• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informas

PS S1/S2 Jani Master, M.Si.

F. Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informas

4. hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan tinggi;

5. sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah, dan

6. penerimaan dari masyarakat lainnya.

Pelaporan PNBP dilakukan secara sentral, dikelola, dan diadministrasikan bendahara penerimaan, sedangkan sistem penggunaannya secara terdesentralisasi dikelola setiap unit kerja sesuai besaran alokasi dana yang diterima dan dikoordinasikan dengan bendahara pengeluaran dalam suatu tatanan bentuk pertanggungjawaban sesuai peraturan yang berlaku. Sumber keuangan yang diperoleh Unila setiap tahun dituangkan dalam dokumen resmi yang disebut Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai dasar dalam melaksanakan anggaran.

Sumber penerimaan dana Unila pada 2015 terdiri dari penerimaan realisasi anggaran sebesar Rp 470.998.531.976. Dapat dilihat bahwa jumlah sumber dana Unila selama tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi dengan penerimaan sumber terbesar diperoleh pada tahun 2011 sebesar Rp. 506.251.949.784. Penyebab fluktuasi penerimaan sumber penerimaan dana ini terutama adalah penerimaan sumber dana dari komponen Kementerian pusat yang ternyata merupakan sumber penerimaan dana terbesar, lebih dari 70% dan paling tinggi mencapai hampir 81% (2013) dari total dana setiap tahunnya. Penurunan penerimaan sumber dana hibah menyebabkan penurunan total sumber dana penerimaan, yang terendah pada 2011 (74,95%) sehingga total sumber dana 2011 pun terendah selama tiga tahun terakhir (Tabel 3).

Penerimaan dana dari sumber dana konvensional (Jasa Layanan Pendidikan) selama 3 tahun terakhir menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu besar hanya 1% per tahunnya. Peningkatan dana dari sumber konvensional ini terkait dengan adanya peningkatan jumlah mahasiswa dan pegawai serta aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh Unila. Selain itu, lewat Badan Usaha yang dimiliki oleh Unila, mulai 2010 telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1.013.638.100 meskipun mengalami sedikit penurunan ditahun berikutnya sebesar Rp924.872.100.

Tabel 1.8. Data Penerimaan Dana Universitas Lampung

Sumber

Dana Jenis Dana

Jumlah Dana (Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Mahasiswa Jasa layanan

pendidikan 93.683 100.206 108.102 301.991 PT Sendiri BUU - 1.014 925 1.938 Hak Paten - - - - Pendapatan Lainnya 2.491 2.280 1.066 5.836 Kemdiknas APBN 410.078 309.572 360.906 1.080.554 Total 506.252 413.071 470.999 1.390.321

Selanjutnya tampak bahwa sumber dana yang diterima Unila melalui APBN merupakan kontributor tertinggi sumber penerimaan dana di Unila, maka sudah sewajarnya bila Unila terus mempertahankan kemampuannya untuk mendapatkan sumber-sumber dana dari program- program hibah kompetisi baik itu untuk peningkatan capacity building, capacity institution, maupun kemampuan profesional dosen sebagai peneliti dan pelaksana pengabdian. Dalam hal ini, Unila harus memiliki program yang jelas untuk meningkatkan kompetensi SDM, baik staf akademik maupun pendukung akademik, sehingga dapat diberdayakan seoptimal mungkin baik sebagai agen untuk pengembangan dan peningkatan kompetensi institusi maupun sebagai agen pengembangan ilmu dan perubahan di masyarakat yang melalui aktivitasnya akan memberikan dampak terhadap kemampuan Unila sebagai perguruan tinggi yang otonom.

Sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU) Unila menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dilakukan per triwulan dan tahunan dilaporkan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jendral Perbendaharaan. Sedangkan Laporan Keuangan Unila berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disusun per semester dan per tahun.

