• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

H. Tata Cara Penelitian

3. Pembuatan kuesioner

Kuesioner dikembangkan dari kuesioner yang pernah digunakan dari penelitian sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang antibiotika. Sebelum digunakan kuesioner harus melewati beberapa uji yaitu : a. Uji validitas

Sugiyono (2007) membagi validitas ukur menjadi dua, yaitu validitas luar (eksternal)dan dalam (internal). Validitasunsur disusun berdasarkan fakta-fakta-fakta empiris yang telah ada, sedangkan validitas dalam instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan. Validitas internal dibagi menjadi 2 yaitu contruct validity (validitas konstruk) dan content validity (validitas isi).

Validitas isi yang dicapai oleh pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tergantung pada penilaian subjektif individual, hal ini dikarenakan validitas tidak memerlukan perhitungan statistik namun menggunakan analisis rasional. Validitas didasarkan pada penilaian ahli bidang tersebut (Azwar, 2007). Prosedur pengujian validitas isi setidaknya melibatkan dua orang ahli dibidangnya. Pengujian terhadap aitem ini mencakup tahapan penentuan relevansi antara aitem dengan tujuan pembuatan instrumen, penilaian relevansi antara aitem dengan konten yang dirumuskan dalam objektif penelitian, dan pemberian komentar serta penentuan keputusan suatu aitem yang sudah dipercaya mampu mempresentasikan konten domain secara adekuat (Waltz dkk., 2010).

Dalam penelitian ini meggunakan uji validitas isi, dimana pengujian validitasnya menggunakan pendapat ahli (judgement expert). Kuesioner ini

dikonsultasikan kepada pembimbing skripsi sebagai ahli. Ahli diminta pendapatnya tentang kesioner yang telah disusun, dari judgement expert tersebut ada beberapa pernyataan yang harus direvisi pada uji validitas kuesioner pertama yaitu pada nomor 2, 9, 13, dan 19 pada aspek pengetahuan. Pada aspek sikap pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 4, 7, 10, dan 11. Pada aspek tindakan pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 1, 2, dan 5, kemudian dilakukan perbaikan pada pernyataan tersebut.

Pada uji validitas kuesioner kedua pernyataan yang harus direvisi yaitu pada nomor 3, 9, 15, dan 16 pada aspek pengetahuan. Pada aspek sikap pernyataan yang direvisi yaitu pada nomor 2, 3, 5, 6,7, 8, 9, dan 10, kemudian dilakukan perbaikan sehingga pada uji validitas kuesioner yang ketiga sudah tidak ada pernyataan yang direvisi karena menurut ahli pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dianggap sudah valid. Uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Uji pemahaman bahasa

Penyebaran kuesioner untuk memastikan bahwa kuesioner yang sudah dibuat sudah menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami yang nantinya tidak terjadi perbedaan bahasa yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang sudah dibuat kepada 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini namun tidak berlokasi di tempat penelitian. Hasil uji pemahaman bahasa diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner

tersebut dapat dimengerti oleh responden. Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan pada pria dewasa di Kecamatan Sleman.

Pada uji pemahaman bahasa, 40 aitem yang telah dinyatakan valid secara konten dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu uji pemahaman Bahasa terhadap 30 Lay People. Lay People ini dipilih sesuai dengan karakteristik responden yang nantinya akan menjadi responden dalam penelitian ini. Dari 40 pernyataan kuesioner yang diujikan, terdapat beberapa pernyataan yang dinilai sulit dipahami oleh Lay People. Berikut hasil pengujian Pemahaman Bahasa pada

Lay People dipaparkan pada tabel IV.

Tabel IV. Pernyataan pada tiap aspek kuesioner yang sulit dipahami oleh Lay People

No Aspek Pernyataan

1 Pengetahuan 7

2 Sikap 8

3 Tindakan 10

Pernyataan yang dinilai sulit untuk dipahami ini kemudian diperbaiki dari segi struktur kalimat dan arti kata yang digunakan, walaupun pernyataan telah dianggap valid secara konten sebelumnya, hasil uji Lay People menunjukkan terdapat beberapa kalimat yang sulit dipahami karena penggunaan bahasa medis. Proses perbaikan pernyataan ini mengikuti salah satu kriteria yang dinyatakan oleh Budiman dan Riyanto (2013) yaitu menghindari kalimat yang rumit dengan menuliskannya dalam Bahasa yang sederhana, jelas dan langsung. Penyerdehanaan kalimat diharapkan dapat mempermudah responden memahami maksud pernyataan kuesioner.

