• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Proyek PLTMH Secara umum, risiko terkait lingkungan dan

sosial bagi Bank dapat dikelompokkan menjadi:

1. Risiko langsung

Bank dapat terkena risiko langsung lingkungan, misalnya terjadi ketika bank memutuskan untuk mengambil alih kolateral setelah peminjam gagal memenuhi kewajiban dan ternyata kolateral ini terkontaminasi dan melanggar lingkungan. Sebagai pemilik baru, maka bank menanggung risiko berupa biaya untuk membersihkan kontaminasi, belum lagi nilai kolateral yang mungkin akan turun setelah peristiwa pelanggaran.

2. Risiko tidak langsung

Risiko tidak langsung ini merupakan risiko yang dihadapi bank ketika peminjam proyek PLTMH terkena isu lingkungan dan sosial. Risiko-risiko yang dihadapi langsung oleh peminjam akan berdampak ke bank dalam bentuk risiko kredit dan juga risiko reputasi. Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum telah menentukan risiko operasional bank umum mencakup 8 risiko, yaitu:

1. Risiko kredit, yaitu risiko kegagalan pihak counter party dalam memenuhi kewajiban pada bank. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas, salah satunya aktivitas

pelanggaran lingkungan yang berdampak kepada gagal bayar.

2. Risiko pasar, yaitu risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio dan rekening administratif termasuk derivative akibat perubahan pasar yang meliputi faktor nilai tukar, suku bunga, harga saham dan harga komoditas.

3. Risiko likuiditas, yaitu risiko ketidak-mampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

4. Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem, atau kejadian eksternal yang berdampak kehilangan potensi memperoleh keuntungan

5. Risiko hukum, yaitu risiko akibat kelalaian bank yang dapat menimbulkan kelemahan aspek yuridis dalam menghadapi tuntutan hukum pihak lain.

6. Risiko reputasi, yaitu risiko suatu kejadian yang menimbulkan persepsi negatif terhadap bank yang mengakibatkan tingkat kepercayaan stakeholder menurun.

7. Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidak pastian dalam pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengatasi perubahan lingkungan bisnis

8. Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku.

BI memang belum memasukkan risiko lingkungan dan sosial secara khusus sebagai sebagai jenis risiko bank. Namun demikian, terkait dengan kebijakan pembiayaan proyek energi bersih seperti proyek PLTMH, risiko yang dapat diidentiikasi terkait dengan risiko lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) risiko, yaitu:

1. Risiko kredit

Terkait kegagalan debitur dalam membayar pinjaman dan bunga, yang dapat bersumber dari banyak hal misalnya faktor lingkungan, konstruksi, harga, maupun operasional.

2. Risiko hukum

Misal terkait kegagalan bayar debitur yang kemudian menyebabkan bank mengambil alih jaminan proyek. Ketika proyek tersebut melanggar hukum, misalnya terlibat pelanggaran peraturan lingkungan, maka pihak bank akan dihadapkan pada risiko hukum atas pelanggaran tersebut. 3. Risiko reputasi

Misalnya terkait dengan tuntutan masyarakat akibat pelanggaran aspek sosial dan lingkungan pada proyek PLTMH

Ketiga risiko tersebut bersumber dari risiko teridentiikasi dari risiko proyek PLTMH. Oleh karena itu penting bagi bank untuk memahami risko proyek PLTMH dan mitigasinya.

Tabel 4 berikut ini menguraikan risiko yang dapat terindentiikasi yang melekat pada proyek PLTMH. Risiko melekat ini akan menjadi sumber risiko bagi bank. Untuk setiap risiko teridentiikasi, akan dijelaskan juga contoh upaya mitigasi risiko tersebut.

