• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Pembiayaan Gadai

1. Pengertian Gadai

Gadai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150 adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

Gadai emas juga dapat diartikan perjanjian penyerahan harta yang oleh pemiiknya dijadikan agunan hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhya maupun sebagian. Penyerahan agunan tersebut tidak harus bersifat aktual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa

commit to user

16 penyerahan sertifikat atau surat bukti kepemilikan yang sah suatu harta agunan.

Gadai emas adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta tau barang berharga berupa emas (lantakan dan atau perhiasan aksesorisnya) dari nasabah kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan

qardh yang diterima oleh nasabah.

2. Karakteristik Gadai

Kegiatan gadai memiliki beberapa karakteristik, antara lain : a. Gadai sebagai tambahan

Gadai digunakan akad tambahan pada pembiayaan yang beresiko dan memerlukan jaminan tambahan.

b. Gadai sebagai produk

Gadai sebagai alternatif dari pegadaian konvensional di mana dalam gadai Syariah nasabah tidak dibebani bunga tetap, melainkan hanya dikenakan biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran.

3. Tujuan Gadai

a. Malaksanakan dan menunjang pelaksaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional yang pada umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan atau pinjaman atas dasar hukum gadai.

commit to user

17 b. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai Syariah memiliki efek

pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman maupun pembiayaan yang bersistem bunga. c. Membantu masyarakat yang membutuhkan pinjaman dengan syarat

mudah.

d. Mencegah adanya praktik ijon,pegadaian gelap dan pinjaman yang tidak wajar lainnya.

4. Manfaat Gadai Emas Syariah a. Bagi Nasabah

1) Nasabah mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara profesional.

2) Nasabah mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.

3) Nasabah bisa mendapatkan pembiayaan dana dengan prosedur yang lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat.

b. Bagi Bank

Bank mendapatkan keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.

5. Sumber Hukum Akad Gadai Emas Syariah a. Bersumber dari Al-Qur’an

commit to user

18 c. Bersumber dari Kitab-kitab Fikih

6. Rukun Gadai Emas Syariah a. Orang yang ber-akad

1) Yang berhutang (Rahin).

2) Yang berpiutang/pemilik modal (Murtahin).

7. Syarat-Syarat UmumGadai Emas Syariah

a. Akad tidak mengandung syarat/bathil, seperti Murtahin (Pemilik Modal) mensyaratkan barang agunan dapat dimanfaatkan tanpa batas. b. Marhuh Bih (Pinjaman)

1) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada Murtahin. 2) Pinjaman itu bisa dilunasi dengan barang yang diRahnkan tersebut. 3) Pinjaman itu jelas dan tentu.

c. Marhun (barang/harta yang diRahnkan) :

1) Bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman. 2) Memiliki nilai.

3) Jelas ukuran, jumlah, dan sifatnya tertentu. 4) Milik sah dan penuh dari Rahin (nasabah). 5) Tidak berkait dengan orang lain.

6) Bisa diserahkan baik meteri maupun manfaatnya (dipegang/dikuasaisecara hukum), farihanun maqbudhah.

d. Jumlah maksimum dana Rahn dan nilai likuidasi barang yang diRahnkan, serta jangka waktu Rahn ditetapkan dalam prosedur.

commit to user

19 e. Rahin (nasabah) setiap transaksi dibebani biaya administrasi oleh bank

yang akan dialokasikan untuk : 1) Biaya asuransi.

2) Biaya pemeliharaan agunan dan perawatan. 3) Biaya keamanan.

8. Bentuk Gadai Emas Syariah

Gadai emas Syariah ini dapat berbentuk emas perhiasan dan emas batangan atau lantakan bersertifikat.

Emas perhiasan tidak harus dilengkapi kuitansi pembelian. Sedangkan emas batangan atau lantakan harus dilengkapi sertifikat resmi aneka tambang atau logam mulia atau perusahaan terkait.

9. Jenis Akad Gadai Emas Syariah

Akad adalah perjanjian, yaitu perjanjian ijab dengan qobul menurut cara-cara yang diisyaratkan yang berpengaruh terhadap obyek yang diakadkan dan yang menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang melaksanakan.

