• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TANAMAN LADA

C. Pembibitan dan Penanaman

Umumnya petani lada melakukan proses pembibitan dan pe-nanaman lada sesuai arahan para penyuluh pertanian. Beberapa tahapan budidaya tanaman lada antara lain:

a. Kegiatan pembibitan

Meskipun kegiatan pembibitan tanaman lada dapat dilakukan dengan cara generatif dengan biji, namun umumnya petani melakukan pembibitan secara vegetatif dengan cara setek. Cara

lain pembibitan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara okulasi, penyambungan dan kultur jaringan. Cara setek merupakan cara yang praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan akan sama dengan sifat pohon induknya.

1. Persiapan Setek Lada

Setek lada diambil dari sulur panjat yang sudah berkayu be-rasal dari pohon induk varietas unggul yang telah berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan belum berproduksi (belum mengalami berbunga dan berbuah), sehat, tanpa gejala se-rangan hama dan penyakit. Bahan tanaman lada yang telah dipotong dicuci dengan air mengalir. Untuk memperbanyak lada dapat menggunakan setek 5-7 atau setek 1 ruas. Setek 5-7 ruang dapat langsung ditanam di lahan perkebunan. Namun, penggunaan setek 1 ruas umunya lebih dipilih oleh petani karena lebih efisien dalam penggunaan bahan tana-man. Setek satu ruas juga tidak rentan mengalami kematian karena tidak langsung di tanam di lahan perkebunan.

a). cara membuat setek 5-7 ruas yaitu:

1) Sulur dipotong-potong menjadi setek 5-7 ruas.

2) Setek dicelupkan ke dalam larutan fungisida Dethane M-45 selama lebih kurang 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit.

3) Setek 5-7 ruas dapat langsung ditanam di lapangan. b). cara membuat setek 1 ruas yaitu:

1) Bahan tanaman lada yang masih panjang dipotong-potong menjadi setek satu ruas berdaun tunggal.

2) Kemudian direndam dalam larutan gula (1-2%) selama ½ - 1 jam, lalu disemai dalam bak pendederan hingga tumbuh akar para buku-buku ruas bibit lada (Gambar 2.2).

lain pembibitan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara okulasi, penyambungan dan kultur jaringan. Cara setek merupakan cara yang praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan akan sama dengan sifat pohon induknya.

1. Persiapan Setek Lada

Setek lada diambil dari sulur panjat yang sudah berkayu be-rasal dari pohon induk varietas unggul yang telah berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan belum berproduksi (belum mengalami berbunga dan berbuah), sehat, tanpa gejala se-rangan hama dan penyakit. Bahan tanaman lada yang telah dipotong dicuci dengan air mengalir. Untuk memperbanyak lada dapat menggunakan setek 5-7 atau setek 1 ruas. Setek 5-7 ruang dapat langsung ditanam di lahan perkebunan. Namun, penggunaan setek 1 ruas umunya lebih dipilih oleh petani karena lebih efisien dalam penggunaan bahan tana-man. Setek satu ruas juga tidak rentan mengalami kematian karena tidak langsung di tanam di lahan perkebunan.

a). cara membuat setek 5-7 ruas yaitu:

1) Sulur dipotong-potong menjadi setek 5-7 ruas.

2) Setek dicelupkan ke dalam larutan fungisida Dethane M-45 selama lebih kurang 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit.

3) Setek 5-7 ruas dapat langsung ditanam di lapangan. b). cara membuat setek 1 ruas yaitu:

1) Bahan tanaman lada yang masih panjang dipotong-potong menjadi setek satu ruas berdaun tunggal. 2) Kemudian direndam dalam larutan gula (1-2%) selama ½

- 1 jam, lalu disemai dalam bak pendederan hingga tumbuh akar para buku-buku ruas bibit lada (Gambar 2.2).

3) Setelah tumbuh akar selanjutnya dipindahkan ke poly-bag sampai tumbuh menjadi 5-7 ruas (Gambar 2.2). Pol-ybag berukuran 10 x 12 cm yang berisi media tanam campuran tanah atas (top soil) dengan pupuk kandang dan pasir kasar atau sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 atau 1:1:1.