Pemahaman Bahasa ini berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap pernyataan, apabila struktur kalimat yang digunakan buruk maka akan membingungkan responden dan kemungkinan besar menimbulkan tanggapan yang tidak konsisten. Tanggapan yang tidak konsisten dapan mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas. Pada pengujian bahasa yang kedua tidak ditemukan respon negatif sehingga keempat puluh pernyataan kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap pengujian berikutnya, yaitu uji reliabilitas.

c. Uji reliabilitas

Uji Reliabilitas suatu instrumen menunjukan adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu, sehingga dapat menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan karena sudah terbukti dan dapat diandalkan dan terpercaya. Koefisisen reliabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Kriteria menyebutkan jika nilai-nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,6 maka butir-butir pernyataan reliabel (Budiman dan Riyanto, 2013).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas ketiga aspek dilakukan bersamaan sesuai tata cara penelitian uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen ini meliputi uji reliabilitas dan seleksi pernyataan. Uji kualitas instrumen pada kuesioner aspek pengetahuan dilakukan sebanyak dua kali. Uji kualitas instrumen yang pertama sudah reliabel tetapi korelasi pada pernyataan ada yang negatif, sehingga dilakukan pengujian kedua didalam uji kualitas instrumen. Uji kualitas yang kedua pada instrumen kuesioner aspek sikap dan tindakan sudah reliabel sehingga tidak perlu diujikan kembali.

Uji kualitas instrumen meliputi prosedur seleksi aitem untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik dan memenuhi kualitas suatu instrumen yang selaras dengan tujuan pengukuran menggunakan instrumen. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Azwar (2011) bahwa prinsip dasar seleksi pernyataan dalam kuesioner adalah memilih pernyataan yang menunjukkan fungsi sesuai fungsi ukur tes bagaimana tujuan pengukuran yang telah disusun sebelumnya. Pernyataan yang dimasukkan pada pengujian instrumen merupakan 20 aitem yang telah valid secara konten dari pengujian sebelumnya dan telah melalui uji pemahaman bahasa pada Lay People. Interprestasi hasil seleksi pernyataan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa korelasi positif menunjukkan kemampuan suatu pernyataan memberikan konstribusi pada skor total seorang responden dari pengukuran suatu atribut penelitian. Semakin berkorelasi suatu pernyataan dengan skor total maka semakin besar pernyataan tersebut memberikan kontribusi dalam skor akhir pengukuran (Azwar, 2011).

Dari teori tersebut, maka interprestasi hasil uji korelasi pada seleksi pernyataan hanya dibedakan menjadi “terseleksi” dan “tidak terseleksi”. Seleksi pernyataan dimulai dengan menghilangkan pernyataan yang memiliki korelasi negatif sesuai dengan interprestasi yang mengatakan bahwa pernyataan tersebut mengalami “kerusakan” dan tidak dapat digunakan dalam pengukuran (Azwar, 2011).

Pada aspek pengetahuan uji kualitas instrumen I menghasilkan nilai α dari 20 butir pernyataan sebesar 0,578. Nilai α ini belum memenuhi syarat suatu kuesioner dikatan reliabel, yaitu α 0,6 (Budiman dan Riyanto, 2013) karena pada

pernyataan nomor 9 menunjukkan korelasi Point-Biserial aitem -0,008. Sehingga dilakukan prosedur seleksi pernyataan dengan uji korelasi Point-Biserial. Pada uji kedua , pernyataan nomor 9 dikeluarkan dari kuesioner dan menghasilkan nilai α 0,614. Pada uji kedua tidak ditemukan aitem-aitem yang korelasi Point-Biserial

negatif. Hasil ini sudah sesuai dengan pernyataan bahwa kuesioner dengan nilai 0,6 dikatakan reliabel (Budiman dan Riyanto, 2013). Hasil uji reliabilitas dapat dicermati pada Lampiran 8. Langkah pengujian aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek pengetahuan

Dalam aspek sikap sudah memenuhi syarat reliabilitas dengan uji

Korelasi Product Moment pada uji pertama kualitas instrumen. Pada pengujian kesepuluh pernyataan yang diuji menghasilkan nilai α 0,6 yaitu 0,628. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa instrumen pengukuran sikap telah reliabel. Hasil

Seleksi 20 pernyataan Pengurangan pernyataan nomor 9 Seleksi 19 pernyataan

Uji Kualitas Instrumen II α : 0,614 (19 pernyataan)

19 pernyataan reliabel Uji Kualitas Instrumen I

α : 0,578 (20 aitem) Korelasi point biserial pada pernyataan nomor 9 adalah -0,008

pengujian instrumen pernyataan aspek sikap dapat dicermati pada lampiran 9. Langkah pengujian aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek sikap

Pada aspek tindakan hanya diuji satu kali dan langsung memberikan hasil yang memenuhi syarat reliabilitas. Dari pengujian ini, instrumen pengukuran aspek tindakan telah mencapai α 0,6. Nilai α untuk sepuluh pernyataan aspek ini adalah 0,675. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, prosedur seleksi pernyataan maupun revisi pernyataan tidak dilakukan karena pada uji reliabilitas dengan

single trial administration yang pertama telah memberikan nilai α yang baik dan dapat dikatan reliabel.Hasil pengujian instrumen pernyataan aspek sikap dapat dicermati pada lampiran 10.

Gambar 4. Langkah pengujian reliabilitas instrumen aspek tindakan

Uji Kualitas Instrumen

α : 0,628 (10 pernyataan )

10 pernyataan reliabel

Uji Kualitas Instrumen

α : 0,675 (10 pernyataan )

Dokumen terkait