• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Uji Efek Nefroprotektif Ekstrak Metanol-Air Biji P. americana

5. Pemeriksaan Histologis Ginjal

Tujuan dari pemeriksaan histologis ginjal ini adalah untuk melihat perubahan secara struktural pada organ ginjal yang terkena praperlakuan ekstrak metanol biji P. americana dan nefrotoksin karbon tetraklorida. Pemeriksaan histologis ginjal ini sebagai data pendukung data kadar serum kreatinin, yaitu untuk menggambarkan keadaan ginjal secara mikroskopis pada kelompok kontrol nefrotoksin, kontrol olive oil, kontrol ekstrak, dan kelompok perlakuan EMPA dosis 0,35; 0,7; dan 1,4 g/kgBB. Setelah praperlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35; 0,7; 1,4 g/kgBB terinduksi CCl4, sebagian hewan uji (3 tikus) dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Ginjal tikus yang sudah diambil dicuci dengan larutan saline 0,9%

untuk membersihkan dari darah. Kemudian dimasukkan ke dalam larutan formalin 10%. Preparat histologis ginjal dibaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 x dan hasil pemeriksaannya dibuat fotomikroskopik sebagai data kualitatif.

Dari hasil penelitian jangka panjang selama 7 hari, didapatkan hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus pada masing-masing kelompok yang dideskripsikan pada tabel IX.

Tabel IX. Hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal

Kontrol Nefrotoksin CCl4 2 ml/kgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP).

Kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB Terdapat degenerasi hidropik epithel tubulus (DHET) dan intratubular hialin cast (ITC)

Kontrol EMPA dosis 1,4 g/kgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP). Namun satu tikus mengalami perubahan secara struktural, yaitu nefritis interstitialis (NI) dan perivaskulitis.

EMPA dosis 0,35 g/kgBB + induksi CCl4 2 ml/kgBB

Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP).

EMPA dosis 0,7 g/kgBB + induksi CCl4 2 ml/kgBB

Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP).

EMPA dosis 1,4 g/kgBB + induksi CCl4 2 ml/kgBB

Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP). Namun ditemukan dua tikus mengalami perubahan secara struktural, yaitu intratubular hialin cast (ITC)

Keterangan :

EMPA = Ekstrak metanol-air biji P. americana

a. Kontrol nefrotoksin CCl4 2 ml/kgBB

Gambar 15. Fotomikroskopik ginjal tikus normal. Tidak ada perubahan patologik spesifik (TAP). Perbesaran 400x

Pada kelompok kontrol nefrotoksin CCl4 2 ml/kgBB menunjukkan tidak ada perubahan struktural pada organ ginjal (gambar 15). Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan bahwa gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis (TAP). Hal tersebut menunjukkan bahwa nefrotoksin CCl4 2 ml/kgBB yang dipejankan satu kali belum menyebabkan kerusakan seluler organ ginjal. Namun dari hasil pengukuran kadar serum kreatinin menunjukkan kenaikan hingga 1,5 kali dari normal. Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat kerusakan ginjal masih pada tahap awal, berupa kerusakan biokimia. Tingkat kerusakan ginjal belum sampai pada tahap kerusakan seluler sehingga pada hasil mikroskopik tidak menunjukkan perubahan patologi spesifik.

b. Kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB

Gambar 16. Fotomikroskopik DHET ginjal tikus dengan perbesaran 400x Pada kelompok kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB menunjukkan bahwa terdapat 2 tikus mengalami DHET (gambar 16) dan ITC (gambar 17).

Degenerasi hidropik epithel tubulus atau DHET ditandai dengan adanya ukuran sel yang membesar dan adanya vakuola berbatas kurang jelas dalam sitoplasma. DHET disebabkan oleh infeksi penyakit atau dapat juga disebabkan oleh infeksi, demam, dan gangguan sirkulasi (Reilly, Robert, Bulger, Ellen, dan Kriz, 2007).

