• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Pajak

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 44-49)

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Sesuai dengan pasal 29 ayat (1), mengatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

1. Tujuan Pemeriksaan

Adapun tujuan pemeriksaan adalah untuk :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal :

a) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi; c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada

d) Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak;

e) Ada indikasi jawaban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan tidak dipenuhi.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

c) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; d) Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Netto;

f) Pencocokan data dan atau alat keterangan;

g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil;

h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai; i) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

untuk tujuan lain selain tujuan diatas.

Dari definisi pemeriksaan sesuai dengan ketentuan umum perpajakan di atas dapat diidentifikasikan bahwa suatu pemeriksaan dalam bidang perpajakan dilaksanakan karena adanya :

a) Penafsiran undang – undang perpajakan yang salah. b) Kesalahan hitung.

c) Pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya (penggelapan).

d) Pemotongan / pemungutan dan pembebanan biaya yang dilakukan Wajib Pajak tidak sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan.

Pemeriksaan perpajakan menurut Gunadi ( 2005 : 5 ) mempunyai peran yang sangat strategis sejalan dengan fungsi optimalisasi penerimaan perpajakan yaitu :

a) Untuk tujuan edukasi, yaitu dilakukan terhadap wajib pajak yang melakukan kesalahan karena kurang memahami ketentuan – ketentuan perpajakan.

b) Untuk tujuan pendektesian pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak secara sengaja.

c) Untuk tujuan pencegahan terhadap Wajib Pajak lain yang bermaksud melakukan pelanggaran.

2. Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan pajak juga mengenal beberapa metode pemeriksaan yang sesuai

dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 01/ PJ/07/1990 tanggal 15 November 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak yaitu :

1. Metode Langsung, yaitu teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka – angka dalam SPT, yang

langsung dilakukan terhadap laporan keuangan dan buku – buku, catatan – catatan serta dokumen pendukungnya dan sesuai dengan urutan proses pemeriksaan.

2. Metode tidak langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan pajak dengan melakukan pengujian atas kebenaran – kebenaran angka dalam SPT, dilakukan secara tidak langsung mengenai suatu pendekatan perhitungan tertentu penghasilan dan biaya.

Metode tidak langsung dapat dipergunakan untuk melengkapi metode langsung, atau dalam keadaan dimana pemakaian metode langsung tidak dapat atau tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan, misalnya pembukuan dan catatan Wajib Pajak tidak lengkap, catatan, berkas atau dokumen pendukung tidak ada atau hilang, diketemukan ketidak beresan dalam pembukuan Wajib Pajak, adanya ketidakserasian antara penghasilan dengan pengeluaran pribadi Wajib Pajak dan Wajib Pajak menggunakan norma penghitungan.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode tidak langsung ini adalah jika menggunakan dua atau lebih metode tidak langsung atau metode tidak langsung digunakan sebagai alat pelengkap atau pengecek dari metode langsung, maka jika terdapat perbedaan, dalam pengambilan keputusan atas hasil pemeriksaan perlu dipertimbangkan dengan seksama dan dilakukan diskusi lagi dengan

Wajib Pajak. Hasil perhitungan dari metode tidak langsung baru merupakan petunjuk untuk dapat mengambil kesimpulan tentang ketidakbenaran angka – angka dalam SPT perlu pembuktian secukupnya.

3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan

Hal yang terpenting dalam pemeriksaan pajak adalah ruang lingkup pemeriksaan pajak, karena ruang lingkup pemeriksaan akan menentukan luas dan kedalaman dari pemeriksaan tersebut. Ruang lingkup pemeriksaan pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 545/ KMK.04/ 2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan terdiri :

a) Pemeriksaan lapangan, yaitu meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dana atau tahun – tahun sebelumnya dan atau tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak.

Pemeriksaan lapangan ini dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana.

b) Pemeriksaan kantor, yaitu meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor Direktur Jenderal Pajak.

Pemeriksaan kantor ini hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.

Untuk pemeriksaan Lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana. Sedangkan untuk pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana. Apabila dalam pemeriksaan kantor ditemukan indikasi adanya transaksi yang mengandung unsur transfer pricing, maka lingkup pemeriksaan ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Lapangan, yang pelaksanaannya paling lama 2 (dua) tahun. Jangka waktu ini tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan berkenaan dengan Surat Pemberitahuan yang menyatakan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan. Pemeriksaan sederhana lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan. Dan untuk pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) minggu.

E. Prosedur Pengajuan Permohonan pengembalian kelebihan Pembayaran

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 44-49)

Dokumen terkait