pentingnya penggunaan nilai-nilai moral islam dalam pemberdayaan umat guna untuk peningkatan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Dimana prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi Islam diantaranya yaitu :

1) Tauhid yang merupakan fondasi ajaran Islam. Karena kepada Allah kita akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.65

64

Najiati, Sri, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut (Bogor: Wetlands International, 2005), h. 52.

65

Adiwarman A.Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakart:,Raja Grafindo Persada,2010), h.35.

44

2) Kerja dan Produktivitas, pada hal ini manusia mewujudkan cita-citanya pemenuhan hidupnya baik kebutuhan jasmani maupun rohani adalah dengan bekerja. Kerja adalah mengerahkan segala kemampuan dan kesungguhan yang dikerahkan manusia baik jasmani maupun akal pikiran untuk mengolah kekayaan alam untuk kepentingan umat Islam.66

3) Keadilan Distribusi merupakan penempatan sesuatu pada tempatnya, membebankan sesuatu sesuai dengan daya pikul seseorang, memberikan sesuatu yang memang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang dengan dengan memakai konsep persaudaraan.

4) Kepemilikan, dalam Islam ada tiga model kepemilikan dalam Islam yaitu kepemilikan penuh, hak milik saja tanpa hak pemanfaatannya, dan hak pemanfaatannya saja.67

3. Tujuan Pemberdayaan

Terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu :

a. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha. b. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat

belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.

66

Yusuf Qardawi, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Robbani Pers,2001), h. 146.

67

c. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya. d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan

diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.

e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

f. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.68

Adapun tujuan pemberdayaan dalam ekonomi Islam, diantaranya yaitu:

a. Mengutamakan Allah dengan mencari kehidupan akhirat

b. Memperjuangkan kebutuhan hidup akhirat dan jangan melupakan nasibnya di dunia.

c. Mensukseskan ekonomi yang diperhitungkan Allah, berbuat kebajikan sebagaimana Allah berbuat kebajukan kepadamu.

d. Negara menyingkirkan kebinasaan (kekacauan) dan janganlah membuat kebinasaan.69

68

Mardikanto, Totok, CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggungjawab

Sosial Korporasi) (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 85.

69

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Jakarta: Kalam Mulai,1994), h. 232.

46

Dari tujuan tersebut dapatdisimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan ekonomi dalam Islam tidak hanya tertuju pada kehidupa akhirat semata melainkan kesuksesan ekonomi didunia juga agar terciptanya keseimbangan antara kemaslahatan dunia dan akhirat.

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerimaan manfaat yang dikehendaki.70

Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan suatu rangkaian rencana kegiatan yang mampu menghantarkan langkah menuju tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat mempermudah tujuan masyarakat dalam rangka peningkatan pembangunan berkelanjutan yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta pemberdayaan yang bertujuan untuk memperbaiki tarafhidup masyarakat.71

Ada lima program strategi pemberdayaan yang terdiri dari:72 a. Pengembangan sumberdaya manusia

b. Pengembangan kelembagaan kelompok c. Pemupukan modal masyarakat

70

Oos M.Anwas, Op.Cit, h.167.

71

Syamsuddin Abbas, Pengembangan Sumber Daya Manusi (Jakarta :Departemen Pertanian, 2002), h.3.

72

d. Pengembangan usaha produktif e. Penyediaan informasi tepat guna.

Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan. Penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5 P yaitu:

a. Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

b. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

c. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

d. Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya, pemberdayaan harus ammpu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

48

e. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.73

Adapun srategi pemberdayaan masyarakat, terdapat lima aspek penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat diantaranya yaitu:

a. Motivasi

b. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Kemampuan c. Manajemen Diri

d. Mobilitas Sumberdaya

e. Pembangunan dan Pengembangan Jejaring.

5. Manfaat Pemberdayaan

Dalam hal pemberdayaan masyarakat ada lima manfaat yaitu:

a. Peningkatan kesejahtaraan jangka waktu panjang yang berkelanjutan b. Peningkatan penghasilan dan perbaikan penghidupan di masyarakat

dan kelompok dengan penghasilan kecil

c. Peningkatan penggunaan sumber-sumber pengembangan secara efektif dan efisien

d. Program pengembangan dan pemberian pelayanan yang lebih efektif, efisien dan terfokus pelanggan

e. Proses pengembangan yang lebih demokratis.74

73

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Jakarta,Refika Aditama, 2014),h.67.

74

Totok Mardikonto, Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat

6. Tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang dilakukan, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh community woker, dan penyiapan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

b. Tahapan pengkajian (assessment)

Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian yang dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan

Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Tahap pemformalisasi rencanaaksi

Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

50

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.75

75

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora Pratama, 2001), h. 28.

51

A. Gambaran Umum Koperasi Syariah Baitut Tamwil Muhammadiyah