No. Risiko Mitigasi

1. Risiko Desain dan Teknis:

- Studi kelayakan yang kurang akurat - Perhitungan hidrologi yang tidak benar

sehingga menyebabkan penentuan kapasitas investasi yang tidak benar

- Tidak ada akses ke lokasi proyek

- Studi kelayakan harus dilakukan oleh tenaga yang kompeten dan independen serta berpengalaman - Dapat dilakukan proses veriikasi oleh konsultan

independen dan berpengalaman terhadap studi kelayakan

- Kunjungan lokasi untuk veriikasi isik 2. Risiko Lingkungan dan Sosial:

- Proyek kurang memberi manfaat langsung bagi masyarakat

- Hilangnya atau berpindahnya sumber mata pencaharian

- Kurangnya penerimaan dari masyarakat lokal

- Merusak ekologi sungai

Berkurangnya aliran air ke sungai

- Evaluasi dampak sosial dan lingkungan wajib dilakukan

- Program monitoring terkait aspek sosial lingkungan harus diimplementasikan selama tahap konstruksi dan operasional

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro

No. Risiko Mitigasi

3. Risiko konstruksi:

- Gangguan tahap konstruksi dari cuaca, kondisi geologis, ketidak cukupan dana, kekurangan tenaga kerja, manajemen yang buruk, kontraktor yang kurang kompeten

- Cost overruns dan time overruns, yang akhirnya memerlukan tambahan pendanaan, biaya bunga yang lebih tinggi yang akan mengurangi keuntungan

- Model kontrak dengan kontraktor jika dimungkinkan berbentuk Turnkey project

- Performance bonds / guarantees dari kontraktor - Kapabilitas kontraktor harus diveriikasi dan

menggunakan referensi atau rekomendasi

- Pembayaran kepada kontraktor harus dilakukan berdasarkan dasar yang jelas dan diveriikasi oleh profesional dan independen

- Kontrak bersifat lump sum dengan kontraktor konstruksi atau pemasok lain dan memasukkan risiko kenaikan harga selama konstruksi; Pilihan lain (meskipun bukan solusi terbaik ) : persiapkan pembiayaan cadangan

- Penutupan asuransi wajib dilakukan untuk pekerjaan kontraktor dengan skema “all risk insurance”

4. Risiko keuangan - Kekurangan modal

- Kehilangan sumber pendanaan hutang bank

- Inlasi tinggi dan depresiasi kurs lokal - Pembayaran dari PLN macet atau tidak

dibayar

- Hasil dari proyek lebih rendah dari perkiraan

- Mengembangkan rencana pendanaan modal di awal

- Bekerja dengan pengembang yang memiliki pendanaan yang baik

- Studi kelayakan aspek keuangan yang valid - Pemahaman mendalam mengenai PPA

5. Risiko pendapatan

- Pemutusan kontrak PPA - Perubahan tarif

- Perubahan ketentuan pajak

- Analisa sensitivitas jumlah output listrik yang dihasilkan pada studi kelayakan

- Kajian PPA

- Restrukturisasi PPA 6. Risiko operasional dan pemeliharaan

- Debit air yang luktuatif - Potensi kehilangan daya

- Kurangnya dukungan masyarakat lokal

- Studi hidrologi dilakukan oleh pihak yang kompeten dan obyektif

- Studi kelayakan memasukkan analisis potensi kehilangan daya

- Interaksi dengan pemimpin agama dan masyarakat

- Program pengembangan pemberdayaan masyarakat

Tabel 4. Penilaian Risiko Proyek PLTMH dan Mitigasinya

Dari risiko teridentiikasi yang dibahas sebelumnya, bank perlu mengetahui faktor risiko apa yang memiliki bobot terbesar. Berdasarkan hasil survey yang diperoleh dalam studi literatur mengenai proyek PLTMH, berikut adalah bobot faktor risiko proyek PLTMH.

Gambar 7. Bobot risiko proyek PLTMH Sumber: Kucukali, 2011

Dapat dilihat pada bagan bahwa faktor risiko yang memiliki bobot besar adalah aspek lingkungan. Oleh karena itu, bank tidak dapat mengabaikan untuk memasukkan konsep ASRI ke dalam pendanaan proyek PLTMH.

Yang dapat dilakukan Bank terkait aspek risiko lingkungan dan sosial yang tinggi, yaitu:

a. Penentuan tarif bunga yang dibebankan dengan memperhatikan risiko lingkungan dan sosial b. Mendesain rencana monitoring kredit yang tanggap terhadap risiko lingkungan dan sosial c. Memasukkan aspek mitigasi risiko lingkungan dan sosial dalam perjanjian kredit (covenant) d. Menolak aplikasi pinjaman

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 8

Pentingnya

Monitoring Kredit yang

Dokumen terkait