• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORPORATE VEIL)

Pada prinsipnya, pemegang saham hanya bertanggung jawab sebanyak saham yang disetornya. Prinsip yang sama dianut juga oleh Corporation Law pada sistem Common Law, Amerika Serikat dan Inggris.

Limited Liability Company, di Amerika Serikat dan Inggris, pemegang sahamnya bertanggung jawab terbatas.

Namun, pemegang saham dapat juga bertanggung jawab pribadi. Ini dikenal dengan doktrin Piercing

the Corporate Veil, yaitu pemegang saham bertanggung jawab pribadi, bila ia melakukan tindakan dengan melanggar peraturan perusahaan atau Undang-Undang Perusahaan (Corporation on Limited Liability).

Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan pula ketentuan tersebut sebagai berikut :

(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila:

a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

56

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.

Piercing the Corporate Veil sering digunakan dalam lingkungan induk perusahaan dan anak perusahaan, perusahaan modal ventura, dan perusahaan yang dimiliki perusahaan yang menjadi hak milik masyarakat (community property). Yang dimaksud disini adalah bahwa perusahaan dapat dimiliki bersama oleh pasangan hidup. Suami dan isteri mempunyai hak milik bersama atas suatu perusahaan. Piercing the

Corporate Veil adalah alat agar masyarakat mendapat keuntungan dari perusahaan milik bersama yang terpisah.68

Piercing the Corporate Veil adalah doktrin hukum perusahaan pada sistem Common Law, dimana pemegang saham bertanggung jawab untuk kewajiban terhadap perusahaan. Pada umumnya pemegang saham tidak bertanggung jawab untuk utang-utang perusahaan melebihi jumlah modal yang disetornya. Alasan modern untuk membatasi tanggung jawab pemegang saham pada sistem Common Law disebut investor menekankan eliminaty 3 jenis transaction costs. Pertama, ongkos individu pemegang saham atau kreditor memonitor kesejahteraan pemegang saham lainnya. Kedua, ongkos tiap pemegang saham atau kreditor memonitor risiko dari tindakan manajemen. Ketiga, terbatasnya tanggung jawab pemegang saham membuat ia terbatas dalam transaction costs ini. Ada argumen tanggung jawab terbatas mendorong investasi dan fasilitas jalannya pasar modal.

Doctrine Piercing the Corporate Veil adalah pengamanan tradisonal dan yang biasa digunakan apapun perbedaan formulasinya. Ada dua substantive faktor, ditambah alasan gugatan ganti rugi.

Pertama, apakah anak perusahaan berdiri sendiri secara formal maupun realitas bisnisnya. Dalam mengevaluasi faktor tersebut, pengadilan melihat kepada pengawasan yang ketat terhadap anak perusahaan sehari-hari, termasuk pengambilan keputusan perusahaan. Aturan Piercing the Corporate Veil yang tradisional, adalah perbuatan salah, seperti penipuan. Adapula yang menyatakan fraud is not required to

support piercing. Perbuatan salah tersebut mendatangkan kerugian kepada penggugat. Pengadilan di Amerika, menggunakan salah satu faktor saja. Dalam McKinney v. Ganmetc Co., pengadilan mempertimbangkan kontrak oleh anak perusahaan untuk membeli saham surat kabar McKinney. Kontrak itu menetapkan bahwa McKinney masih tetap bertanggung jawab terhadap kebijakan editorial untuk 10 tahun dan ketentuan ini dilanggar.

Dalam kasus ini, McKinney berhasil menggugat induk perusahaan turut bertanggung jawab karena

Piercing the Corporate Veil. Menurut pengadilan, induk perusahaan mengatur jalannya anak perusahaan dan faktanya anak perusahaan dimiliki 100% oleh induk perusahaan.

Piercing the Corporate Veil adalah yang paling sering digunakan sebagai alat untuk membatasi tanggung jawab pemegang saham induk perusahaan. Piercing the Corporate Veil adalah hukum yang

68 Joshua Aaron Garner, “Who is Looking Out for the Community? Piercing the Corporate Veil in Neibaur V. Neibaur”, 41 Idaho Law Review (2005), h. 566-583.

