BAB I V REBOI SAS
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan manfaat sumberdaya hutan dan lahan secara optimal melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan sbb :
A. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas kelompok tani dalam penyelenggaraan RHL, baik aspek teknis, kelembagaan maupun aspek administrasi.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui kegiatan : 1. Pelatihan
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap masalah teknis, kelembagaan dan adminitrasi kegiatan RHL. Dengan demikian terdapat 3 (tiga) kelompok pelatihan, yaitu pelatihan teknis, kelembagaan dan pelatihan administrasi. Pelatihan diberikan kepada semua pelaku RHL, yaitu unsur masyarakat, unsur pendamping dan aparatur pelaksana kegiatan. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Kota, LSM dan lembaga lain yang terkait.
a. Pelatihan teknis
Pelatihan teknis dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap teknis RHL, yang meliputi teknis perencanaan dan pelaksanaan RHL. Jenis–jenis pelatihan teknis antara lain : pemetaan partisipatif, perencanaan partisipatif, pembibitan, pembuatan dan pemeliharaan tanaman, konservasi tanah, dsb.
b. Pelatihan Kelembagaan
Pelatihan kelembagaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan kapasitas kelompok RHL. Jenis - jenis pelatihan kelembagaan antara lain : pembentukan organisasi dan kepengurusannya, penyusunan aturan kelompok (AD/ ART), dsb.
c. Pelatihan administasi
Pelatihan administrasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan administrasi kegiatan RHL. Jenis – jenis pelatihan administrasi
antara lain : Adminitrasi keuangan, administrasi kegiatan, administrasi pelaporan, dsb.
2. Pendampingan
Pendampingan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan kelompok pelaksana RHL dengan cara pengembangan kelembagaan, pengembangan kemampuan teknis dan administrasi, pengembangan usaha, pengembangan teknologi, perluasan akses pasar, serta pembinaan kelompok. Kegiatan pendampingan kelompok antara lain terdiri dari pengembangan organisasi kelompok, penyusunan rencana RHL, pelaksanaan kegiatan RHL, penyelenggaraan administrasi kelompok dan administrasi proyek dsb.
Kegiatan pendampingan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam mengelola dan mengembangkan kelembagaan kelompok
b. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam menyusun perencanaan RHL
c. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam melaksanakan kegiatan RHL
d. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam mengembangkan usaha RHL
e. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam pemecahan masalah
f. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam mengembangkan kerja sama dalam kelompok dan membangun jejaring kerja antar kelompok tani serta lembaga lain.
Pada dasarnya kegiatan pendampingan merupakan kewajiban pemerintah yang dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan pihak lain. Pelaksana pendampingan dilapangan antara lain :
a. Petugas Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) dan atau petugas kehutanan lainnya.
b. Perguruan tinggi, lembaga pengabdian masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau lembaga lain yang mempunyai kapasitas dan kepedulian dalam pemberdayaan kelompok RHL. 3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat menjadi pihak yang peduli terhadap kelestarian fungsi hutan dan lahan. Penyuluhan harus dilakukan secara berkesinambungan, karena perubahan perilaku tidak dapat serta merta terjadi, tetapi melalui proses yang secara umum terdiri dari tahu, mau dan mampu melakukan pelestarian hutan dan lahan melalui kegiatan RHL.
Sasaran penyuluhan adalah seluruh masyarakat yang hidup dan kehidupannya terkait dengan pelestarian hutan dan lahan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan RHL. Penyuluhan dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, antara lain latihan; kunjungan lapangan; ceramah; pameran; penyebaran brosur, leaflet dan majalah; kampanye; lomba; demonstrasi; temu wicara; diskusi kelompok; karyawisata dsb.
Penyuluhan dilaksanakan oleh Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) dan atau Petugas Kehutanan lainnya.
