• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintahan Sipil

Dalam dokumen Bagian 4: Rezim Pendudukan (Halaman 39-59)

Bagian 4: Rezim Pendudukan

4.4 Pemerintahan Sipil

Pemerintahan Sementara di Timor Timur

141. Pada tanggal 18 Desember 1975, segera setelah melakukan invasi besar-besaran di Timor-Timur, Indonesia membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur (PSTT). Kebanyakan posisi pemerintahan ini diisi oleh orang Timor Timur yang pro-integrasi dengan Indonesia, yang umumnya berasal dari partai Apodeti dan UDT. Anggota PSTT diangkat di Dili sementara pertempuran keras sedang berlangsung akibat dari invasi yang makin masuk jauh ke dalam wilayah pedalaman. Selama tujuh bulan masa tugasnya, Pemerintahan Sementara tersebut ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membuat keputusan oleh karena begitu dominannya militer Indonesia. Kesaksian mantan Gubernur Timor Timur Mário Carrascalo di depan Komisi menyebutkan:

Saya tidak bisa menganggap PSTT sebagai sebuah Pemerintah yang sebenarnya. Ketua Eksekutifnya adalah Arnaldo de Arãujo, dengan Lopes da Cruz sebagai Wakilnya. Ketua Dewan Populer “Asembleia Popular” adalah Guilherme Gonçalves. Dewan Populer/Rakyat itu baru mulai berfungsi…mereka berkumpul hanya satu kali yaitu pada bulan Mei 1976 di sini, hanya untuk membahas satu butir "piagam"-nya, yaitu, mengenai Integrasi Tanpa Referendum.165

142. Ketika Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) mensahkan Undang-Undang No. 7/76, dan Presiden Soeharto menandatanganinya pada bulan Juli 1976, Indonesia mengklaim bahwa integrasi Timor Timur secara resmi telah sempurna. Undang-Undang No. 7/76 memerintahkan pembentukan sebuah pemerintahan provinsi, dan untuk memberlakukan UU ini pada tanggal 30 Juli 1976 Pemerintah RI mengeluarkan Dekrit No.19/1976 yang menetapkan struktur pemerintahan tingkat provinsi dan kabupaten di Timor Timur. Aturan ini menerapkan struktur pemerintahan sipil baku yang berlaku di Indonesia juga kepada Timor Timur. Walau demikian, dengan sedikit perubahan aturan ini tetap mempertahankan stuktur pemerintahan sipil Portugis: conçelho menjadi kabupaten (distrik), posto menjadi kecamatan (subdistrik), suco menjadi desa , dan aldeia menjadi kampung/ dusun. Hasil dari kebijakan ini adalah jumlah satuan pemerintahan pada tingkat kabupaten dan kecamatan jauh melebihi apa yang umumnya berlaku di wilayah Indonesia lainnya. Terlebih lagi, seperti di wilayah Indonesia lainnya, militer Indonesia (ABRI) membangun struktur komando teritorial yang sejajar dengan pemerintahan sipil, yang artinya juga lebih banyak kehadiran militer di tingkat lokal di Timur Timur dibandingkan dengan wilayah lain Indonesia.

* Dua belas Pejabat Hubungan Militer PBB bertahan di kedutaan Australia di Dili setelah UNAMET pergi pada tanggal 14 September 1999. Mereka dilindungi oleh pasukan Kostrad.

† Pada bagian ini, di laporan tertulis East Timor dalam bahasa Inggris, untuk menunjukkan nama administratif

pemerintahan Indonesia 'Timor-Timur' bagi wilayah tersebut. Istilah Timor-Leste tetap digunakan untuk menyebut wilayah tersebut untuk maksud selain sebagai bagian pemerintahan Indonesia.

