• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengendalian Gulma Pada Pasar Rintis, Piringan dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) Secara kimia.

a. Tujuan

- Menghindari persaingan penyerapan unsur hara dan intensitas penyinaran matahari.

- Mempermudah perawatan tanaman kelapa sawit.

- Memperbaiki sirkulasi udara pada pokok kelapa sawit (meningkatkan penyerbukan alami)

- Mempermudah kontrol pemupukan dan hama.

- Mempermudah pengutipan brondolan (panen) dan pengangkutan tandan buah sawit (TBS) dari pokok kelapa sawit menuju TPH. - Menekan populasi gulma.

b. Dasar teori

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma (Anonim, 2002).

Herbisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk membunuh gulma. Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Bersama dengan penggunaan pupuk, varietas, insektisida dan liain- lain herbisida dapat meningkatkan produk pertanian. Di daerah di mana tenaga kerja terbatas, penggunaan herbisida sangat dibutuhkan. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum tanam, sebelum tumbuh dan sesudah tumbuh (Sudarmo, 2001).

c. Alat dan bahan

Alat : kep, drum, gembor, gerigen, pengaduk dan takaran. Bahan: Gulof 480 AS dan air.

d. Prosedur kerja.

1) Menentukan blok yang akan dikerjakan. 2) Siapakan alat dan bahan.

3) Masukan air kedalam drum sampai ½ bagian.

4) Masukan herbisida dengan dosis sesuai rekomendasi (2,9 cc/l air) 5) Aduk dan tambahkan air sampai penuh.

6) Masukan larutan semprot kedalam kep.

7) Pemasangan pancang hancak (penghancakan).

8) Pekerja memasuki hancak yang telah di tentukan, kemudian melakukan penyemprotan pada pasar rintis, piringan dan TPH. e. Hasil yang di capai

Target: 1 HK/ha

2. Pengeceran Pupuk (Pengangkutan Pupuk/Langsir Pupuk) a. Tujuan

- Untuk memudahkan aplikasi pemupukan. - Untuk meudahkan penghancakan.

- Untuk mencapai tarjet pemupukan. b. Dasar teori

Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengangkut pupuk dari gudang central menuju blok. Dalam pengeceran pupuk yang perlu diperhatikan adalah saranan angkutan dan jalan harus memadai serta organisasi pengangkutan berjalan dengan baik (Anonim, 2002).

c. Alat dan bahan

Alat: truk dan Jhonder. Bahan: pupuk .

d. Prosedur kerja.

1) Menentukan blok yang akan di pupuk. 2) Siapkan alat dan bahan.

3) Pengangkutan pupuk di gudang ke blok

4) Pupuk yang sudah di until di muat di trailer/bak truk sesuai dengan jumlah yang di butuhkan dengan memperhatikan kapasitas muat. 5) Pengeceran pupuk di sepanjang CR.

e. Hasil yang di capai Target: 1 HH/150 until Hasil: 1 HK/150 until

3. Aplikasi Pemupukan MOP a. Tujuan

- Untuk menambah unsur hara di dalam tanah.

- Untuk meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produk si tanaman menjadi relatif lebih stabil.

- Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.

- Untuk memacu pertumbuhan vegetatif (akar, batang dan daun). - Untuk mepercepat produksi kelapa sawit (memasuki masa TM). b. Dasar teori

Kemampuan lahan dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawir yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyedian hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pupuk didefinisikan sebagai material yang di tambahkan ketanah dengan tujuan melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Pupuk yang di berikan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik (Pahan, 2006).

Efektifitas dan efisiensi pemupukan juga sangat tergantung dari ketepatan dosis, waktu, cara dan jenis. Upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan dari segi tepat cara dapat diuraikan sebagia berikut:

1) Pada tanaman remaja kurang dari 8 tahun, pupuk ditebar di daerah piringan pokok.

2) Pada tanaman dewasa di atas 8 tahun, pupuk ditebar sebagian di dalam dan sebgian lagi di luar piringan.

3) Pada tanaman tua di atas 15 tahun, pupuk yang lambat larut seperti TSP, RP dan dolomit ditebar di gawangan.

4) Pada areal yang topografinya curam untuk menghindari hanyutnya pupuk oleh hujan diupayakan pocket sistem dikanan-kiri pokok pada terasan (Risza, 2004).

c. Alat dan bahan

Alat: takaran, karung (tas)

Bahan: dosis sesuai dengan rekomendasi (MOP 1,25 kg/pokok pada TM1)

d. Prosedur kerja.

1) Menentukan blok yang akan dilakukan aplikasi pemupukan. 2) Siapkan alat dan bahan.

3) Memindahkan pupuk dari karung (untilan) ke tas karung. 4) Penghancakan pekerja.

