• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Syarat-Syarat Perjanjian Kerja Berdasar UU Ketenagakerjaan dalam Kontrak Kerja Outsourcing

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pemenuhan Syarat-Syarat Perjanjian Kerja Berdasar UU Ketenagakerjaan dalam Kontrak Kerja Outsourcing

Perjanjian kerja sebagai salah satu bentuk perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja juga harus mematuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dan yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Secara spesifik pengaturan tentang perjanjian kerja termaktub dalam Undang-Undang

No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 52 ayat (1) yaitu bahwa perjanjian kerja harus dibuat atas dasar :

a. Kesepakatan kedua belah pihak;

Perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak artinya para pihak yaitu pengusaha dengan pekerja/buruh, sepakat mengikatkan diri untuk menyetujui segala sesuatu sesuai yang diperjanjikan. Pengusaha setuju dengan apa yang dikehendaki oleh pekerja/buruh demikian pula pekerja/buruh setuju dengan apa yang dikehendaki oleh pengusaha. Segala sesuatu yang disepakati pengusaha dan pekerja/buruh dituangkan dalam perjanjian kerja yang harus dipatuhi oleh ke dua belah pihak.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kesepakatan kedua belah pada perjanjian kerja yang dibuat antara PT Emesha Duaribu, PT Rizqu Barkah maupun PT Multi Bangun Abadi dengan pekerja/buruh dituangkan dalam bentuk klausul-klausul yang ada dalam perjanjian kerja masing-masing. PT Emesha Duaribu hal tersebut tercermin pada klausul berikut :

”PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA setuju dan sepakat untuk mengadakan ikatan kerja sehubungan perjanjian kerjasama No. 273/IN/KTR/74000/05 antara PIHAK PERTAMA dengan PT INFOMEDIA NUSANTARA (untuk selanjutnya disebut ”KLIEN”);...” Selanjutnya

”Dengan ini telah dicapai kata sepakat antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk mengikatkan diri mengadakan Perjanjian Kontrak Kerja Berjangka Waktu Tertentu dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut: ... ”

Pada bagian akhir perjanjian kerja disamping tanda tangan kedua belah pihak tercantum juga klausul yang mencerminkan kesepakatan tanpa tekanan, yaitu ;

”Demikian Perjanjian Kontrak Kerja ini dibuat dengan itikad baik tanpa adanya tekanan dari Pihak manapun dan ditandatangani dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rokhani untuk dipatuhi dan dilaksanakan; ...”

Pada PT Rizku Barkah, pernyataan kesepakatan pengusaha dengan pekerja/buruh dapat dilihat pada klausul berikut :

“Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kontrak Kerja dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syatat sebagaimana tercantum pada pasal-pasal sebagai berikut : ...” Pasal 7 tentang Penutup pada perjanjian kerja waktu tertentu antara PT Rizku Barkah dengan pekerjanya, dinyatakan pula tentang kesepakatan tersebut yang tanpa paksaan dan kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pernyataannya :

“Demikian Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dibuat tanpa adanya paksaan dari masing-masing pihak dalam rangka 2 (dua) masing-masing bermeterai Rp.6000 (enam ribu rupiah)dan mempunyai kekuatan hukum

yang sama,1 (satu) rangkap untuk Pihak Pertama dan 1 (satu) rangkap untuk Pihak Kedua. ... “

Adapun PT Multi Bangun Abadi, pemenuhan syarat tersebut dapat dilihat pada : “Demikianlah, para Pihak telah sepakat dan menandatangani Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun. ... “

b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum bermakna bahwa pengusaha maupun pekerja/buruh menurut hukum mampu/cakap membuat perjanjian kerja. Seseorang dipandang cakap/mampu membuat perjanjian kerja adalah mereka yang sudah cukup umur. Cukup umur ini maksudnya adalah sudah dewasa yang itu juga bermakna pihak yang membuat perjanjian itu tidak anak-anak. Berdasarkan ketentuan UU Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 26, yang disebut anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Berpijak pada ketentuan pada UU Ketenagakerjaan dapat ditarik kesimpulan bahwa batasan minimal untuk dapat membuat dan menandatangani perjanjian kerja adalah 18 tahun. Selain batasan umur tersebut seseorang dikatakan cakap/mampu melakukan perbuatan hukum jika orang tersebut tidak terganggu jiwanya.

