• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan ekstrak usus

2.9 Tinjauan bahan .1 Larutan Benedict

4.2.1 Pembuatan ekstrak usus

Praktikum pembuatan ekstrak usus dilakukan dengan perut iakn mas. Pembedahan dilakukan dengan peralatan bedah yang dipinjam dari laboratorium. Sebelum dibedah, ikan mas terlebih dahulu ditenangkan dengan menusuk tulang belakangnya dengan penusuk. Setelah ikan mas tenang, maka perut bagian belakang dibedah sedikit dengan pisau bedah. Selanjutnya, pembedahan diarahkan ke bagian perut depa. Pembedahan dilakukan dengan hati-hati agagr pisau bedah tidak merobek organ bagian dalam ikan. Pembedahan dilakukan sampai bagian dalam perut ikan dapat teramati.

Setelah organn pencernaan dapat dilihat, praktikan mencari usus ikan. Usus yang ditemukan berupa saluran yang kecil dan panjang. Usus dipisahkan dari oragan lainnya yang menempel pada usus. Lemak yang menempel pada usus juga dibuang semua. Praktikan mengalami kesulitan dalam pembedaan lambung, usus halus dan usus besar. Pemotongan

dilakukan pada bagian setelah terdapat bengkakan(lambung) dan sebelum usus besar. Pemotongan dilkuakan dengan gunting. Setelah usus bagian luar bersih, usus bagian dalam dibersihkan dengan menyayat usus dengan gunting secara longitudinal. Usus yang telah terbuka tersebut, selanjutnya dibasuh dengan akuades. Akuades berfungsi sebagai pembersih usus dari kotoran yang berada di dalam dan di luar usus.

Setelah bersih, usus direndam di dalam gliserin. Gliserin berperan larutan untuk menghilangkan lemak yang berada pada permukaan usus. Sambil direndam di dalam gliserin, usus dihaluskan dengan dipotong-potong dengan gunting. Pemotongan dilakukan sampai usus menjadi halus, terbentuk suspensi. Pemotongan usus bertujuan untuk mengeluarkan enzim dari dalam sel. Jika sel rusak dan terbuka membrannya, maka zat yang berada di dalam sel akan keluar. Dengan pemotongan, enzim pencernaan yang berada di dalam usus akan terekstrak keluar dari sel mukosa usus. Pada saat pemotongan, diteteskan larutan toluen sebanyak 5 tetes. Toluen merupakan senyawa kimia yang berfungsi dalam pengawetan usus. Toluen akan menjaga agar usus tidak busuk, tolun berperan sebagai bahan pengawet.

Ekstrak usus yang telah menjadi susupensi lalu dimasukkan ke dalam botol. Botol yang digunakan adalah botol yang tertutup dan berwarna gelap. Botol yang tertutup agar larutan yang berada di dalam botol yang berupa larutan kimia tidak menguap dan menyebabkan usus menjadi rusak. Botol yang berwarna gelap bertujuna agar tidak terjadi reaksi oksidasi larutan sehingga komponen nzim yang berupa protein menjadi terdenaturasi. Setelah suspensi usus dimasukkan botol semuanya, botol ditutup rapat dan dibungkus dengan kertas atau plastik berwarna gelap. Hal ini untukmencegah cahaya masuk ke dalam botol. Penempatan botol selma penyimpananpun adalah ditempat gelap, hal ini bertujuan agar tidak ada cahaya yang masuk dan bereaksi denganlarutan dalam botol. Cahaya yang masuk akan bereaksi dengan kompleks toluen-gliserin-ekstrak usus yang dapat menghampat proses sekresi enzim oleh sel. Setelah itu, botol disimpan di dalam laci meja laboratorium botani. Penyimpanan dilakukan selama 7 hari. Penyimpanan bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus adalah optimal dan tidak rusak.

