• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.6.5 Analisis Kualitatif

Reaksi kualitatif dengan larutan asam sulfat

Dipekatkan sebanyak 5 mL larutan sampel hingga tersisa 2 mL larutan sampel, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan asam sulfat dan etanol 96% v/v akan terbentuk endapan putih kalsium sulfat (Vogel, 1979).

Uji kristal kalsium dengan asam sulfat 1N

Larutan sampel hasil destruksi sebanyak 1 - 2 tetes diteteskan pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat 1N dan etanol 96% v/v akan

21

terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum (Vogel, 1979).

3.6.5.2 Kalium

Reaksi kualitatif dengan larutan asam perklorat 0,1N

Larutan sampel hasil dekstruksi sebanyak 3 - 5 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes larutan asam perklorat 0,1N akan terbentuk endapan putih jika terdapat kalium (Vogel, 1979).

Uji kristal kalium dengan asam pikrat 1% b/v

Larutan zat diteteskan 1 - 2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat 1% b/v, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati dibawah mikroskop. Jika terdapat kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum–jarum besar (Vogel, 1979).

3.6.5.3 Natrium

Uji kristal natrium dengan asam pikrat 1% b/v

Larutan zat diteteskan 1 - 2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat 1% b/v, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus tersusun di pinggir (Vogel, 1979).

3.6.6 Analisis Kuantitatif 3.6.6.1 Kalsium

Pembuatan kurva kalibrasi kalsium

Larutan baku kalsium (1000 µg/mL) sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL lalu diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL;

22

3,0 mL; 4,0 mL; dan 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2 µg/mL; 4 µg/mL; 6 µg/mL; 8 µg/mL; dan 10 µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

Penetapan kadar kalsium dalam daun bangun-bangun segar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 25/0,1 = 250 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Penetapan kadar kalsium dalam daun bangun-bangun direbus

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 50/0,25 = 200 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

23

3.6.6.2 Kalium

Pembuatan kurva kalibrasi kalium

Larutan baku kalium (1000 µg/mL) sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL lalu diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; dan 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2,0 µg/mL; 4,0 µg/mL; 6,0 µg/mL; 8,0 µg/mL; dan 10,0 µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

Penetapan kadar kalium dalam daun bangun-bangun segar

Larutan sampel hasil dekstruksi dipipet sebanyak 0,1 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 25/0,1 = 250 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Penetapan kadar kalium dalam daun bangun-bangun direbus

Larutan sampel hasil dekstruksi dipipet sebanyak 0,25 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 50/0,25 = 200 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus

24

berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.3 Natrium

Pembuatan kurva kalibrasi natrium

Larutan baku natrium (1000 µg/mL) sebanyak 0,5 mL dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL lalu diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (10 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; dan 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µg/mL; 0,4 µg/mL; 0,6 µg/mL; 0,8 µg/mL; dan 1 µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

Penetapan kadar natrium dalam daun bangun-bangun segar

Larutan sampel hasil dekstruksi dipipet sebanyak 1,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (faktor pengenceran = 25/1 = 25 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Penetapan kadar natrium dalam daun bangun-bangun direbus

Larutan sampel hasil dekstruksi dipipet sebanyak 1,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda (faktor pengenceran = 25/1 = 25 kali). Larutan diukur absorbansinya

25

dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), kadar logam kalsium, kalium dan natrium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (mL) Volume x (µg/mL) i Konsentras (µg/g) Logam Kadar =

3.6.7 Analisis Data Secara Statistik

Dokumen terkait