Unila sebagai satuan kerja BLU melakukan pelaksanaan audit melalui lembaga audit eksternal dan internal. Lembaga audit internal dilakukan melalui Satuan Pengendalian Internal (SPI) dibentuk berdasarkan SK Rektor No 1281/UN26/KP/2011 yang bertanggung jawab kepada Rektor melakukan audit non akademik. SPI melaksanakan audit berpedoman pada Manual Mutu SPI dan Audit Charter SPI. SPI memastikan bahwa sistem dan prosedur pelaksanaan program/kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dengan ketentuan dan menjamin proses

pencatatan administrasi dan transaksi sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Unila juga Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) yang melakukan audit akademik. Selain itu audit internal juga dilakukan oleh pihak Kementerian pusat melalui Inspektorat Jenderal (Itjen).

Unila juga menggunakan pihak auditor eksternal yang terdiri dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang teregister di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Sejauh ini prestasi Unila mendapatkan predikat Opini Wajar tanpa Pengecualian (WTP) yang merupakan opini terbaik atas pertangungjawaban pengelolaan keuangan dari 2011 sampai 2015. BPK juga melakukan audit eksternal pada Unila. BPK melakukan pemeriksaan mencakup pemeriksaan keuangan, kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan Negara.

Di dalam melakukan pengawasan Pengelolaan keuangan Unila juga mempunyai 3 orang Dewan Pengawas yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 091/P/2012 tentang Dewan Pengawas pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU.

Pada dasarnya manajemen keuangan Unila berbasis satu pintu. Hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku saat ini, yaitu: (1) Undang- undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Meskipun dilakukan satu pintu, tetapi dalam hal penggunaan dana, kewenangannya tetap didesentralisasikan ke unit kerja. Perubahan mendasar lainnya yang diamanatkan kedua undang-undang tersebut antara lain adalah: (1) di Unila hanya ada 2 (dua) bendahara yaitu Bendahara Penerima dan Bendahara Pengguna dan (2) tidak ada lagi organisasi Proyek/Bagian Proyek, tetapi langsung dikendalikan oleh Rektor. Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Unila juga harus mentaati Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Beberapa dosen dan tenaga administrasi pengelola keuangan telah ada yang mendapatkan Sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa.

Dalam rangka pengelolaan dana yang efektif, transparan dan sesuai aturan keuangan yang berlaku, secara internal Unila telah melakukan monitoring dan evaluasi menggunakan sistem aplikasi berbasis website yang disebut Sistem Pelaksanaan Anggaran (SIMPAN

http://simpan.unila.ac.id). Dengan adanya aplikasi ini semua transaksi alokasi anggaran, realisasi anggaran serta daya serap perunit kerja dapat dipantau secara cepat, baik oleh pimpinan maupun pejabat terkait yang dapat diakses dari dalam maupun dari luar kampus.

Unila telah mengajukan perubahan status menjadi BLU sejak 2008. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU), adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan, pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.

Pengelolaan sarana dan prasarana yang dimiliki Unila sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab serta dikelola oleh Unila sendiri melalui beberapa unit. Pengelolaan sarana prasarana di tingkat universitas di bawah wewenang Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, di tingkat fakultas dikelola oleh Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, di PS pengelolaan dilakukan oleh ketua PS dan sekretaris PS. Di tingkat universitas dan fakultas, pemeliharaan, pengadaan dan perawatan terhadap sarana prasarana dilaksanakan oleh staf pendukung yang berada di Sub Bagian Rumah Tangga. Unila dalam proses pengelolaan prasarana dan sarana menggunakan sebuah sistem informasi yang dinamakan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Aplikasi ini digunakan untuk mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik negara.

Utuk pemanfaatan sarana prasarana, pada dasarnya Unila menganut sistemresource sharing artinya sarana prasarana yang ada di Unila dapat dimanfaatkan oleh segenap sivitas yang ada di Unila yang tentunya melalui prosedur tertentu yang telah disiapkan oleh masing-masing unit terkait. Meskipun belum sepenuhnya berjalan, sistem ini sudah mulai diimplementasikan pada tingkat fakultas di beberapa fakultas, bahwa tidak ada suatu ruang yang secara khusus pemanfaatannya menjadi hak PS tertentu. Namun pada level

F.3. Keberlanjutan pengadaan dan pemanfaatannya

universitas masih terkendala dengan tidak adanya sistem penjadwalan perkuliahan yang terintegerasi, sehingga pemanfaatan fasilitas masih dilakukan secara terpisah-pisah.