Table 3 - Struktur pemerintahan Indonesia, dengan satuan yang setara dari sistem Portugis serta militer Indonesia

Tingkat Istilah Indonesia Posisi Pemerintahan

Kesetaraan Portugis

Komando militer yang sejajar

Provinsi Provinsi Gubernur Wilayah Korem

Distrik (13) Kabupaten Bupati dan Sekretaris

conçelhos Kodim

Sub Distrik (62) Kecamatan Camat dan Pembantu camat

Postos

Administrativos

Koramil Desa (442) Kelurahan/ Desa Lurah/Kepala

Desa Suco Babinsa

Sub Desa Kampung/Dusun RW (Rukun Warga) RT (Rukun Tetangga)

Kepala kampung chefe de aldeia

RT RT/RW Ketua RT

Sumber: Dokumen penelitian CAVR, arsip CAVR

Kedudukan Gubernur*.

143. Selama rezim Orde Baru pimpinan Soeharto, gubernur sebuah provinsi Indonesia ditunjuk sekali dalam lima tahun oleh presiden, dan selanjutnya disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat nasional.. Perwira militer yang masih aktif atau sudah pensiun ditunjuk untuk memegang jabatan gubernur di hampir setengah provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Di Timor Timur, pemerintah RI menunjuk penduduk sipil asli Timor Timur sepanjang masa pendudukan.

144. Pada tanggal 4 Agustus 1976, Jakarta menunjuk Arnaldo dos Reis Arãujo, pemimpin Apodeti, sebagai gubernur pertama, yang menjadikan Timor Timur sebagai provinsi baru. Ketua UDT, Francisco Lopez da Cruz, ditunjuk sebagai wakil gubernur. Arãujo diganti pada tahun 1978, setelah ia secara terang-terangan mengkritik Indonesia.166 Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Indonesia September 1980 ia berkata:

Pemerintah menunjukkan perhatian yang besar [untuk Timor Timur], tetapi sayangnya ini tidak ditujukan secara langsung kepada warga Timor Timur. Ini tidak ubahnya seperti pada zaman penjajahan Portugis: uang datang dari Portugal diberikan atas nama warga Timor Timur hanya untuk dikirim kembali ke Portugal atas nama pribadi orang yang dikirim oleh pemerintah Portugal sendiri.

145. Ia memberi saran kepada pemerintah Indonesia untuk:

[M]enciptakan situasi normal sesegera mungkin dan akhiri situasi teror, kekuasaan tanpa batas, kesewenang-wenangan, dan hukum rimba, anarki, monopoli ekonomi dan lain-lain, sama seperti pada zaman penjajahan Portugis.167

* Arnaldo dos Reis Araujo, 1976-78, Apodeti; Guilherme Maria Gonçalves, 1978-82, Apodeti; Mário Viegas Carrascalão, 1982-87 dan 1987-92, UDT; Abilio José Osorio Soares, 1992-1997 and 1997-1999, Apodeti.

† Gubernur sebagai kepala pemerintahan dan ketua badan legislatif di daerah, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), secara formal merupakan penguasa tertinggi di suatu provinsi Indonesia.

146. Pengganti Arãujo, Guilherme Maria Gonçalves, adalah anggota Presidium Apodeti, salah seorang penandatangan Deklarasi Balibo dan adalah seorang liurai. Ia adalah seorang tokoh pendukung aneksasi oleh Indonesia, dengan merekrut banyak orang yang ikut membentuk satuan Partisan Timor Timur yang menyertai invasi militer Indonesia. Kekuasaannya sebagai gubernur berakhir tahun 1982 setelah ia cekcok dengan Sekretaris Wilayah (Sekwilda), Kolonel Paul Kalangi, mengenai masalah penggunaan pajak kopi yang telah dibayar ke pemerintah daerah.168

147. Selama tahun-tahun awal ini pemerintahan sipil menghadapi banyak persoalan. Hal ini termasuk kurangnya personel, sulitnya komunikasi yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman bahasa Indonesia di antara orang Timor-Timur, dan pada tingkat kepemimpinan terjadi perseteruan antara anggota Apodeti dan UDT yang bekerja dengan orang Indonesia. Laporan polisi pada bulan Maret 1983 menyatakan:

Sejak dibentuknya PSTT, penunjukan pejabat pemda diprioritaskan pada ex anggota partai Apodeti [baik sebagai Gubernur, Bupati atau Camat], sedangkan ex anggota partai UDT hanya ditunjuk sebagai pembantumereka. Namun banyak di antara mantan UDT mempunyai hubungan buruk dengan atas mereka dalam posisi administratif. Sehingga jalannya Pemda belum sesuai dengan apa yang diharapkan.169

148. Terlebih lagi, pada awal-awal tahun pendudukan ketika ABRI masih berperang hebat dengan pasukan Fretilin, masalah pemerintahan sipil merupakan hal yang tidak terlalu diprioritaskan.

149. Gubernur yang ketiga yaitu Mário Viegas Carrascalão, salah seorang pendiri UDT, dilantik pada tanggal 18 September 1982. Ia menjabat selama dua periode, hingga Juni 1992.* Carrascalão adalah salah seorang di antara segelintir orang Timor-Leste yang memiliki gelar sarjana pada tahun 1970-an, dan pernah menjadi anggota delegasi Indonesia ke PBB dari tahun 1980-1982.170 Ia mengatakan kepada Komisi bahwa ia diangkat atas ‘instruksi' Jenderal

Moerdani. 171 Selama Carrascalão menjabat sebagai Gubernur, Timor-Timur mengalami proses ‘normalisasi’ dalam sistem pemerintahan Indonesia. Pemerintahan provinsi dikonsolidasikan dan Timor Timur dijadikan sejajar dengan hampir semua provinsi di Indonesia. Di akhir tahun 1988, Presiden Soeharto menandatangani Keppres No. 62 1988, yang secara resmi mengakhiri ketertutupan wilayah ini dan menormalkan kembali status Timor-Timur sebagai sebuah provinsi172. Mário Carrascalão mengatakan kepada Komisi bahwa hanya setelah keputusan ini dibuat, kontrol militer terhadap Timor-Timur berkurang.173

150. Setelah menduduki jabatan lima-tahun yang kedua, Carrascalão diganti pada tahun 1992 oleh Abilio Osario Soares, seorang tokoh yang tidak terlalu memegang peranan di Apodeti.174 Pencalonan Soares didukung oleh menantu Presiden Soeharto, Letnan Kolonel Prabowo, yang pada waktu itu di Kopassus, yang memiliki peran yang sangat besar di Timor Timur waktu itu. 175 Abilio Soares menjadi Gubernur sampai berakhirnya pendudukan Indonesia di sana.

151. Mantan Ketua UDT, Francisco Lopez da Cruz, masih menjabat sebagai wakil gubernur sampai tahun 1982. Ia digantikan oleh pejabat militer Indonesia, Brigadir Jenderal A.B. Saridjo, yang memegang jabatan sampai tahun 1993. 176 Ia kemudian diganti lagi oleh perwira militer

* Mário Carrascalão mengatakan kepada Komisi bahwa dia memundurkan diri dari jabatan sebagai gubernur setelah Pembantaian Santa Cruz pada Bulan Nopember 1991, di dalam at Audensi Umum Nasional mengenai perempuan dan Konflik, April 2003. Ternyata itu ketikan masa jabatan kedua selesai.

† Abilio Soares adalah adik dari tokoh Apodeti José Osario Soares, yang dibunuh ketika berada dalam tahanan Fretelin pada bulan Januari 1976, di pantai selatan Timor-LesteTimor-Leste.

yang lain, yaitu Letnan Kolonel J Hariwibowo yang menjabat sampai tahun 1999. Kedua wakil gubernur tersebut adalah mantan Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda).

