• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan TPA Benowo yang berumur lebih dari 10 tahun telah menjadi ladang pekerjaan bagi para pengepul sampah yang tinggal di desa Benowo dan sekitarnya. Para pengepul sampah menjalin transaksi dengan pemulung yaitu membeli barang bekas sampah yang akan dijual di pasar loak, namun ketika ada demo warga yang meminta TPA Benowo dipindahkan, para pengepul sampah menolak aksi tersebut.

Pengepul sampah yang tinggal disini itu mas beramai-ramai ke area TPA Benowo untuk membubarkan aksi tersebut karena nggak setuju sama warga masyarakat yang pengen TPA itu dipindah (Mataji, 2015)

Pengepul sampah yang berjumlah puluhan orang sangat tidak setuju dengan aksi warga yang meminta Pemerintah Kota Surabaya memindahkan TPA Benowo, mereka datang ke area TPA Benowo untuk membubarkan demo warga karena dinilai telah menganggu kepentingannya dan apabila Pemerintah Kota Surabaya merelokasi TPA Benowo tersebut akan menyulitkan para pengepul sampah untuk mencari nafkah karena sudah bertahun-tahun mereka menggantungkan hidupnya dengan keberadaan TPA Benowo.

Pas unjuk rasa dari warga masyarakat itu mas, pengepul sampah itu ada yang sampai emosi sampai sampai memukul salah satu warga yang sedang orasi pidato minta TPA Benowo itu pindah tapi orang tersebut nggak sampai luka berat, mek ringan soale dipukul pakai tangan kosong (Mataji, 2015).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat sekitar TPA Benowo menimbulkan kekerasan yang dialami oleh salah satu massa demo. Korban tersebut mengalami pemukulan yang dilakukan oleh pengepul sampah yang terpancing emosinya dalam aksi pembubaran demo, namun korban tersebut hanya mengalami luka ringan.

Pengepul sampah karo pemulung nang kene iku wes koyok dulur dewe, pemulung e ngedol barang-barang bekas koyok sendok garpu nang pengepul terus karo pengepul didol maneh nang pasar loak. Pemulung ngedol barang nang pemulung yo gak larang-larang kok, siji sendok iku regane rong atus seket gak larang kok lah pas ngerti onok seng demo njaluk TPA pindah, pengepul gak setuju soale pro karo TPA (Asmanianingsih, 2015)

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa pengepul sampah menjalin transaksi jual beli sampah sejak pertama kali TPA Benowo beroperasi. Pemulung memperlakukan menjual barang bekas dengan harga murah pada pengepul sampah. Ketika ada demo dari warga dan pemilik tambak yang meminta TPA benowo dipindahkan, pengepul sampah sangat tidak setuju karena mereka adalah kelompok orang yang pro dengan keberadaan TPA.

Para pengepul sampah seng arep mbubarno demo iku ngamuk karo kecewa soale TPA iku arep dipindahno, lah mangkane iku kabeh pengepul teko nang TPA iku gak setuju karo warga terus seng duwe tambak seng pengen TPA pindah. Yo gara-gara kesel iku sampek nyantapi seng demo iku (Asmanianingsih, 2015)

Pernyataan diatas yang dibeberkan oleh pemulung yang mengetahui kejadian tersebut menjelaskan bahwa keberadaan TPA Benowo telah

menguntungkan bagi warga sekitar yang berprofesi sebagai pengepul sampah karena mereka bisa menjalin transaksi jual beli sampah dengan pemulung. Ketika mengetahui bahwa ada demo dari warga dan pemilik tambak yang menginginkan TPA Benowo dipindahkan, para pengepul sampah sangat tidak setuju sehingga mendatangi area TPA untuk membubarkan aksi unjuk rasa dari warga dan pemilik tambak. Konflik yang terjadi di penghujung tahun tepatnya pada bulan desember 2012 juga menimbulkan kekerasan karena telah terjadi pemukulan yang diterima oleh demonstran ketika aksi pembubaran unjuk rasa dari pengepul sampah.