Dalam pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana, masih diperlukan perhatian yang besar untuk tetap menjaga dan meningkatkan kenyamanan dan keamanan penyelenggaraan pembelajaran sehingga suasana akademik tetap kondusif. Hal ini menjadi perhatian pengelola, mengingat keterbatasan dana yang ada dan banyaknya sarana dan prasarana yang harus dirawat.

Unila pada 2015 memiliki lahan seluas 864.697 m2, yang menyebar di beberapa lokasi di dalam dan di luar kampus seperti ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 1.9. Status Kepemilikan Lahan untuk Aktivitas Akademik Unila

No. Lokasi Lahan (Nama dan Nomor Jalan, Kota, Propinsi)

Status Penguasaan/

Kepemilikan Lahan*

Penggunaan Lahan Luas Lahan (m2)

1 2 3 4 5

1

3H714OPKC, Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Desa/Kel. Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas Lampung

Gedung kuliah dan

fasilitas pendukung 469.316

2

3H7160M20, Desa Way Mengaku, Balik Bukit, Lampung Barat, Desa/Kel. Way Mengaku, Kec. Balik Bukit, Kab. Lampung Barat, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Kebun Percobaan 200.000

3

3H716LM18, Kel Sukadanaham, Kec. Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung

Universitas

Lampung Kebun Percobaan 55.463

4

3H7150SUX, Desa Margarejo, Metro, Lampung Tengah. Desa/Kel. Metro, Kec. Metro Pusat, Kota Metro, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Kampus PGSD 42.250

5

3H80IXYNN, Desa Muara Putih. Kec. Natar, Kab. Lampung Selatan, Provinsi. Lampung

Universitas

Lampung Kebun Percobaan 32.522 F.5. Ketersediaan dan mutu gedung, ruang kuliah, laboratorium,perpustakaan, dan lain-lain

No. Lokasi Lahan (Nama dan Nomor Jalan, Kota, Propinsi)

Status Penguasaan/

Kepemilikan Lahan*

Penggunaan Lahan Luas Lahan (m2)

1 2 3 4 5

6

3H715EOSG, Jl. Panglima Polim. Desa/Kel. Segala Mider, Kec. Tanjungkarang Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Kampus PGSD 25.000

7

3H7141US1S, Jl. Soemantri Brojonegoro No.1, Desa/Kel. Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampjung

Universitas

Lampung Fakultas Kedokteran 11.209

8

3H714FLFU, Jl. Soemantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Desa Kel. Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Fakultas Kedokteran 10.000

9

3H713J76E, Jl. Laksamana Malahayati, Desa/Kel. Talang, Kec, Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Rumah Dinas 8.800

10

3H713350E, Kelurahan Gunung Mas, Desa/Kel. Kupang Teba, Kec. Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Rumah Dinas 4.720

11

3H715NKKR, Jl. Suprapto, Tanjung Karang, Desa/Kel. Tanjung Karang, Kec.Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Universitas

Lampung Lab Pendidikan 2.917

12

3H716D8WJ, Desa/Kel. Margasari, Kec. Labuhan

Meringgai, Kab. Lampung Timur, Provinsi Lampung Universitas Lampung Lahan Lampung Mangrove Center Unila 7.000.000

Fasilitas fisik gedung/ruang yang ada saat ini seluas 102.122 m², dengan rincian ruang kuliah 23.499 m²; laboratorium 16.697 m², perpustakaan 6.407 m², ruang kerja dosen 6.689 m², ruang administrasi 15.989 m², dan ruang lainnya 32.831 m². Fasilitas fisik berupa lahan yang ada di dalam Kampus Unila Gedung Meneng seluas 77,845 ha, di Kampus Jalan Panglima Polim, Bandar Lampung ada 4 ha, di Jalan Suprapto, Bandar Lampung (YP Unila) 2.300 m², dan 4 ha berada di Metro.

