yang Baik Antara Warga Desa dan Dunia Usaha
Warga Desa Hong Ha adalah fondasi dari struktur ini, terutama pada masa pandemi. Desa cerdas harus memiliki warga desa pintar yang dipimpin oleh pemimpin desa pintar berbasis infrastruktur cerdas.
Oleh karena itu, selama pandemi COVID-19 warga Desa Hong Ha telah dilengkapi dengan ponsel pintar dengan aplikasi yang sudah diinstalasi sebelumnya seperti platform pelacakan pandemi (yaitu BlueZone;
HealthDeclarer), aplikasi perbankan digital untuk Gambar 8-10. E-trading produk pertanian Desa Hong Ha di Post-Mart
SUMBER: SINTESIS PENULIS 2021
menerima pembayaran bersubsidi dari Bank of Social Well-being and Public Policies; serta aplikasi jejaring sosial lainnya, seperti Zalo, Facebook, dan Viber.
Aplikasi jejaring sosial ini memfasiltasi pemerintah Desa Hong Ha untuk menginformasikan warga desa tentang panduan memerangi pandemi, e-trading di Post-Mart, atau bahkan penerimaan bantuan dari pemerintah pusat.
Gambar 11. Warga Hong Ha menginstalasi Aplikasi Desa Digital
Dampak dari pandemi COVID-19 juga menuntut para pimpinan Desa Hong Ha untuk berinovasi dalam menangani penyebaran pandemi dengan metode sederhana. Misalnya, untuk menghindari kepadatan manusia di tempat umum, perempuan Hong Ha diberi tiga pita berbeda warna, yang menunjukkan bahwa mereka hanya diperbolehkan pergi ke pasar setempat 3 kali seminggu. Inovasi ini merupakan inovasi tradisional pada masa perang, tetapi tampaknya cukup efektif untuk mengekang penyebaran warga Desa Hong Ha yang rawan pandemi.
V. Ringkasan dan Studi Lebih Lanjut
Dari apa yang telah dipaparkan dalam studi kasus ini, terlihat bahwa strategi pemerintahan Desa Hong Ha dalam menghadapi pandemi COVID-19 sepertinya terpaku pada pedoman Pemerintah Vietnam tentang rencana induk transformasi digital
di tingkat desa. Dalam konteks pandemi COVID-19, terdapat tiga aspek dalam peran inovatif para pemimpin Desa Hong Ha.
Pertama, inovasi pelayanan publik terkait pembagian masker gratis bagi warga desa, bantuan tunai langsung dari dana stimulus Pemerintah Vietnam, serta kebutuhan sehari-hari (berupa uang tunai maupun bantuan sembako) dari berbagai lembaga atau badan amal.
Kedua, inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh para pemimpin Desa Hong Ha telah diwujudkan dengan tegas oleh implementasi ringkas dan terkoordinasi dalam kerangka desa digital yang diprakarsai oleh pemerintah Vietnam. Ketiga, pilar yang menjadi tulang punggung inovasi, bahwa otoritas Desa Hong Ha sangat terikat dengan jaringan telekomunikasi 4G gratis di seluruh wilayah desa pegunungan. Di sisi lain, belum ada mekanisme penetapan harga yang mendukung warga Desa Hong Ha dalam kegiatan berdagang melalui Post-Mart dalam hal pembebasan pajak. Pembayaran digital juga cukup sulit untuk ditangani warga Desa Hong Ha.
Bank Dunia (2021)6 menunjukkan kerangka desa cerdas yang terdiri dari 3 pilar agar dijadikan pertimbangan pembuat kebijakan. Yang pertama adalah mengejar peluang ekonomi di tingkat desa (yakni sharing economy, pertanian digital, keuangan cerdas, logistik cerdas, E-commerce dan dukungan inkubasi bisnis). Kedua, membangun infrastruktur dan layanan di tingkat desa (teknologi pendidikan, E-health, irigasi cerdas, akses air bersih, dan mobilitas cerdas). Ketiga, menangani tata kelola publik di tingkat desa (yaitu KTP Digital, teknologi terjangkau bagi warga desa, karya komunitas digital, dan E-justice). Dari kasus Hong Ha dapat dilihat bahwa hanya sebagian dari komponen-komponen
6 World Bank (2021). ‘Smart Village in Azerbaijan: A frame work analysis and roadmap’
kerangka yang diusulkan Bank Dunia yang telah ditangani pemerintah Desa Hong Ha selama pandemi.
Studi lebih lanjut harus dipusatkan pada sifat kuantitatif dari desain dan ruang lingkup penelitian.
Dalam jangka pendek, penilaian cepat terhadap dampak sosial ekonomi yang disebabkan COVID-19 di Desa Hong Ha harus dilakukan untuk memahami kebutuhan mendesak warga desa. Untuk jangka panjang, penelitian harus dirancang berdasarkan pendekatan desa digital pedesaan ketimbang dengan perspektif perkotaan.
Terakhir, inovasi-inovasi yang disebutkan dalam studi kasus Hong Ha ini mungkin tidak membantu warga desanya untuk menghindari pandemi di masa depan, namun akan meletakkan landasan yang nyata bagi warga desa, para pembuat kebijakan, akademisi, dan praktisi untuk mengingat prinsip-prinsip utama ketika menjalankan inovasi desa cerdas dalam upaya memitigasi dampak pandemi serupa dalam waktu dekat.
Referensi
UNICEF (2020). ‘Rapid assessment on the social and economic impact of COVID-19 on children and families in Vietnam’.
Hanoi August 2020.
Empower and UN environment program (2020). ‘The impact of COVID-19 on Rural Women and Enterprises: A rapid so-cio-economic assessment in Vietnam by the Empower project’.
Vietnamnet (2013). ‘30% of Vietnamese Civil Servant did not do their tasks and duties everyday’. https://vietnamnet.vn/
vn/thoi-su/30-cong-chuc-sang-cap-o-di-toi-cap-ve-107061.html
PEW (2014). ‘Evidence-based public policy making: a guide for effective government’.
National Assembly of Vietnam (2007) ‘Legislative Order to implement the grass-root democracy at the village levels’. Issued on 24 April 2007.
National Assembly of Vietnam (2019). ‘Laws on Government and Local Government Organization’. Laws No 47/2019/
QH14, Issued on 22 November 2019.
Hong Ha administration Statistics (2019). ‘Hong Ha 2019 annual statistics’
World Bank (2021). ‘Smart Village in Azerbaijan: A frame work analysis and roadmap’
Tiongkok telah melakukan digitalisasi dengan pesat. Infrastruktur telekomunikasi negara tersebut terus diperluas dan ditingkatkan. Saat ini Tiongkok memiliki populasi pengguna internet seluler sebanyak 800 juta. Ekonomi digital sekarang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan memainkan peran yang semakin penting dalam lanskap perekonomian Tiongkok.
Sebagai bagian penting dari perkembangan ekonomi digital, Tiongkok sejauh ini telah berkembang menjadi pasar e-commerce terbesar di dunia.
Bab ini mengeksplorasi implikasi sosial-ekonomi e-commerce bagi pembangunan desa di Tiongkok.
Mengingat sifatnya yang melalui daring, e-commerce menawarkan kemungkinan yang amat menarik untuk mengatasi pembatasan pergerakan selama pandemi COVID-19, dan dengan demikian memperkuat ketahanan perekonomian desa dan mendorong pembangunan sosial selama pandemi.