Setelah 7 hari, ekstrak usus dikeluarkan dari laci. Tutup botol dibuka dan larutan dikeluarkan. Larutan disaring dengan kertas saring. Proses penyaringan larutan adalah bertujuanuntuk mendapatkan ekstrak usus yang berisi enzim, berupa larutan. Enzim yang berada di dalam larutan berupa sekresi dari sel.selain untukmendapatkan ekstrak enzim,

penyaringanberfungsi untuk memisahkan larutan dari kotoran. Reaksi akan lebih mudah dilaukan jika enzim terdapat dalam larutan, bukan dalam bentuk padat(sisa potongan usus yang kurang halus). Selanjutnya, ekstrak usus digunakan untuk melakukan uji keberadaan enzim pencernaan yang dihasilkan oleh usus, berupa amilase, maltase dan tripsin.

4.2.2 uji pembuktian adanya enzim amilase

Jumlah enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di dalam ekstrak jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim dapat menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu, atau bahkan lebih molekul substrat menjadi produk dalam periode waktu yang singkat memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi menguatkan keberadaannya. Uji keberadaan enzim dapat dilakukan dengan pengamatan waktu reaksi dan produk yang dihasilkan dalam reaksi yang melibatkan enzim. Enzim akan mempercepat raksi pembentukan produk. Hasil dari raksi kimia adalah spesifik bagi bahan dengan enzim tertentu. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas enzim sebagai 1 mikromol (1 µmol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang ditransformasikan per menit.

Analisis enzim amilase dilakukan dengan menyiapkan dua tabung reaksi dan diberi label A dan B. Tabung reaksi digunakan sebgai media larutan dan media terjadinya reaksi kimia. Pemberian label bertujuan untuk memudahkan melakukan kegiatan penambahan reagen pada zat yang diperlukan, meminimalkan kesalahan perlakuan, memudahkan perlakuan dan pengamatan. Setelah tabung reaksi siap, tabung tersebut lalu diisi dengan reagen Benedict. Reagen benedict merupakan reagen yang digunakan dalam uji senyawa gula. Reagen Benedict berwarna biru keunguan, jernioh dan tidak berbau. Reagen Benedict memberikan reaksi positif dengan pembentukan endapan merah bata pada larutan yang mengandung senyawa gula dan enzim pereduksinya. Reagen Benedict yang digunakan sebnayak 2 ml, yang diukur dengan menggunakan gelas ukur. Pemanfaatan gelas ukur dan tabung reaksi adalah senantiasa dicuci setiap selesai pemakaian satu larutan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kegagalan dalam proses reaksi. Dalam reaksi kimia, kesalahan

penambahan larutan, baik sengaja atau tidak dapat mengganggu hasil reaksi yang diharapkan. Karena itu, kebersihan selama praktikum adalah hal penting yang harus dijaga.

Setelah penambahan reagen Benedict, disiapkan lagi dua tabung reaksi lain dan diberi label C dan D. Pada tabung reaksi C dan D ditambahkan 2,5 ml larutan amilum 1%. Amilum yang digunakan dalam praktikum adalah larutan tidak berwarna, agak keruh dan agak kental. Larutan amilum ini tidak berbau. aAmilum adalah polisakarida. Amilum dihasilkan oleh tumbuhan. Amilum berupa larutan yang tidak larut dalam air. Amilum memberikan sifat keras memilikistruktur kimia :

Amilum(strach)

Setelah ditambahkan amilum, pada tabung reaksi C ditambahkan ekstrak usus dan pada tabung reaksi D ditambahkan air akuades, masing-masing 1 ml.setelah penambahan ini, tabung reaksi digoyang-goyang selama 10 menit. Penggoyangan tabung reaksi bertujuan untuk mencapur larutan dalam tabung agar menjadi homogen. Saat tabung D yang berisi amilum ditambahkan air, maka kekentalan amilum sedikit menurun. Pada tabung C, setelah penambahan ekstrak usus, amilum tidak nampak bereaksi. Setelah penggoyangan tabung selma 10 menit, larutan air dan amilum pada tabung D menjadi tercampur sedang pada tabung C, nampak potongan usus, namun antara laurtan ekstrak usus dan amilum tercampur.

