• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Perkembangan Pembelajaran Pendidikan Islam

2. Pembinaan Madrasah

Usaha ke arah perkembangan pola pembinaan madrasah adalah sebagai kerangka dasar strategis perkembangan madrasah pada umumnya. Secara bertahap usaha itu perlu dikembangkan sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat yang penjabarannya lebih lanjut dituangkan dalam berbagai peraturan dan pedoman pelaksanaannya yang operasional. Pola pembinaan madrasah dimaksudkan di dalamnya mencakup satu pilihan sistem, pendekatan, sumber dana

ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan belajar di masjid-masjid dan/atau dar al-khuttab. Ibid., h. 41.

117

dan sarana yang betul-betul diperlukan untuk mencapai sasaran tujuan pembangunan. Dalam perkembangan sistem pendidikan pada madrasah telah terjadi penyesuaian-penyesuaian melalui pembaruan dan inovasi yang dimulai pada fase awalnya dengan pola pondok pesantren kemudian berkembang menjadi madrasah seperti yang dikenal saat ini.118

Perkembangan sistem pendidikan pada awalnya diawali oleh misi dakwah yang merupakan beban wajib yang diemban oleh setiap Muslim. Pada awalnya madrasah didirikan dalam rangka memenuhi hajat masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama (mengajarkan salat, baca tulis Alqur‟an, kemudian materi ibadah, syariah dan akhlak).119 Selanjutnya perubahan sistem pendidikan nasional berdampak cukup besar terhadap perubahan sistem pendidikan madrasah. Disamakannya madrasah dengan sekolah umum dengan menerapkan kurikulum seratus persen sama antara kurikulum madrasah dengan sekolah umum, artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan madrasah tersebut. Karena itu renovasi terhadap keseluruhan subsistem pendidikan madrasah harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai konsekuensi adalah guru, fasilitas madrasah, dan manajemennya.

Kebijakan pembangunan pendidikan yang diterapkan di lingkungan madrasah yang merupakan subsistem pendidikan nasional tentu saja tidak akan berbeda dengan kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, maka sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama, bahwa pembangunan pendidikan di

118

Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma bakti, 1981), h. 80.

119

lingkungan madrasah akan mengacu kepada empat hal, yaitu: Pemerataan, relevansi, kualitas, dan efisiensi.

a. Pemerataan; kebijakan dalam bidang pemerataan dimaksudkan agar semua warga negara Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk mengenyam dan mengikuti pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas harus menjadi milik bersama seluruh warga masyarakat Indonesia tanpa kecuali.

b. Relevansi; kebijakan pemerintah dalam relevansi pendidikan dititikberatkan pada konsep link and match, yakni keterkaitan dan kesepadanan antara apa yang diberikan madrasah dengan apa yang ada di lapangan.

c. Kualitas; kebijakan peningkatan kualitas ini dapat diartikan sebagai upaya memberdayakan dan mendayagunakan potensi yang ada di madrasah untuk pencapaian hasil yang diharapkan oleh madrasah, baik itu dari segi proses pembelajaran, kesejahteraan tenaga kependidikan, sumber daya manusia, finansial, dan sarana prasarana.

d. Efisiensi; sistem pendidikan yang berlangsung pada jalur formal, dalam hal ini madrasah di Indonesia, hendaknya memperhatikan unsur efisiensi, dimana pengelolaan sebuah satuan pendidikan harus dapat memperhitungkan unit cost riel yang dibutuhkan dalam waktu satu tahun. Dengan demikian madrasah diupayakan untuk membuat perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pendidikan.120

Madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksana-kan tugas pendidimelaksana-kan dan pembelajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk

120

Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan

memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Menurut Shaleh bahwa Pem-binaan madrasah diharapkan dapat diarahkan untuk mencapai:

a. Peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum berciri khas agama Islam, sehingga satuan pendidikan pada madrasah maupun sekolah umum secara kurikuler memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah.

b. Penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi dngan program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan lapangan kerja.121

Selanjutnya seiring dengan usaha dalam upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan, maka madrasah harus siap dan mampu melakukan perkembangan model-model dan atau pola-pola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus men-jembatani tuntutan dan tantangan. Tim pengembang Departemen Agama menegas-kan bahwa, visi dan misi madrasah harus senantiasa menjadimenegas-kan anak bangsa ber-iman dan bertakwa kepada Allah swt., berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih lanjut Tim Departemen Agama menambahkan, dalam mewujudkan visi tersebut, maka madrasah mengemban visi untuk mengembangkan satuan pendidikan yang berciri:

121

Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi) (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.

a. Populis, yakni madrasah selalu dicintai oleh masyarakat, karena tumbuh dari masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat.

b. Islami, yaitu madrasah yang berciri khas agama Islam, mampu menciptakan anak-anak bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia. c. Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa yang

memiliki kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan jaman.122

Dengan demikian untuk menghadapi dan menyongsong masa depan, diperlukan suatu model sistem pendidikan madrasah yang mengembangkan kemampuan dasar dan pelaksanaan sistem pendidikan berdasarkan prinsip life-long education.

Standar Nasional Pendidikan sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah melalui PP 32 Tahun 2013 menetapkan standar nasional pendidikan yang dapat dijadikan sebagai pedoman yang mengarahkan setiap praktisi, birokrat dan penyelenggara pendidikan untuk menggunakan standardisasi dalam proses, penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari semua jenjang dan satuan pendidikan. Dalam Pasal 1, ayat 1, dan ayat 4 s/d 11 disebutkan:

1. Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

122

Departemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam, 2007),h. 70.

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2. Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

3. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

4. Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

5. Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

6. Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

7. Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005, Bab I: Pasal 1).

Standar Nasional Pendidikan merupakan konsep multidimensi yang tidak hanya terkait dengan satu aspek tertentu dari madrasah. Untuk kepentingan akreditasi, mutu madrasah dilihat dari tingkat kelayakan penyelenggaraan madrasah, dan sekaligus kinerja yang dihasilkan madrasah dengan mengacu pada komponen utama madrasah yang meliputi komponen:

1. Kurikulum dan proses pembelajaran 2. Organisasi dan kelembagaan madrasah 3. Sarana dan prasarana

4. Ketenagaan 5. Pembiayaan 6. Peserta didik 7. Standar evaluasi

8. Lingkungan dan budaya madrasah.123

Optimalisasi sumberdaya pendidikan dalam mencapai madrasah bermutu, sangat bergantung pada kemampuan manajamen madrasah dalam melakukan pemberdayaan. Manajerial itu sendiri sangat ditentukan oleh kondisi madrasah. Karenanya, perlu dilakukan analisis situsi guna mengetahui kondisi madrasah. Apakah termasuk pada kategori terancam, lemah, sedang, baik, atau unggul. Dengan mengetahui posisi dan kategori itu, maka pimpinan madrasah dapat melakukan langkah-langkah yang relevan dengan pemberdayaan menuju terciptanya madrasah

123Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003 (Cet.I; Bandung: Fokus Media, 2003), h. 6.

yang berkualitas.