Kebun percobaan Unila tersebar di beberapa tempat yaitu di Natar, Lampung Selatan seluas 3,5 ha, di Sukadanaham, Bandar Lampung, seluas 5,5 ha (status hak milik) di

Tanjungan, Lampung Selatan seluas 100 ha (sedang diperpanjang hak guna pakainya), di Liwa, Lampung Barat, seluas 20 ha (hak guna pakai) dan hutan pendidikan di Gunung Betung, Bandar Lampung, seluas 1.000 ha (status tanah Hutan Pendidikan Taman Nasional Wan Abdurrahman, yang saat ini sedang diurus proses perpanjangan Hak Guna Pakainya). Serta lahan konsesi pengelolaan Hutan Pendidikan mangrove di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur seluas 700 ha.

Meskipun Unila memiliki lahan yang cukup luas untuk menopang proses belajar mengajar, namun banyak diantaranya belum dikelola secara produktif misal kebun-kebun percobaan yang luas di Lampung Barat dan Lampung Selatan. Tanah yang menganggur ini menyimpan potensi pendapatan yang sangat tinggi bila dikelola dengan baik. Di samping itu, untuk mengantisipasi lonjakan jumlah mahasiswa 4-5 tahun ke depan, Unila perlu menambah investasi tanah untuk pembangunan gedung perkantoran maupun gedung perkuliahan baru.

Dari segi peralatan laboratorium/bengkel/studio, terutama untuk PS eksakta, harus diakui kondisinya saat ini belum memadai; meskipun upaya penambahannya terus dilakukan dengan dukungan pendanaan dari berbagai sumber anggaran yang tersedia. Selain pada PS baru yang memang belum dapat disediakan peralatannya secara memadai; pada program studi yang lama pun, peralatan yang ada sudah mulai usang. Hal ini merupakan beban berat bagi Unila dalam hal memenuhi kebutuhan peralatan lab/bengkel/studio dan pemeliharaannya.

Unila telah memiliki jaringan lokal atau LAN yang menginterkoneksikan seluruh komputer yang ada dilingkungan Unila baik secara wired atau wireless. Unila telah meremajakan infrastruktur jaringan LAN dengan investasi 32,5 milyar dari APBN dan APBN- P untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur layanan pembelajaran. Jaringan internet Unila juga senantiasa ditingkatkan sampai kecepatan 200 Mbps pada 2014. Unila juga terhubung dengan jaringan Indonesian Higher Education Network (Inherent) guna menunjang sharing pengetahuan sesama perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, Unila juga menjadi 1 dari 7 Perguruan Tinggi yang tergabung dalam Indonesin Expands Global Development Learning Network (GDLN). Program GDLN yang digulirkan oleh Bank Dunia ini memberikan hibah perangkat video conference mutakhir yang bisa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Dengan demikian Unila telah memiliki fasilitas TIK yang sangat memadai guna menunjang kegiatan pembelajaran dan penelitian bagi seluruh sivitas akademika Unila. Unila juga

mendapatkan hibah dari Yokohama University berupa peralatan Interactive Multimedia System(IMS) untuk pembelajaran multimedia jarak jauh secara interaktif.

Peralatan bantu pembelajaran yang lengkap dan dalam jumlah memadai juga merupakan kebutuhan mutlak bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang berkualitas. Peralatan bantu pembelajaran tersebut meliputi: overhead, slide, dan infocus projector; wireless sound system, dan sebagainya, termasuk peralatan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mendukung pembelajaran berbasis IT seperti e-learning. Secara umum jumlah peralatan bantu pembelajaran di Unila terus meningkat dan dengan menggunakan prinsipresource sharingpemanfaatan peralatan tersebut dapat lebih optimal.