Gambar 17. Fotomikroskopik ITC ginjal tikus dengan perbesaran 400x

Intratubular hialin cast atau ITC, ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus tapi hanya dalam beberapa lumen tubulus (gambar 17). ITC ini disebabkan karena intake protein yang terlalu banyak, yaitu bisa dari makanan tikus yang terlalu tinggi protein. Intake protein yang terlalu tinggi ini menyebabkan hiperproteinemia, sehingga menyebabkan protein keluar dari dalam sel. Oleh sebab itu, intratubular hialin cast dan degenerasi hidropik epithel tubulus ini dapat dikatakan bukan disebabkan oleh induksi olive oil melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal dan berbeda bermakna dengan kontrol

nefrotoksin CCL4 2 ml/kgBB. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa

olive oil tidak menimbulkan efek toksik.

c. Kontrol ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 g/kgBB

Gambar 18. Fotomikroskopik Nefritis Interstitialis ginjal tikus dengan perbesaran 400x

Pada praperlakuan kontrol ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 g/kgBB, ditemukan adanya perubahan secara struktural pada salah satu tikus yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstitial (nefritis interstitialis) (gambar 18) dan infiltrasi limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah (perivaskulitis) (gambar 19).

Nefritis interstitialis atau NI adalah kelainan ginjal yang ditandai dengan adanya pembengkakan pada ruang antara tubulus ginjal, yang biasanya merupakan hasil dari reaksi alergi obat, bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya.

Gambar 19. Fotomikroskopik perivaskulitis ginjal tikus dengan perbesaran 400x

Perivaskulitis merupakan reaksi peradangan di sekitar pembuluh darah, yang ditandai dengan adanya infiltrasi limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah. Peradangan yang terjadi dapat terjadi karena infeksi penyakit. Oleh sebab itu, nefritis interstitialis dan perivaskulitis ini dapat dikatakan bukan disebabkan oleh praperlakuan (pemberian ekstrak metanol-air P. americana dosis 1,4 g/kgBB) melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan dengan hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil dan berbeda bermakna dengan kontrol nefrotoksin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa ekstrak metanol-air P. americana tidak menimbulkan efek toksik dan nefritis interstitialis dan perivaskulitis yang ditemukan pada ginjal tikus disebabkan oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri.

d. Perlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35 dan 0,7 g/kgBB Pada kelompok praperlakuan EMPA dosis 0,35 g/kgBB dan 0,7 g/kgBB terinduksi CCl4 menunjukkan tidak ada perubahan struktural pada organ ginjal. Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis (TAP) (gambar 15). Hasil pemeriksaan hitologis ginjal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia kadar serum kreatinin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal. Apabila kadar serum kreatinin normal maka menandakan bahwa ginjal berfungsi dengan baik (tidak ada kerusakan ginjal). Dari hasil deskripsi gambaran histologis ginjal menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35 dan 0,7 g/kgBB memberikan efek nefroprotektif .

e. Perlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 g/kgBB

Gambar 20. Fotomikroskopik intratubular hialincast ginjal tikus 400x

Pada praperlakuan ekstrak metanol biji P. americana dosis 1,4 g/kgBB, satu tikus menunjukkan perubahan struktural pada organ ginjal. Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan gambaran glomerulus, tubulus, dan

interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis (TAP) (gambar 15). Sedangkan dua tikus mengalami intratubular hialin cast (ITC) (gambar 20), yang ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus tetapi hanya pada beberapa lumen tubulus. ITC ini disebabkan karena intake protein yang terlalu banyak, yaitu bisa dari makanan tikus yang terlalu tinggi protein. Intake protein yang terlalu tinggi ini menyebabkan hiperproteinemia, sehingga menyebabkan protein keluar dari dalam sel. Oleh sebab itu, intratubular hialin cast dapat dikatakan bukan disebabkan oleh praperlakuan (pemberian ekstrak metanol-air P. americana dosis 1,4 g/kgBB) melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil dan berbeda bermakna dengan kontrol nefrotoksin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa ekstrak metanol-air P. americana tidak menimbulkan efek toksik dan nefritis interstitialis yang ditemukan pada ginjal tikus disebabkan oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri.

Dokumen terkait