152. Pada tahun 1987, Timor Timur dibagi menjadi tiga Wilayah Pembantu Gubernur, yaitu: bagian timur dengan ibukota di Baucau; bagian tengah berpusat di Gleno; dan bagian barat dikendalikan dari Maliana (Bobonaro). * Setiap wilayah ini diperintah oleh seorang pembantu gubernur (pendamping), kedudukan ini biasanya dijabat oleh perwira militer. 177

Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda)

153. Secara resmi, jabatan eksekutif nomor dua di provinsi dipegang oleh Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda). Kenyataannya, sebagaimana provinsi Indonesia, oleh karena pemegang posisi ini berwenang mengendalikan anggaran provinsi, maka posisi ini menjadi sangat berpengaruh. Posisi ini secara formal ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Pada awalnya warga Timor Timurlah yang menduduki jabatan ini, meski selanjutnya semua (kecuali satu) pejabat yang ditunjuk adalah perwira militer. Sekwilda membidangi urusan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.178 Kedudukan yang sama juga terdapat pada tingkat kabupaten.

Dewan Perwakilan Rakyat

154. Dewan Perwakilan Rakyat adalah bagian legislatif pada setiap tingkat pemerintahan di Indonesia. Lembaga ini terdapat di tingkat pusat (DPR), provinsi (DPRD Tingkat 1) dan Kabupaten (DPRD tingkat 2). Secara teori ketua DPRD, bersama dengan Gubernur, memegang kekuasaan tertinggi di tingkat provinsi. Selama masa pendudukan Timor-Timur, 80% jabatan di tiap perwakilan dikuasai tiga partai yang diizinkan negara. ABRI secara otomatis mendapat jatah 20% kursi.

155. DPRD pertama di Timor Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang No I/AD, 1976 tertanggal 4 Agustus 1976 dengan Guihelrme Gonçalves sebagai ketuanya. Lembaga ini mempunyai 30 anggota, tidak ada satu pun yang dipilih. DPRD tingkat II juga dibentuk. Mantan Wakil Bupati Viqueque Armindo Soares Mariano berkata kepada Komisi bahwa satu-satunya kriteria menjadi anggota DPR pada awal tahun 1976 itu adalah penunjukan dan persetujuan dari Musyawarah Pimpinan Daerah§ (Muspida), terdiri dari pemerintah dan Komandan militer tingkat kabupaten. Ia menambahkan:

Pada waktu itu mereka [Muspida] langsung mengangkat para anggota karena belum ada lembaga DPR, tidak ada juga pemilu. Di Tingkat II pun anggotanya ditunjuk. Memang ada lembaga DPR di sana tapi mereka itu hanya ditunjuk…semua…orang anu berasal dari desa anu dan kecamatan anu. Misalnya DPR di Viqueque pada waktu itu memerlukan 20 orang, jadi 20 orang ini diambil masing-masing 4 orang dari 5 kecamatan, dan mereka adalah tokoh-tokoh non-formal, liurai atau anak liurai yang agak menonjol, mereka itulah yang ditunjuk lalu duduk di sana.179

* Divisi ini tidak sama dengan kelima divisi militer.

† Sekretaris Wilayah Daerah di Timor-Leste adalah: Jose Bonifacio dos Reis Araujo (1976), JR Sinaga (ABRI), AP Kalangi (ABRI). Drs. Saridjo (ABRI), Antonio Freitas Parada, J Hariwibowo (ABRI), Drs. Radjakarina Brahmana (ABRI)

‡ Golkar, PDI (Partai Demokrasi Indonesia), PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

§ Muspida secara teoritis adalah mekanisme konsultasi untuk melakukan koordinasi antara pemerintahan sipil dan komando teritorial militer dan kepolisian. Dalam prakteknya, muspida didominasi oleh militer.