57

mengecualikan tanggung jawab, dimana pengadilan tidak mengikuti terpisahnya perusahaan dan menetapkan pemegang saham bertanggung jawab atas tindakan perusahaan.69

Piercing the Corporate Veil sebagian besar selalu diterapkan dalam kasus (1) penipuan; (2) tidak cukup mengumpulkan modal; (3) gagal menjalankan formalitas perusahaan; (4) pelanggaran terhadap badan hukum perusahaan dimana hasil dominasi para pemegang saham.70 Doktrin piercing the corporate veil juga diterapkan pada pemegang saham yang menggunakan perusahaan untuk keuntungan bisnisnya sendiri.71

Piercing the Corporate Veil di Montana mencakup juga bila : (1) inadequate capitalization

(2) failure to issue stock

(3) failure to observe corporate formalities (4) nonpayment of dividends

(5) insolvency of the debtor corporation

(6) nonfuctioning of the other officers or directors (7) absence of corporate records

(8) commingling of funds

(9) diversion of assets from the corporation by or to stockholder or other person or entity to the detriment

of creditors

(10) failure to maintain arm’s-length realationship among related entities

(11) whether, in fact, the corporation is a mere façade for the operation of the dominant stockholder.72 Pada tahun 2006, China memperbaharui Hukum Perusahaannya dengan menerapkan Undang-Undang yang baru. Undang-Undang Perusahaan yang baru ini memperkenalkan konsep Piercing the Corporate Veil, yang sebelumnya tidak dikenal di China. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebagaimana disebutkan Pasal 20 dan 64 Company Law tidaklah exclusive dan jelas faktor-faktor tambahan turut dipertimbangkan oleh pengadilan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

(1) Whether the company is undercapitalized, which was a major factor in cases prior to the 2006 Company Law. An undercapitalization analysis should also include whether creditors were intentionally misled about the financial strength of the corporation.

(2) Whether the corporation failed to observe corporate formalities, such as holding separate board meetings, keeping separate records, maintaining separate officers and accounts, filing separate tax returns, and holding separate deeds to property.

69 Eric W. Shu, “Piercing the Veil in California LLCS : Adding Surpise to the Venture Capitalist Equation”, 45 Santa Clara Law Review (2005), h. 1014.

70 Fredric J. Bendremer, “Delaware LLCS and Veil : Limited Liability Has Its Limitations”, 10 Fordham Journal of Corporate and Finalcial Law (2005), h. 388-391.

71 Cameron H. Goodman, “Piercing the Corporate Veil and Holding a Non-Shareholder Liable in Illinois?”, 18 DCBA Brief (May, 2006), h. 7-8.

72

58

(3) Whether corporate assets were diverted for personal use. Such diversion, if it occurs without payment or prior agreement, is often evidence of an alter-ego relationship between the shareholder and the corporation.

(4) Whether the corporation failed to issue any stock, maintain real property, buy separate insurance, or engage in other conduct typical of a normal corporation.

(5) Whether the parent company interfered excessively in the management of the subsidiary.

(6) Whether the parent and subsidiary companies conducted joint activities, such as purchasing, advertising, or public relations, and if so, whether payment for such activities was unfairly distributed across the two companies.

(7) Whether the corporation concealed or misrepresented the responsible ownership, management, or financial interests in the corporation, or concealed the personal business interest of the shareholders.

(8) Whether the corporation failed to pay or overpaid dividends to shareholders.73

Konsep modern dari tanggung jawab pemegang saham yang terbatas sebanyak saham yang disetornya tidaklah absolute. Pada umumnya Piercing the Corporate Veil adalah konsep yang mengenyampingkan perbedaan antara Perusahaan Terbatas dan pemegang sahamnya. Pengadilan mempertimbangkan bahwa utang perseroan tidaklah benar-benar utang perseroan, tetapi juga utang dari individu pemegang sahamnya. Doctrine Piercing the Corporate Veil diterapkan kepada semua perseroan; kecil, perseroan tertutup atau perseroan keluarga, dan perusahaan besar atau perusahaan yang go public.74

Di Indonesia, contoh yang paling baru adalah lenyapnya hak pemegang saham Bank Century. Mereka bertiga menjadi buronan karena menggelapkan dana Bank Century, dimana mereka menjadi pemegang saham. Menurut hemat saya pemegang saham Bank Century melalui Pasal Modal tidak lenyap kepemilikannya karena mereka tidak melanggar hukum. Saham mereka terdilusi, karena tidak ikut menyetor modal tambahan.

________

73Mark Wu, “Piercing China’s Corporate Veil : Open Question from the New Company Law”, 117 Yale Law Journal (November, 2007), h. 336. Lihat juga Bradley C. Reed, “Clearing Away the Mist : Suggestions for Developing a Principled Veil Piercing Dovtrine in China”, 39 Vanderbilt Journal of Transnational Law (November, 2006), h. 1662-1674.

74 J. Jarod Jordan, “Piercing the Corporate Veil in West Virginia : the Extension of Laya to all Sophisticated Commercial Entities”, 109 West Virginia Law Review (Fall, 2006), h. 143-150.

60