Pemenuhan syarat kemampuan/kecakapan dalam berbuat hukum dapat diketahui dari usia para pihak. Baik pada PT Emesha Duaribu, PT Rizqu Barkah

maupun PT Multi Bangun Abadi terlihat usia pihak pekerja/buruh dengan melihat tanggal lahir pekerja/buruh yang semuanya sudah dewasa yaitu masing-masing 23 tahun, 27 tahun, dan 24 tahun. Namun dari pihak pengusaha dalam hal ini diwakili oleh Direktur tidak dapat diketahui usianya karena tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja. Jika mengacu pada ketentuan Pasal 54 ayat (1) huruf a UU Ketenagakerjaan, yang harus dicantumkan dalam perjanjian kerja adalah nama, alamat perusahaan dan jenis usaha maka dalam hal ini perusahaan tidak menyalahi peraturan perundangan yang berlaku.

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

Pekerjaan merupakan objek perjanjian kerja. Pekerjaan yang diperjanjikan ini harus ada, jelas dan dapat dilakukan oleh pekerja. Pekerjaan pada umumnya bersangkutan dengan ketrampilan/keahlian pekerja, sehingga wajar apabila hak dan kewajiban yang timbul pada diri para pihak menjadi beragam pada setiap perjanjian kerja yang dibuat.

Berdasar penelitian dapat diketahui bahwa ketiga sampel semuanya mencantumkan pekerjaan yang diperjanjikan. Klausul pencantumannya adalah sebagai berikut.

”PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sebagaimana PIHAK KEDUA menerima tugas dari PIHAK PERTAMA dalam bidang ekerjaan Operator Call Center 147, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan spesifikasi KLIEN; ... ”

PT Rizqu Barkah

“Pihak Kedua bersedia menerima tugas pekerjaan sebagai tenaga administrasi dan bersedia melaksanakan tugas pekerjaan yang diberikan oleh Pengguna Tenaga kerja . Pihak Kedua bersedia melaksanakan tugas seperti pada ayat (3) pasal ini dengan baik dan bertanggung jawaab serta mengikuti jam kerja yang telah ditentukan oleh Pengguna Tenaga kerja ...”

PT Multi Bangun Abadi

“PIHAK KEDUA menyetujui utmuk melaksanakan / melakukan pekerjaan utnuk keperluan PIHAK PERTAMA, sebagai Anggota Sekuriti di Purwodadi atau pada tempat / wilayah yang akan ditunjuk / ditentukan oleh PIHAK PERTAMA...”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syarat adanya pekerjaan yang diperjanjikan sudah terpenuhi.

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pekerjaan yang diperjanjikan pada sebuah perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika dilihat pada sampel, jenis pekerjaan yang tertulis dalam perjanjian kerja tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan jelas pada perjanjian disebutkan bahwa pekerjaan yang diperjanjikan adalah sebagai Operator Call Center 147 pada PT Emesha Duaribu, sebagai tenaga administrasi pada PT Rzqu Barkah, dan sebagai anggota sekuriti pada PT Multi Bangun Abadi.

Disamping pemenuhan syarat-syarat perjanjian kerja sebagaimana tersebut di atas, mengingat perjanjian kerja pada kontrak kerja outsourcing dibuat untuk waktu tertentu maka perjanjian kerja tersebut juga harus memenuhi ketentuan Pasal 54, 57, 58, 59, 65 ayat (2) dan 66 UU Ketenagakerjaan.

Pada Pasal 54 ayat (1) UU Ketenagakerjaan ditentukan tentang isi dari perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat :

a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja / buruh; c) Jabatan atau jenis pekerjaan;

d) Tempat pekerjaan;

f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha serta pekerja / buruh;

g) Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; h) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Berdasar hasil penelitian, semua sampel perjanjian kerja waktu tertentu pada kontak kerja outsourcing telah memenuhi ketenuan pasal 54 ayat (1). Demikian juga ketentuan pada pasal 54 ayat (3) yang menentukan bahwa perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama. Pemenuhan ketentuan tersebut tercermin pada klausul dalam perjanjian kerja yang berbunyi sebagai berikut.

PT Emesha Duaribu

”Perjanjian kontrak kerja ini dibuat rangkap 2 (dua) asli di atas kertas bermeterai cukup, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak”;...