Alesan pengepul sampah yang sampai mukul warga itu anu mas, mereka nanti itu mau dapat uang dari mana kalau TPA Benowo itu pindah lah pas konflik itu kan pas siang wes panas nggolek gara-gara ya akhirnya ada pemukulan itu mas (Ardi, 2015)

Demo warga yang berlangsung siang hari telah menyulut amarah para pengepul sampah yang telah bertahun-tahun mencari nafkah dengan keberadaan TPA Benowo sehingga pemukulan terjadi untuk melampiaskan emosi pengepul sampah yang tidak setuju bahwa TPA Benowo akan direlokasi.

Setelah ada pemukulan ke warga yang demo itu mas, nggak lama setelah itu datang perwakilan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang menyuruh semua orang yang ada di area TPA untuk pulang ke rumah masing-masing karena tidak ingin ada anarki lagi (Mataji, 2015)

Selang beberapa menit setelah kejadian pemukulan oleh pengepul sampah terhadap warga yang berunjuk rasa, para Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya datang ke area TPA

Benowo untuk membubarkan aksi demo karena tidak ingin ada kekerasan lagi dari unjuk rasa tersebut dan meminta massa demo, pengepul sampah dan semua orang yang ada di TPA Benowo untuk kembali ke rumah masing-masing.

Menurut Coser, konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang di tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Dalam kasus di TPA Benowo telah terjadi konflik realistis yang disebabkan oleh unjuk rasa warga dan pemilik tambak yang meminta TPA benowo dipindahkan sehingga pengepul sampah menuntut untuk demo tersebut dibubarkan.

Bagi Coser, konflik realistis merupakan satu alat untuk suatu tujuan tertentu, yang kalau tujuan itu tercapai mungkin akan menghilangkan sebab-sebab dasar dari konflik tersebut. Dalam kasus di TPA Benowo pengepul sampah menuntut untuk demo dari warga dan pemilik tambak tersebut dibubarkan. Unjuk rasa akhirnya berhasil dibubarkan oleh para Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang datang ke area TPA karena tidak ingin terjadi kekerasan lagi antara massa yang berdemo dan pengepul sampah. Dalam konflik yang terjadi Di TPA Benowo, tujuan telah tercapai yaitu pembubaran demo warga dan pemilik tambak dan apabila tujuan telah tercapai akan menyelesaikan konflik tersebut. Dalam kasus di TPA Benowo setelah pembubaran demo oleh Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya, massa yang berunjuk rasa dan pengepul sampah menghentikan konflik lalu kembali ke rumah masing-masing.

Menurut Coser, konflik realistis sering merupakan rangsangan untuk perubahan sosial. Artinya, konflik realistis memuat di dalamnya kepentingan-kepentingan, individu-individu serta kepentingan kelompok tertentu, namun apabila kepentingan itu sudah tercapai atau dengan kata lain apabila tujuan itu sudah tercapai, maka konflik akan terus terjadi namun tanpa penyebab awal yakni, kepentingan individu-individu serta kepentingan kelompok. Dalam kasus di TPA Benowo, perubahan sosial yang dimaksud ialah adanya inisiatif baru dari massa yang akan melakukan demo terhadap TPA Benowo untuk melakukan pembicaraan terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang akan dirugikan. Inisiatif baru lewat pembicaraan yang intensif dapat menghasilkan kepekaan terhadap kebutuhan pribadi anggota sistem yang akan dirugikan dan membantu perubahan dalam masyarakat.

Menurut Coser, konflik realistis adalah konflik yang memiliki tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan yang stabil. Stabil dalam konteks ini artinya konflik itu tetap sarat dengan kepentingan. Dalam kasus di TPA Benowo, pengepul sampah memiliki tujuan dan kepentingan yaitu menuntut pembubaran unjuk rasa dari warga sekitar TPA dan pemilik tambak agar TPA Benowo dapat beroperasi kembali, dengan demikian pengepul sampah dapat kembali melakukan transaksi jual beli barang bekas sampah dengan pemulung. Konflik realistis juga konflik yang

Dokumen terkait