Jenis Akad gadai emas Syariah :

a. Akad Qardh

adalah suatu akad pembiayaan dari Murtahin (pihak yang berpiutang) kepada Rahin (pihak yang berhutang) dengan ketentuan bahwa

commit to user

20

Rahinwajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Murtahin

pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Akad Ijarah

adalah suatu akad pemindahan manfaat atas suatu barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu melalui pembayaran sewa tempat,tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

c. Akad Rahn

adalah akad penyerahan barang/harta (Marhun) dari nasabah kepada bank sebagai jaminan.

10. Rukun Gadai Emas Syariah a. Orang yang ber-akad

1) Yang berhutang (Rahin)

Rahin adalah pihak yang berhutang atau menerima pinjaman dengan menyerahkan barang miliknya sebagai agunan pelunasan hutangnya.

2) Yang berpiutang atau pemilik modal (Murtahin)

Murtahin adalah pemilik dana yang memberikan pinjaman kepada

Rahin dengan menerima barang sebagai agunan pelunasan pinjaman yang diberikan kepada Rahin.

commit to user

21 b. Sighat (Ijab Qabul)

Sighat adalah ijab qabul antara pihak yang berhutang (Rahin) dan pihak pemilik modal (Murtahin) yang dituangkan dalam suatu perjanjian atau akad.

c. Harta yang diRahnkan (Marhun)

Marhun adalah harta atau barang yang dijadikan sebagai Rahn/agunan dimana barang tersebut berharga atau mempunyai nilai ekonomis serta dapat disimpad dan bertahan lama seperti emas perhiasan atau emas batangan.

d. Pinjaman (Marhun Bih)

Marhun Bih adalah pembiayaan atau hutang, merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada penerima barang (Murtahin).

11. Syarat-syarat Permohonan Gadai Emas Syariah

a. Kepemilikan barang milik sendiri (KUH Perdata 1977). b. Fotocopy identitas nasabah (Rahin).

c. Barang agunan (Marhun) yang memenuhi persyaratan. d. Mengisi formulir permohonan gadai emas Syariah. e. Menandatangani Akad Rahn, qardh, dan ijarah.

12. Barang-barang yang Diterima Sebagai Agunan

Barang yang dapat diterima sebagai agunan adalah emas perhiasan dan emas batangan/lantakan bersertifikat, emas perhiasan tidak ada keharusan

commit to user

22 dilengkapi kuitansi pembelian sedangkan emas batangan/lantakan harus dilengkapi sertifikat resmi aneka tambang/logam mulia atau perusahaan terkait.

13. Barang yang Tidak Boleh Diterima Sebagai Agunan a. Barang yang diperoleh dari hasil tindak kejahatan. b. Barang yang diperoleh dari hasil tindak kecurangan. c. Barang-barang yang bersifat maisir, gharar, dan riba. d. Barang yang disewa belikan.

e. Barang yang diperoleh melalui hutang dan belum lunas.

f. Barang-barang bermasalah (barang curian, penggelapan, penipuan, barang yang diperoleh secara tidak sah, dll)

14. Penyimpanan Barang Agunan (Marhun)

a. Tempat penyimpanan barang agunan (marhun)

Barang agunan (marhun) emas perhiasan disimpan di dalam kamar emas (kluis/khasanah).

b. Cara menyimpan barang agunan (marhun) :

1) Barang agunan (marhun) disimpan secara berkelompok menurut tanggal dan bulan menurut nomornya.

2) Selama tersimpan di dalam kluis, barang agunan (marhun) harus selalu terjaga, oleh karena itu harus dibungkus dengan kantong plastik tebal.

commit to user

23 3) Alat pembungkus tidak dapat digunakan berulang-ulang.

4) Apabila tidak ada keperluan, gudang harus selalu tertutup dan terkunci.

5) Tempat penyimpanan barang agunan (marhun) tidak boleh digunakan untuk menyimpan uang atau barang lain selain barang agunan (marhun) rahn.

15. Ketentuan Umum Gadai Emas Syariah

a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun

(barang) sampai semua hutang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,

Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.

16. Berakhirnya Akad Gadai Emas Syariah

a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

commit to user

24 b. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan jika

dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

BAB III

Dokumen terkait