PT Rizku Barkah

“Demikian Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dibuat tanpa adanya paksaan dari masing-masing pihak dalam rangka 2 (dua) masing-masing bermeterai Rp.6000 (enam ribu rupiah)dan mempunyai kekuatan hukum

yang sama,1 (satu) rangkap untuk Pihak Pertama dan 1 (satu) rangkap untuk Pihak Kedua. ...”

PT Multi Bangun Abadi tidak mencantumkan klausul secara tertulis mengenai hal tersebut di atas walaupun dalam prakteknya perjanjian kerja dibuat rangkap 2 (dua), satu rangkap untuk pengusaha dan satu rangkap diberikan kepada pekerja.

Pasal 57 ayat (1) UU Ketenagakerjaan menentukan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu harus dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Selanjutnya pada ayat (3) ditentukan bahwa dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian hari terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat antara PT Emesha Duaribu, PT Rizqu Barkah dan PT Multi Bangun Abadi dengan pekerja outsourcingnya menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian ketentuan Pasal 57 ayat (1) UU Ketenagakerjaan sudah terpenuhi.

Ketentuan Pasal 58 ayat (1) UU Ketenagakerjan berbunyi bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Jika dalam perjanjian kerja waktu tertentu disyaratkan masa percobaan maka masa percobaan kerja tersebut batal demi hukum. Demikian ketentuan Pasal 58 ayat (2) UU Ketenagakerjaan. Ketentuan tersebut sudah terpenuhi pada ketiga sampel perjanjian kerja waktu tertentu pada kontrak kerja

outsourcing. Ketiga perusahaan tersebut tidak mensyaratkan adanya masa percobaan.

Apabila dilihat dari jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, pada ketiga sampel perjanjian kerja waktu tertentu semuanya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 59 ayat (1) UU Ketenagakerjaan. Pasal tersebut menentukan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

1) Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya;

2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun;

3) Pekerjaan yang musiman; atau

4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan.

Selanjutnya pada ayat (2) ditentukan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Yang dimaksud dengan pekerjan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu perusahan atau yang bukan musimam.

Dilihat dari pekerjaan yang diperjanjikan di pada ketiga sampel, yaitu sebagai Operator Pelayanan 147, sebagai tenaga administrasi dan sebagai tenaga sekuriti maka menurut peneliti ketiga pekerjaan tersebut bukan merupakan

pekerjaan yang bersifat tetap atau pokok di perusahaan dimana pekerja ditempatkan. Jenis-jenis pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan penunjang.

PT Emesha Duaribu menempatkan pekerjanya sebagai Operator Pelayanan 147 untuk penanganan Contact Center 14 Semarang pada PT Infomedia Nusantara yang bergerak di bidang telekomunikasi. PT Rizqu Barkah menempatkan pekerjanya sebagai tenaga administrasi pada PT PLN Priklining Jawa Tengah yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ketenagalistrikan. Adapun PT Multi Bangun Abadi menempatkan pekerja outsourcingnya pada sebagai anggota tenaga sekuriti di Purwodadi atau pada tempat / wilayah yang akan ditunjuk / atau ditentukan oleh Pihak Pertama. Terlihat disini bahwa dalam perjanjian kerja antara PT Multi Bangun Abadi dengan pekerjanya tidak dicantumkan dengan tegas tentang perusahaan tempat mereka dipekerjakan, namun bila dilihat dari jenis pekerjaannya yaitu sebagai anggota tenaga sekuriti maka jelas dapat diketahui bahwa pekerjaan tersebut bukan merupakan pekerjaan pokok dan tidak merupakan pekerjaan yang bersifat tetap.

Kondisi tersebut diatas sekaligus memenuhi ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan Pasal 66 ayat (1) UU Ketenagakerjaan. Pasal 65 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menentukan bahwa pekerjaan yang diserahkan pada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

e. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

f. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

h. tidak menghambat proses produksi secara langsung.

Adapun Pasal 66 ayat (1) UU Ketenagakerjaan menentukan bahwa pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunkan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegitan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan usaha pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi hanya boleh dilakukan oleh pekerja/buruh yang diikat dengan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dan/atau perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu, bukan pekerja/buruh outsourcing.

Yang dimaksud dengan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain : usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makan untuk pekerja/buruh, usaha tenaga pengamanan (security/satuan pengamanan), serta usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh.

