• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan-pembiayaan Dalam Bank Syariah

LANDASAN TEOR

L. Pembiayaan-pembiayaan Dalam Bank Syariah

Penyaluran dana dalam Bank Konvensional dikenal dengan istilah pinjaman atau kredit, sedangkan pada Bank Syariah dikenal dengan istilah pembiayaan, namun pada prinsipnya adalah sama yaitu penyaluran dana dari bank kepada masyarakat.

a) Pengertian Pembiayaan

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),

pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual

beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau

pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ujarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

b) Macam-macam pembiayaan

Menurut Perwataatmaja dan Antonio (1992:21) ada tujuh macam pembiayaan, yaitu :

1) Pembiayaan Mudharabah

praktik-praktik investasi atas dasar bagi hasil Al Mudharabah yaitu

suatu perjanjian usaha antar pemilik modal dengan pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha bersama ini ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah.

(a) Landasan dasar syariah dari investasi bagi hasil Al Mudharabah

sama dengan landasan dasar tabungan dan deposito Mudharabah.

Dalam Surat Al Muzammul ayat 20 yang artinya :

“ Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah.”

(b) Tatacara bagi hasil usaha nasabah penerima pembiayaan investasi

Al Mudharabah dengan Bank Syariah :

(1) Bank menyediakan 100 % pembiayaan suatu proyek usaha. (2) Pengusaha mengelola proyek usaha tanpa campur tangan bank

namun bank mempunyai hak untuk tindak lanjut dan pengawasan.

(3) Bank dan pengusaha sepakat melalui negoisasi tentang porsi bagian untung masing-masing.

(4) Apabila terjadi kerugian bank akan menanggung kerugian sebesar pembiayaan yang disediakan sedang pengusaha menanggung kerugian tenaga, waktu, managerual skull serta

kehilangan nisbah keuntungan bagi hail yang akan diperolehnya.

2) Pembiayaan Musyarakah

(a) Praktik-praktik investasi atas dasar bagi hasil Al Musyarakah yaitu

suatu perjanjian usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing- masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakala terjadi kerugian, kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-masing.

(b) Landasan syariah dari investasi bagi hasil Al Musyarakah terdapat

dalam Al Quran dan Hadist. (1) Al Quran

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian mereka berbuat kezaliman kepada sebagian yang lain kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. (QS. AsShad :24).

(3) Hadist

Dalam Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh bahwa Risulullah telah bersabda : “ Allah telah berkata :’ Saya menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut’.” (HR.Abu Daud, menurut Hakim Hadist ini Shahih)

(4) Tatacara bagi hasil usaha nasabah penerima pembiayaan investasi Al Musyarakah dengan Bank Syariah :

i. Bank dapat memberikan fasilitas pembiayaan suatu proyek yang dianggap feasuble berdasarkan prinsip Al Musyarakah.

ii. Dalam skema pembiayaan ini bank dengan nasabah atau nasabah-nasabahnya menyetujui untuk memberikan kontribusi pembiayaan sesuai dengan proporsi yang telah disepakati bersama.

iii. Semua pihak termasuk bank mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam manajemen perusahaan. Demikian juga semua pihak berhak untuk menggugurkan hak tersebut. iv. Semua pihak melalui suatu negosiasi menyetujui nisbah

pembiayaan keuntungan usaha. Besarnya nisbah pembiayaan ini tidak semestinya harus sesuai dengan besarnya penyertaan modal masing-masing.

v. Seandainya terjadi kerugian dalam usaha maka masing- masing tidak bertanggung jawab kecuali sebatas besar penyertaan modalnya.

3) Pembiayaan Murabahah

(a) Praktik-praktik pembiayaan perdagangan atas dasar Al Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran

ditangguhkan. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang

diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi.

(b) Landasan syariah pembiayaan Al Murabahah terdapat dalam Al

Quran dan Hadist. (1) Al Quran

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba“.(QS : Al Baqarah :275)

(2) Hadist

Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rosululloh bersabda , “Tiga hal didalamnya terdapat keberkatan : jual beli sacara tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan unutk dijual.”(H.R. Ibnu Majah)

(1) Syarat-syarat Murabahah

(b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

(c) Kontrak harus bebas dari riba.

(d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

(e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.

4) Pembiayaan Al Bau Butsaman Ajul

(a) Praktik-praktik pembiayaan perdagangan atas dasar Al Bau Butsaman Ajul artinya pembelian barang dengan pembayaran

cicilan. Pembiayaan Al Bau Butsaman Ajul adalah pembiayaan

yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal.

(b) Landasan syariah pembiayaan Al Bau Butsaman Ajul terdapat

dalam Al Quran dan Hadist. (1) Al Quran

“ Hai orang-orang beriman janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (QS.An Nusa: 29).

(2) Hadist

Dari Suhaib r.a. bahwa Rosululloh saw bersabda tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan: jual beli sacara tangguh,

mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk

keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(H.R. Ibnu Majah) (3) Bentuk dan sifat pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil yang

dilakukan oleh Bank Syariah :

(a)Bank mengangkat nasabah sebagai agen bank

(b)Nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian barang modal atas nama bank

(c)Bank menjual barang modal tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bank.

(d)Nasabah membeli barang modal tersebut dan pembayarannya dilakukan secara mencicil untuk jangka waktu yang telah disetui bersama.

5) Pembiayaan Ijarah

(a) Praktik-praktik pembiayaan pengadaan barang atas dasar Al Ijarah adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk

mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama. (b) Landasan syariah dari pembiayaan ujarah terdapat dalam Al

(1) Al Quran

“ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ; Wahai Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja dengan kita karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja adalah yang kuat dan dapat dipercaya ”.

( Al Qashash)

(2) Sunnah

Dari Ibnu umar r.a. bahwa Rosullah SAW telah bersabda : Berikanlah upah (sewa) buruh itu sebelum kering keringatnya. (HR.Ibn Majah)

6) Pembiayaan Bau Takjuru

i) Praktik-praktik pembiayaan pengadaan barang atas dasar bau takjuru atau sewa beli adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri

dengan penjualan. Pembayaran sewa dalam kontrak ini telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian daripadanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur.

ii) Landasan syariah dari pembiayaan pengadaan barang atas dasar bau takjuru pada dasarnya sama dengan Al Ijarah.

7) Pembiayaan Al Qardhul Hasan

i) Praktik-praktik pemberian pinjaman tunai atas dasar Al Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar

kewajiban sosial semata dimana peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.

ii) Landasan syariah pemberian pinjaman tunai Al Qardhul Hasan :

(1) Al Quran

“ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. “(QS. Al Baqarah:24)

(2) Dari Ibnu Mas’ud r.a Rosulullah saw bersabda : “ Tidakkah seorang muslim meminjamkan dua kali kecuali sama baginya dengan memberi sekali”. (Hadist terdapat dalam sahih Ibnu Hibban).

iii) Bentuk dan sifat pemberian tunai Al Qardhul Hasan yang dilakukan oleh Bank Syariah.

Pada dasarnya pinjaman Al Qardhul Hasan diberikan kepada : (1) Mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka

pendek untuk tujuan-tujuan yang sangat urgent.

(2) Para pengusaha (kecil) yang kekurangan dana tapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik.

BAB III

Dokumen terkait