• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I trust, yang berarti ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Dari pengertian singkat tersebut dapat simpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pembiayaan adalah kepercayaan, dimana dalam hal ini berarti bank memberikan kepercayaan seutuhnya kepada nasabah atau peserta pembiayaan untuk bisa menjaga atau melaksanakan amanah serta mengelola dana yang telah diberikan oleh bank kepada nasabah yang bersangkutan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati kedua belah pihak antara pihak perbankan dan nasabah.

Pada umumnya, prinsip pembiayaan pada bank syariah dapat terbagi kedalam 3 bagian, yaitu : Pertama, pembiayaan modal kerja syariah, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja agar dapat meningkatkan produksi, menambah keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place suatu barang. Pada umumnya, fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan perbankan ini bersifat jangka pendek yaitu dalam kurun waktu 1 tahun saja. Akan tetapi hal ini bisa diperpanjang apabila ada faktor tertentu yang menyebabkan perpanjangan harus diberikan(Karim, 2010: 234). Kedua, pembiayaan investasi syariah, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk dapat memenuhi kebutuhan barang-barang modal yang dibutuhkan oleh nasabah yang bersangkutan. Untuk pembiayaan jenis ini biasanya diberikan dalam jangka menengah dan jangka panjang. untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan, seperti pendirian modernisasi seluruh mesin dan teknologi, penggantian mesin dan peralatan lama, pabrik atau proyek baru, serta realokasi proyek baru yang lebih baik. Ketiga, pembiayaan konsumsi, yaitu pembiayaan yang

diberikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan perusahaan terhadap barang atau jasa, tetapi bukan digunakan untuk usaha (Karim, 2010: 244).

M. Syafi‟I Antonio (2001), dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu tugas utama dari perbankan ialah memberikan pembiayaan, dimana pembiayan tersebut merupakan pemberian fasilitas dana untuk nasabahnya demi memenuhi kebutuhan nasabahnya yang mengalami deficit unit.

Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1 Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau unit usaha syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan Pihak-pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan Ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.

2 Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

3 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang dan qardh. 4 Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

5 Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’.

Secara global berdasarkan tujuan penggunaannya, produk pembiayaan menurut hukum ekonomi syariah terbagi dalam empat kategori yaitu:

1 Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli (Ba‟i)

Prinsip jual beli (Ba‟i) adalah suatu prinsip jual beli yang dilakukan yang berhubungan dengan adanya perpindahan hak milik barang atau benda (Transfer Of Property), dimana tingkat keuntungan disepakati pada saat awal akad dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut:

a) Pembiayaan Murabahah b) Pembiayaan Salam c) Pembiayaan Istisna’

d) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah) 2 Berdasarkan prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut :

a) Pembiayaan Musyarakah b) Pembiayaan Mudharabah

3. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

Akad pelengkap biasanya digunakan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Namun, pada dasarnya akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meski demikian, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan sebuah akad. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:

a) Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) b) Rahn (Gadai)

c) Qardh (penyediaan dana tagihan) d) Wakalah (Perwakilan)

e) Kafalah (Garansi Bank)

Siringoringo (2012) menyatakan fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuang yakni, proses penghimpunan dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga untuk disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan kepada unit ekonomi. Salah satu saluran dimana intermediasi keuangan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan pada sektor keuangan dapat mendorong peningkatan pada tingkat tabungan masyarakat. McKinnon (1973) mengemukakan bahwa finacial deepening tidak hanya meningkatkan

produktivitas modal tetapi juga tingkat tabungan, sehingga mampu mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi perbankan secara eksplisit terlihat dari pembiayaan perbankan. Sejalan dengan semakin berkembangnya aktivitas perbankan dalam perekonomian, volume pembiayaan perbankan tentu akan terus meningkat. Kenaikan pembiayaan tersebut tentu akan mendorong permintaan agregat, baik melalui peningkatan konsumsi ataupun investasi.

Schumpeter melakukan observasi terhadap pasar financial sekitar 80 tahun tang lalu. Dia mengatakan bahwa pasar keuangan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dengan cara mempertemukan dana dari penabung ke peminjam dengan cara efisien untuk memberikan fasilitas fisik dan inovasi bagi proses perbaikan. Prediksi Schumpeter diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu seperti King dan Levine (1993) yang menemukan bukti bahwa financial development sebagai prediktor ekonomi pembangunan dan pengembangan produktivitas yang akan datang. Juga efektivitas kebijakan ekonomi berhubungan secara positif dengan sistem kerja pembiayaan.

King dan Levin (1993) lebih lanjut menunjukan hubungan antara perbankan dengan ekonomi makro dengan menyimpulkan bahwa pengaruh perbankan tidak hanya bersifat sementara saja, namun berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Berkembangnya sistem perbankan memiliki korelasi yang positif dan

hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan, investasi, dan efisiensi kapital. Adapun produk yang ditawarkan oleh perbankan islam pun cukup beragam dan tidak kalah dengan produk dari bank konvensional. Produk-produk yang terdalam dalam perbankan islam pun baik secara langsung dan tidak langsung mampu berperan dalam mengatasi permasalahan dalam ekonomi.

Dokumen terkait