Selanjutnya, 5 tetes larutan dalam tabung reaksi C ke dalam tabung reaksi A dan 5 tetes larutan dalam tabung reaksi D ke dalam tabung reaksi B. Saat tabung A yang berisi reagen Benedict ditambahkan dengan larutan C(amilum dan ekstrak usus), warna biru Benedict menjadi memudar, larutan menjadi biru muda, dan nampak potongan usus kecil-kecil. Tabung B yang berisi reagen Benedict pula, setelah penambahan larutan B(amilum dan akuades) menunjukkan pengenceran pada Benedict, dimana warna Benedict menyebabkan larutan berwarna biru. Warna biru larutan A lebih tua daripada larutan B.

Setelah penambahan, dilakukan proses pemanasan pada kedua tabung selama 5 menit. Setelah 5 menit, diamati perubahan yang terjadi. Pada tabung A(amilum-ekstrak

usus-reagen Benedict) larutan berubah warna dari biru menjadi warna hijau agak ungu, sedang pada tabung B(air-amilum-reagen Benedict) tidak terjadi perubahan apa-apa, warna larutan tidak berubah. Pada kedua larutan juga tidak terbentuk tabung reaksi. Pemanasan berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan kerja enzim. Tabung reaksi dipanaskan sambil digoyang agar reaksi panas lebih mudah menyebar ke seluruh bagian tabung.

Pada tabung A, berisi amilum, ekstrak usus dan reagen Benedict, terjadi perubahan warna tanpa terbentuk endapan. Pada reaksi benedict dengan amilum, dapat terbentuk endapan merah bata sebagai bukti reaksi positif. Warna biru benedict merupakan karakteristik utama keberadaan atom tembaga. Atom ini mudah bereaksi dengan oksigen dari disakarida atau gula sederhana lain pada gugus aldehid atau keton membentuk tembaga (II) oksida. Dalam hal ini, atom tembaga yang berada dalam bentuk ion Cu 2+ akan membentuk ikatan ionik dengan oksigen. (Vogel, 1998). Pereaksi benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ino Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+yang bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi Cu2O yang ditandai dengan endapan merah bata. Pada praktikum tidak terjadi endapan merah bata, tapi hanya perubahan warna. Namun, bila ragen Benedict direaksikan dengan gula bergugus keton, maka reaksi yang terbentuk adalah perubahan warna dari biru menjadi orange atau kuning. Walaupun hanya perubahan warna, tetapi telah menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara amilum-ekstrak usus dan Benedict. Warna yang terbentuk merupakan pelepasan ion Cu2+ oleh katalis. Amilum dalam larutan bereaksi dengan enzim yang terdapat dalam ekstrak usus. Amilum dipecah oleh enzim menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil dari reaksi pemecahan tersebut bereaksi dengan reagen Benedict dan menghasilkan perubahan warna. Tidak terbentuknya endapan terjadi karena konsentrasi enzim yang kurang mencukupi untuk mengkatalis substrat (amilum) sehingga kurang dihasilkan produk.. penyebab lain dapat disebabkan oleh proses penyiapan ekstrak usus kurang sesuai, kesalahan perlakuan terhadap bahan dan terlalu lamanya waktu pemanasan larutan sehingga enzim terdenaturasi. Reaksi Benedict dan amilum :

Amilum + amilase disakarida +maltosa

Pembentukan endapan merah terjadi karena zat warna dari benedict terperangkap pada gugus aldehid dari disakarida hasil hidrolisis amilum atau zat tepung.

Amilase + Amilum → Kompleks Amilase-amilum → Disakarida + Amilase

E + S → Kompleks ES → P + E

Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida lain menghasilkan D-glukosa berlangsung terus disempurnakan di dalam usus halus, sebagian besar oleh kerja pankreatik amilase, dibuat oleh pankreas dan disekresi melalui saluran pankreatik ke bagian atas usus halus. Bagian usus halus ini, tempat terjadinya hampir seluruh proses pencernaan disebut usus dua belas jari (duodenum).

Pada tabung B, tidak terjadi perubahan apa-apa pada larutan karena tidak terjadi reaksi kimia antara air-amilum dan Benedict. Raksi yang terjadi hanya berupa reaksi pengenceran, sehingga warna Benedict menjadi biru muda.

Dokumen terkait