Pada ketiga sampel perjanjian kerja untuk waktu tertentu pada kontrak kerja outsourcing ini, pekerjaan yang diperjanjikan bukan merupakan kegiatan pokok (core bussines) atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, tetapi merupakan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerjaan yang diperjanjikan

pada sampel merupakan pekerjaan yang masuk dalam kategori kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, tidak menghambat proses proses produksi secara langsung, dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan.

Disamping itu apabila dilihat dari jangka waktu penyelesaian pekerjaan diperkirakan tidak terlalu lama dan paling lama tiga tahun, pada sampel perjanjian kerja waktu tertentu semua berjangka waktu 12 bulan. Jangka waktu ini dinilai wajar mengingat perusahaan penyedia jasa tenaga kerja mendapat order pekerjaan yang tidak tetap atau tidak pasti sehingga mereka mengikat pekerja outsourcingnya hanya untuk jangka waktu tertentu, dalam hal ini 12 bulan atau satu tahun.

Pasal 66 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menentukan bahwa penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :

e. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

f. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani kedua belah pihak;

g. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

h. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Berpijak pada ketentuan Pasal 66 ayat (2) huruf a, dari hasil penelitian dapat disimpulkan telah terjadi hubungan kerja antara PT Emesha Duaribu, PT Rizqu Barkah dan PT Multi Bangun Abadi dengan pekerja outsourcingnya. Sebagaimana diketahui bahwa telah ada perjanjian kerja antara ketiga perusahaan penyedia jasa pekerja tersebut dengan pekerjanya. Berdasar ketentuan Pasal 50 UU Ketenagakerjaan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh. Dengan demikian karena sudah ada perjanjian kerja antara PT Emesha Duaribu, PT Rizqu Barkah dan PT Multi Bangun Abadi dengan pekerjanya maka ada hubungan kerja yang jelas dengan berdasar pada perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang telah mereka buat, dimana perjanjian kerja ini merupakan dasar terjadinya hubungan kerja.

Kemudian pemenuhan ketentuan Pasal 66 ayat (2) huruf b bahwa perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja outsourcing adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 dan/atau perjanjian waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis

dan ditandatangani kedua belah pihak (pengusaha dengan pekerja/buruh). Ketentuan ini semuanya terpenuhi pada sampel, sebagaimana telah diulas sebelumnya bahwa perjanjian kerja waktu tertentu pada kontrak kerja outsourcing telah dibuat untuk jangka waktu tertentu yaitu 1 bulan dan dibuat secara tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Berkaitan dengan perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan sebagaimana ditentukan menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Dari hasil penelitian diketahui :

PT Emesha Duaribu

Pada perjanjian kerja tentang upah dan kesejahteraan diatur dalam Pasal 4. upah yang diberikan kepada pekerja outsourcing sebesar Rp. 961.000,00 (sembilan ratus enam puluh satu ribu rupiah) yang terdiri dari gaji dasar (Rp. 586.000,00), tunjangan transport (Rp. 125.000,00), tunjangan posisi (Rp. 100.000,00), dan tunjangan prestasi (Rp. 150.000,00 (maksimal)). Jumlah tersebut sudah memenuhi ketentuan upah minimum Kota Semarang. Sistem pembayaran upah dilakukan melalui Bank yang telah ditunjuk oleh Pihak Pertama atas nama dan nomor rekening Pihak Kedua. Pembayaran dilakukan pada tanggal 28 (dua puluh delapan) setiap bulan berjalan. Jika tanggal tersebut jatuh pada hari libur kerja dan atau hari raya, maka pembayaran akan dilakukan 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal tersebut.

Berdasar ketentuan pada Pasal 4, 5, 6, dan 7 diketahui juga bahwa pekerja memperoleh hak cuti jika sakit, cuti tahunan (12 hari), cuti melahirkan, jaminan

sosial tenaga kerja berupa jaminan hari tua, tunjangan keselamatan kerja dan tunjangan kematian. Pekerja juga memperoleh tunjngan hari raya (sebesar gaji dasar), pakaian seragam serta fasilitas pemeliharaan kesehatan melalui Asuransi Kesehatan dari PT Askes.

Mengenai pemutusan hubungan kerja diatur pada Pasal 8. Adapun tentang penyelesaian perselisihan diatur dalam Pasal 9. Klausul pasal tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara Pihak Pertama dengan Pihak Kedua, diupayakan dislesaikan secara musyawarah dan mufakat; (2) Apabila jalan musyawarah tersebut pada ayat (1) Pasal ini tidak

tercapai kesepakatan, maka kedua belah pihak sepakat menyelesaikannya melalui Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang.