B. Pengembangan Kesempatan Berusaha
Kegiatan RHL dilaksanakan dengan prinsip memanfaatkan kemampuan lokal seoptimal mungkin. Penggunaan bahan–bahan semaksimal mungkin menggunakan bahan yang tersedia di lokasi dengan ketentuan sesuai dengan persyaratan teknis yang diperlukan.
Masyarakat setempat harus ditempatkan sebagai subyek dan stakeholder utama dalam pelaksanaan RHL, sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab pada kelompok masyarakat.
C. Pemberian Akses Legalitas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/ Menhut-I I / 2007 tentang Hutan Kemasyarakatan memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk mendapatkan akses legal dalam mengelola hutan secara lestari dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (Hkm). Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan kapasitas dan masyarakat setempat dalam mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat.
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang lokasi secara teknis memenuhi ketentuan bagi penyelenggaraan HKm, sebaiknya diberikan fasilitasi untuk mendapatkan I jin Usaha Pengelolaan HKm agar masyarakat setempat mendapat kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraannya serta kelestarian fungsi hutan dapat terwujud.
D. Pemberian I nsentif
Kegiatan RHL sangat terkait dengan keberadaan masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Peranserta masyarakat tersebut harus didorong secara berkelanjutan, agar kegiatan RHL benar – benar dapat menjadi tanggungjawab bersama oleh para pengelola lahan sehingga dapat mengurangi beban pemerintah. Salah satu upaya untuk mendorong peran serta masyarakat tersebut adalah melalui pemberian insentif kepada kelompok masyarakat yang mempunyai kepedulian dan telah menunjukan keberhasilan dalam melaksanakan RHL.
Bentuk–bentuk insentif antara lain : pemberian penghargaan, anjangsana, karyawisata, pemberian kemudahan terhadap akses perijinan, bantuan permodalan dsb.
E. Pengembangan Kerjasama Antar Sektor.
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi produktif dalam kegiatan RHL, Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan melalui peran instansi terkait dalam program lintas sektor secara terintegrasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat pelaksana RHL yang secara nyata telah menujukan keberhasilannya.
Kerjasama antar sektor dimasudkan sebagai upaya untuk menggali potensi program pemberdayaan masyarakat yang berada di masing – masing sektor untuk dioptimalkan dalam pemberdayaan masyarakat peserta RHL.
Pengembangan kerjasama antar sektor dilakukan melalui koordinasi kerjasama secara terintegrasi yang difasilitasi pemerintah daerah. Dalam pelaksanaanya pemerintah daerah dapat dibantu oleh lembaga lain yang berperan sebagai fasilitator.
F. Pengembangan Akses Pasar
Akses pasar merupakan bagian yang sangat penting dari rangkaian kegiatan RHL. Kegiatan RHL harus dilaksanakan secara terpadu sejak dari pelaksanaan, pemeliharaan dan pemasaran hasil. Seringkali pemasaran hasil tidak direncanakan sehingga terjadi over supply atau tidak terdapat akses pasar. Pengembangan akses pasar dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :
1. Kegiatan promosi melalui berbagai media informasi
2. Kegiatan temu usaha antara petani dengan lembaga usaha 3. Membangun media informasi pasar
4. Melaksanakan kunjungan dagang antar daerah 5. Memfasilitasi kerjasama kemitraan.
G. Pengembangan Kemitraan Usaha
Pengembangan Kemitraan Usaha dalam kegiatan RHL adalah suatu bentuk kerjasama antara kelompok tani RHL dengan mitra usaha (perusahaan bidang kehutanan dan perusahaan lain) yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan, memperkuat dan saling menguntungkan. Unsur mitra usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) atau Koperasi. Kemitraan usaha ini sangat penting untuk peningkatan kesejahteraan kelompok tani RHL, karena kegiatan ini dapat memberikan kepastian usaha terhadap hasil – hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan RHL.
Untuk pengembangan kemitraan usaha ini diperlukan fasilitasi oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan lembaga lain yang mempunyai kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat.
BAB I X