Sarana gedung Unila terdiri dari gedung perkantoran, gedung kuliah, gedung laboratorium dan gedung bengkel. Berdasarkan luas perkantoran yang dimiliki saat ini, maka rasio luas kantor terhadap tenaga administrasi rata-rata mencapai 1:3. Kondisi ini masih memungkinkan untuk melaksanakan tugas dengan baik bahkan masih ada seluas 1.000 m2 di Kantor Pusat Administrasi yang belum difungsikan secara optimal. Di lain pihak, kondisi gedung perkuliahan saat ini jika digunakan secara intensif dengan asas resources sharing dan pola terpadu (pengaturan waktu dan ruang kuliah) di bawah universitas masih cukup memadai karena rasio ruang kuliah terhadap mahasiswa adalah 1:0,97, sedangkan standar minimalnya adalah 1:0,85. Meskipun demikian, sebagian besar gedung perkantoran dan gedung kuliah sudah dimakan usia (berumur di atas 20 tahun) sehingga tidak layak lagi untuk digunakan kegiatan administratif atau kegiatan perkuliahan, bahkan akan membahayakan jiwa. Jadi, dengan mempertimbangkan jumlah total mahasiswa 4-5 tahun ke depan sebanyak 40.000 mahasiswa serta kurang layaknya bangunan perkantoran dan perkuliahan yang ada saat ini, maka dipandang perlu untuk merencanakan pembangunan gedung-gedung perkantoran, perkuliahan serta perlengkapan laboratorium baru.

Secara umum kinerja aspek sarana prasarana belum baik. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) peningkatan jumlah mahasiswa belum diikuti dengan peningkatan sarana prasarana, (2) perencanaan dalam penyediaan fasilitas ruang pendidikan terutama ruang laboratorium/bengkel/studio, dan peralatan bantu pendidikan belum berjalan dengan optimal, (3) alokasi pendanaan yang dibatasi untuk pengadaan peralatan laboratorium/bengkel/studio.

Pengelolaan sarana dan prasarana berupa kebijakan, peraturan, dan pedoman/panduan untuk aspek pengembangan dan pencatatan, penetapan penggunaan, keamanan dan keselamatan penggunaan, pemeliharaan/perbaikan/ kebersihan telah disusun dibawah koordinasi Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK). Keberlanjutan pengadaan dan pemeliharaan dilakukan menurut ketersediaan dana rutin yang dikelola institusi dan diusulkan oleh unit kerja melalui DIPA pada tahun sebelumnya.

Prosedur pelaksanaan pemeliharaan sesuai dengan aturan pedoman pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan admistrasi perkantoran, proses belajar mengajar, dan kegiatan kemahasiswaan yang berkaitan dengan prasarana gedung, ruang kantor dan ruang perkuliahan, ruang pusat dan ruang laboratorium dilakukan bersama-sama antara PS, Fakultas, dan BAUK. Fasilitas lain seperti fasilitas olahraga bersama, fasilitas penginapan dan fasilitas gedung serba guna di bawah koordinasi Badan Usaha Unila. Pemanfaatan fasilitas ibadah dilaksanakan oleh Badan Pengurus Harian (BPH) Masjid.

Pengembangan Sistem Informasi di lingkungan Unila mengacu padaroad mapSistem Informasi Unila (SIMILA) yang terangkum dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Strategis (Renstra) Unila. Sistem informasi di Unila bisa diakses lewat portal utamawebsiteUnila yaknihttp://www.unila.ac.id.

Sebagai pelopor pengembangan TIK sejak 1981, Unila telah menggunakan sistem komputer untuk pengolahan data akademis. Guna menunjang akses TIK di lingkungan Unila, sejak 1998 sudah dibangun jaringan lokal menggunakan serat optik yang menghubungkan seluruh gedung. Unila telah menginvestasikan biaya yang besar untuk peningkatan infrastruktur dan perangkat lunak sistem informasi sesuai master plan yang dimiliki oleh UPT Teknologi Informasi dan Komputer. Unila telah meremajakan jaringan lokalnya dengan kecepatan 1 hingga 10 Gbps dengan serat optik sebagai backbone yang menjangkau seluruh gedung di lingkungan Unila. Jaringan Internet Unila juga senantiasa ditingkatkan, terakhir menjadi 200 Mbps pada tahun 2014 dan akan terus di tingkat mengikuti kebutuhan.