PT Rizqu Barkah

Upah pekerja outsourcing pada PT Rizqu Barkah sebesar Rp. 1.073.550,00 (satu juta tujuh puluh tiga ribu lima ratus lima puluh ribu rupiah) yang dibayarkan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua setiap awal bulan berikutnya, paling lambat tanggal 5 (lima). Bila pekerja tidak masuk kerja dipotong upahnya sejumlah hari tidak masuk kerja dibagi dengan jumlah hari kerja kali upah satu bulan. Demikian ketentuan Pasal 2 ayat (1) perjanjian kerja waktu tertentu antara PT Rizqu Barkah dengan pekerja. Jika dilihat dari besaran upahnya sudah memenuhi ketentuan upah minimum Kota Semarang. Dari ketentuan Pasal 2 tersebut secara tidak langsung juga terlihat bahwa pekerja masuk dalam kategori pekerja harian dengan sistem pembayaran upah secara bulanan.

sebesar Rp. 139.560,00. Apabila pekerja tidak masuk kerja satu bulan penuh maka tunjangan profesi ini tidak dibayarkan. Kemudian pada ayat (3) ditentukan bahwa tunjangan transport Rp. 165.000,00 apabila pekerja tidak masuk akan dipotong Rp. 7.500,00 untuk setiap harinya. Jadi jika dalam satu bulan pekerja masuk terus maka total penerimaan dalam satu bulan adalah Rp. 1.378.110,00 (satu juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu seratus spuluh rupiah).

Pada Pasal 1 ayat (5) diatur bahwa Pihak Kedua diwajibkan ikut asuransi (Jamsostek) untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja, Kesehatan dan Tunjanan Hari Tua.

Diatur juga pada Pasal 4 tentang Tuntutan bahwa Pihak Kedua tidak berhak dan tidak menuntut untuk diankat sebagai pegawai / karyawan / tenaga kerja pada kantor Pengguna Tenaga Kerja. Pihak Kedua tidak berhak mengadakan tuntutan untuk memperoleh hak dan fasilitas pegawai / karyawan / tenaga kerja. Pengaturan ini menunjukkan bahwa hak pekerja outsourcing di PT Rizqu Barkah berbeda dengan hak para pekerja dengan status pekerja tetap serta pekerja dimana ia ditempatkan.

Tentang PHK diatur pada Pasal 5 dimana Pihak Pertama berhak memutuskan kontrak kerja dengan Pihak Kedua yang sedang berjalan tanpa ada uang pesangon dan ganti rugi bila Pihak Kedua melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, antara lain bila melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang atau uang milik Pengguna Tenaga Kerja, melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja, dan lain-lain. Selanjutnya pada Pasal 6 ditentukan bahwa Pihak Pertama dapat mengakhiri hubungan kerja kepada Pihak Kedua dengan tidak

berkewajiban memberikan kompensasi uang pesangon, penghargaan masa kerja, ganti kerugian, apabila Pihak Kedua antara lain mengalami gangguan kesehatan (kesehatan Jiwa) selama waktu tertentu atau 1 (satu) bulan terus menerus, sehingga menyebabkan yang bersangkutan tidak dapat bekerja / melaksanakan tugasnya. Pengaturan tersebut menunjukan bahwa pekerja outsourcing berada pada posisi yang kurang menguntungkan mengingat pengusaha dapat dengan leluasa mengakhiri hubungan kerja, di sisi lain dalam perjanjian kerja tersebut tidak menjamin hak pekerja terkait dengan pemutusan hubungan kerja yang disebabkan dari sisi pengusaha. Demikian pula tentang penyelesaian perselisihan apabila terjadi. Tidak ada pengaturan yang tegas tentang prosedur penyelesaian apabila terjadi perselisihan antara pekerja dengan pengusaha.

PT Multi Bangun Abadi

Upah pekerja outsourcing pada PT Multi Bangun Abadi sebesar Rp. 840.948,00 (delapan ratus empat puluh ribu sembilan ratus empat puluh delapan ribu rupiah) yang dibayarkan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua pada setiap bulannya. Upah ini sesuai dengan ketentuan upah minimum Kabupaten Purwodadi. Pekerja juga mendapatkan tunjangan hari raya. Pada perjanjian kerja tidak diatur tentang

Dokumen terkait