4) Bibit yang sudah ditanam dalam polybag disimpan ditempat persemaian yang ternaungi (intensitas sinar matahari 50-75%)

5) Naungan persemaian dapat terbuat dari daun kelapa, alangalang atau paranet.

Gambar 2.1 BahanTanaman Setek 1 ruas berdaun tunggal

6) Persyaratan persemaian dapat dilihat pada Format-1 dan harus mengikuti Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) 2006 dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). 7) Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan maka

diperlukan sungkup plastik dengan kerangka bambu setinggi lebih kurang 1 m. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan menggunakan embrat. Sungkup dibuka setiap pagi (jam 09.00-10.00) selama 1 jam.

8) Apabila telah tumbuh 2-3 daun baru, setiap bibit harus diberi tegakan dari bambu agar terbentuk akar lekat. Sungkup plastik kemudian dibuka. Benih siap ditanam apabila setek telah tumbuh mencapai 5-7 ruas.

b. Kegiatan penanaman

Cara penanaman bibit lada sebagai berikut:

1. Penanaman dilakukan pada saat musim penghujan.

2. Setek lada 5-7 ruas ditanam miring (30 – 45o) dalam alur mengarah pada pohon panjat. Sebanyak 3-4 ruas bagian pangkal daunnya dibuang kemudian dibenamkan ke dalam lubang tanam, sedangkan bagian atasnya (2-3 ruas berdaun) disandarkan pada pohon panjat kemudian diikat dengan tali. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan (Gambar 2.3). 3. Apabila menggunakan bibit yang berasal dari polybag,

poly-bagnya dibuang, sedangkan tanahnya harus tetap utuh menempel pada akar. Daun yang terdapat pada ruas 1-3 dari pangkal batang dibuang, bibit kemudian ditanam pada lubang tanam. Sulur bagian atas diikat dengan tali pada pohon panjat. 4. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan.

5. Bibit yang telah ditanam diberi naungan, berupa daun alanga-lang atau daun kelapa yang diikat pada pohon panjat. Setelah tanaman lada cukup kuat naungan dilepas.

6) Persyaratan persemaian dapat dilihat pada Format-1 dan harus mengikuti Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) 2006 dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). 7) Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan maka

diperlukan sungkup plastik dengan kerangka bambu setinggi lebih kurang 1 m. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan menggunakan embrat. Sungkup dibuka setiap pagi (jam 09.00-10.00) selama 1 jam.

8) Apabila telah tumbuh 2-3 daun baru, setiap bibit harus diberi tegakan dari bambu agar terbentuk akar lekat. Sungkup plastik kemudian dibuka. Benih siap ditanam apabila setek telah tumbuh mencapai 5-7 ruas.

b. Kegiatan penanaman

Cara penanaman bibit lada sebagai berikut:

1. Penanaman dilakukan pada saat musim penghujan.

2. Setek lada 5-7 ruas ditanam miring (30 – 45o) dalam alur mengarah pada pohon panjat. Sebanyak 3-4 ruas bagian pangkal daunnya dibuang kemudian dibenamkan ke dalam lubang tanam, sedangkan bagian atasnya (2-3 ruas berdaun) disandarkan pada pohon panjat kemudian diikat dengan tali. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan (Gambar 2.3). 3. Apabila menggunakan bibit yang berasal dari polybag,

poly-bagnya dibuang, sedangkan tanahnya harus tetap utuh menempel pada akar. Daun yang terdapat pada ruas 1-3 dari pangkal batang dibuang, bibit kemudian ditanam pada lubang tanam. Sulur bagian atas diikat dengan tali pada pohon panjat. 4. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan tangan.

5. Bibit yang telah ditanam diberi naungan, berupa daun alanga-lang atau daun kelapa yang diikat pada pohon panjat. Setelah tanaman lada cukup kuat naungan dilepas.

6. Lakukan penyulaman apabila ada setek yang mati. 12

7. Dalam waktu 2-3 bulan telah tumbuh tunas-tunas baru yang selanjutnya menjadi sulur-sulur panjat lada.

8. Tanaman penutup tanah seperti Arachys pentoi pada areal di-antara barisan tanaman lada yang dapat menghambat penyeb-aran penyakit dalam kebun.

Dokumen terkait