TIK Unila dikelola oleh UPT Teknologi Informasi dan Komputer yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan kegiatan penyusunan, pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan pengendalian aset TIK yang dimiliki Unila. Untuk

F.8. Keberlanjutan pengadaan, pemeliharaan dan pemanfaatannya

perencanaan sistem informasi diserahkan kepada Bagian SIM (Sistem Informasi) dan Humas yang berada dibawah Biro Administrasi Perencanaan Sistem Informasi dan Kerjasama (BAPSIK). Analisa internal SI/TI yang berperan mendukung aktivitas akademik, meliputi penjabaran perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur jaringan yang digunakan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) dilingkungan Unila berfungsi sebagai:

1. wahana pengambilan keputusan bagi pimpinan (decision support system), 2. sebagai sumber daya informasi bagi sivitas akademika,

3. sebagai wahana pembelajaran dan pengajaran bagi dosen, 4. sebagai wahana pelayanan bagi pegawai, dan

5. sebagai wahana pengolahan data administrasi akademik.

SIM berperan sebagai infrastruktur organisasi dengan layanan lintas fungsi dan antar tingkatan. Sistem informasi berbasis TIK merupakan keharusan yang tak bisa ditunda lagi untuk diterapkan. Kompetisi antar perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Gambar 5 menunjukkan keterkaitan sistem informasi dilingkungan Unila yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.

Sebagian besar perangkat lunak Unila yang dimiliki oleh Unila merupakan hasil pengembangan oleh internal Unila sendiri yang berbasis open source. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dan meminimalisir biaya sekaligus sebagai usaha pemberdayaan dan penggunaan Open Source Software (OSS) dalam praktik penyelenggaraan pendidikan. Adapun beberapa perangkat lunak komersial di Unila sudah berlisensi seperti Microsoft Windows, Officedan lain-lain. Perangkat lunak ini sebagian besar digunakan untuk kegiatan administrasi perkantoran, praktikum, penelitan maupun monitoring jaringan.

Gambar 1.5. Keterkaitan sistem informasi di Unila

Dengan dana APBN yang diterima oleh Unila untuk pengembangan kapasitas infrastruktur layanan TIK, digunakan untuk meremajakan jaringan komputer baik menggunakan sistem kabel maupun nirkabel. Jaringan ini memiliki kapasitas Gigabite yang meliputi seluruh kawasan Unila (di dalam maupun di luar gedung). Unila telah memiliki sebanyak 250Access Point Indoordan 30 Access Point Outdoorberkecepatan tinggi. Unila juga tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi yang memiliki infrastruktur TI terbaik, didukung pula dengan perangkat keras sepertiserverdan perangkat jaringan (router/switch) serta perangkat lunak kelasenterprise.

Jaringan internet Unila juga senantiasa ditingkatkan sampai kecepatan 200 Mbps pada 2014. Rasio ketercukupan akses internet ini menjadi 6,7 kbps per mahasiswa yang sudah melampaui rasio ketercukupan akses internet yang ditetapkan oleh Dikti (1 kbps per mahasiswa). Dengan infrastruktur jaringan yang terintegrasi serta portofolio perangkat lunak F.10. Kecukupan dan kesesuaian sumber daya, sarana dan prasarana

yang mendukung akses kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh sivitas akademika, memungkinkan sivitas akademika Unila untuk:

1. mengakses media pembelajaran, baik yang disediakan oleh Unila maupun yang websitedi luar Unila,

2. memanfaatkan teknologie-learning,

3. terhubung dengan berbagai perangkat lunak bidang akademik maupun administrasi yang menunjang kegiatan akademik,

4. memanfaatkan media yang disediakan Unila untuk publikasi.

Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sistem informasi dilingkungan Unila, UPT Teknologi Informasi dan Komputer sebagai pelaksana teknis bidang teknologi informasi telah memiliki master plan yang mengacu pada RPJP dan Renstra Unila. Selanjutnya pemberdayaan dan arah pengembangan sistem informasi mengacu pada master plan tersebut. UPT Teknologi Informasi dan Komputer telah berhasil mengembangkan sistem autentikasi terpusat dengan single sign on (SSO). Dengan sistem autentikasi terpusat ini, pengguna hanya cukup memiliki satu user saja untuk mengakses