5) Pekerja memsuki pasar rintis kemudian menuju pokok sawit. 6) Aplikasi pemupukan dengan cara pupuk di tabur melingkar di

pokok kelapa sawit dengan jarak ± 30 cm dari tajuk mengarah ke dalam pokok sawit.

e. Hasil yang di capai Target: 1 HK/250-300 kg

D. Panen

1. Pemotongan Tandan Buah Sawit (TBS) a. Tujuan

- Mengambil TBS yang telah memasuki kreteria matang panen. - Untuk memperoleh TBS per ha yang optimal.

- Untuk mecapai produktifitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan kualitas yang sesuia permintaan pasar.

b. Dasar teori

Panen adalah kegiatan pemotongan atau pengambilan TBS yang telah memenuhi kreteria matang pada pokok kelapa sawit yang telah siap panen dan selanjutnya TBS dan buah lepas di kumpulkan di TPH kemudian di bawa menuju pabrik, kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti pada pengolahan TBS (Anonim, 2005).

Tujuan panen adalah mengutip hasil (buah) yang dianggap matang untuk diproses di pabrik (Yudantara, 1999).

Pada saat buah masak kandungan minyaknya pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang buah sawit akan lepas dari janjangnya dan mengakibatkan biaya panen meningat.

Hasil potong buah dikatakan baik jika komposisi buah/TBS normal/masak sebesar 98% dan buah mentah serta buah tertinggal maksimal 2%. Pemotongan buah mentah merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemanen. Hal ini sama seringnya dengan meninggalkan berondolan dipiringan. Penanggulang yang paling baik

yaitu dengan kontrol yang sesering mungkin di TPH dan ancak panen. Kerugian akibat memotong buah mentah yaitu kehilangan sebagian potensi produksi minyak (MKS) mengganggu kelestarian peroduksi, merugikan PKS dan melukai pokok sehingga tanaman mengalami setres (Pahan, 2006).

c. Alat dan bahan

Alat: dodos, ganco dan karung. Bahan: -

d. Prosedur kerja. 1) Menyiapkan alat.

2) Menyiapkan pancang hancak.

3) Pekerja memsuki pasar rintis kemudian menuju pokok sawit. 4) Memotong buah masak (ditandai dengan adanya buah lepas dari

janjangnya sebanyak 2 buah).

5) Mengutip buah lepas yang jatuh kepiringan.

6) Memotong tangkai jangjang yang panjang sampai memet. 7) Mengangkut TBS menuju TPH dan menyusunya tiap 5 baris. 8) Pemberian nomor pemanen.

e. Hasil yang di capai Tarjet: 1 HK = 3 ha

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembibitan Mucuna bracteata (MB) dilalakukan selama 2 bulan sebelum di pindahakan ke lapangan.

2. Pemupukan bibit/kelapa sawit di unit MAE didasarkan atas 4 tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepar dosis, tepat waktu dan tepat aplikasi.

- Penyakit yang paling banyak dijumpai di pembibitan kelapa sawit pada unit MAE yaitu penyakir bercak daun (culvularia).

3. Pengendalian gulma yang penulis lakukan di MAE adalah pengendalian gulma secara manual dan khemis.

4. Seleksi bibit dilakukan untuk mendapatkan bibit yang benar-benar berkualitas (sehat, pertumbuhannya seragam dan produksinya tinggi). 5. Tanam sisip dilakukan dengan tujuan :

- Menjaga jumlah populasi tanaman kelapa sawit. - Mendapatkan produksi perhektar yang maksimal.

6. Kastrasi adalah pembuangan bunga jantan dan bunga betina, kastrasi dilakukan pada saat tanaman berumur 12-24 bulan setelah tanam. Jika tidak dilakukannya kastrasi maka harus ada pekerjaan sanitasi atau pembersihan buah pasir yang membusuk karena dapat mengundang penyakit busuk buah (Marasmius palmivora) dan membuang pelepah kering.

7. Panen adalah kegiatan pemotongan atau pengambilan TBS yang telah memenuhi kreteria matang pada pokok kelapa sawit yang telah siap panen dan selanjutnya TBS dan buah lepas di kumpulkan di TPH kemudian di bawa menuju pabrik kelapa sawit.

8. Setelah melaksanakan kegiatan PKL penulis dapat memahami prinsip, dan tahapan budidaya kelapa sawit, mengetahui secara teknis penggunaan alat, bahan dan sarana dalam perkebunan kelapa sawit serta berbagai permasalahan yang dihadapai dilapangan.

9. Pengalaman selama PKL menjadi bekal bagi penulis untuk menghadapi persaingan di dunia kerja khususnya pada bidang perkebunan kelapa sawit.

B. Saran

1. Mahasiswa harus benar-bener mempelajari teknis kerja di lapangan serta cara penggunaan alat dan bahan sehingga dapat melaksanakan PKL dengan baik.

2. Mahasiswa harus aktif mengikuti semua kegiatanan selama melaksanakan kegiatan PKL.

3. Selain mempelajari teknis pekerjaan di lapangan, manajemen administrasi juga harus mendapatkan perhatian yang serius.

Dokumen terkait