156. Tidak ada catatan bahwa DPRD memberikan perhatian terhadap nasib rakyat Timor-Timur selama bencana kelaparan antara tahun 1979-80.180 Bagaimanapun juga pada tahun 1981, eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh pejabat Indonesia di Timor Timur memberikan inspirasi kepada anggota DPRD setempat untuk menulis surat keluhan kepada Presiden Soeharto.181 Surat protes anggota DPRD tersebut, ditandatangani oleh anggota paling tua dan yang paling muda, mengungkapkan kemuakan terhadap rezim ekonomi yang diciptakan oleh penguasa pendudukan dan akibatnya terhadap penduduk Timor Timur:

Situasi ekonomi rakyat Timor Timur sedang melewati tahap yang paling tragis sejak permulaan perang saudara…Cukup banyak bantuan untuk membangun ekonomi yang telah diterima…tapi rakyat Timor Timur belum merasakan manfaat dari produksi komoditas pertanian mereka seperti kopi, cendana, kemiri, kayu, tembaga dan hasil bumi lainnya. PT Denok adalah perusahaan khusus yang berlokasi di Timor Timur untuk menyerap seluruh hasil ekonomi provinsi dengan imbalan jasa bagi Pemerintah Indonesia…Lima tahun setelah integrasi, sebagian besar penduduk belum bisa menikmati kondisi hidup yang layak.182

157. Laporan ini juga menyesalkan penyalahgunaan dana pembangunan oleh pejabat militer yang menduduki pada posisi tinggi di pemerintahan sipil. Surat tersebut menuduh Sekwilda, Kolonel Paul Kalangi, serta wakilnya Kapten A. Azis Hasyam, telah menyelewengkan dana pembangunan yang dialokasikan langsung dari pemerintah pusat di Jakarta. Para anggota Dewan mengklaim mengetahui pengeluaran belanja “ratusan juta rupiah” yang mereka temukan “terang-terangan fiktif”. Surat itu juga menyatakan bahwa bantuan obat-obatan yang dikirim banyak ditemukan di toko-toko yang ada di Dili, sementara itu rumah sakit justru mengalami kekurangan persediaan obat-obatan. Akhirnya, anggota Dewan juga mengeluhkan, untuk mendapatkan kerja yang di pemerintahan “provinsi”, sebagai lembaga yang menyerap tenaga kerja paling banyak di sana, seorang pelamar harus menjadi warga negara Indonesia. Pekerjaan pegawai negeri hanya tersedia bagi mereka yang mendukung pendudukan. * Salah satu indikasi bagaimana pihak militer menghadapi pernyataan penentangan bahkan dalam bentuknya yang paling halus, adalah ditahannya anggota dewan yang menulis surat tersebut. 183

158. Pemilihan umum diadakan setiap lima tahun sekali di Indonesia. Pemilihan umum nasional yang pertama di Timor Timur diadakan pada tahun 1982. Sebanyak 311.375 penduduk Timor Timur ikut memilih. Hasilnya benar-benar menipu, dan pada awalnya menunjukkan lebih dari 100% pemilih terdaftar memberikan suara mereka untuk partai pemerintah, yakni Golkar (lihat bagian 3: Sejarah Konflik). Sebagai hasil dari pemilihan umum, 36 orang memperoleh kursi di DPRD Tingkat I, sedangkan sebanyak delapan orang mewakili Timor-Timur di DPR Pusat. Pada tahun-tahun kemudian tingkat pluralisme meningkat, dalam batasan yang dikontrol ketat oleh Orde Baru. Pada tahun 1995 DPRD Tingkat I Timor-Timur bertambah menjadi 45 kursi. Pada pemilihan umum tahun itu Golkar memenangkan 20 kursi, PDI lima dan PPP dua kursi, serta ABRI memperoleh jatah sembilan kursi.

Table 4 - Komposisi Anggota DPR Provinsi Timor-Timur Berdasarkan Fraksi, 1980-1997

Tahun Fraksi PPP Fraksi

Golkar FraksiPDI FraksiABRI FraksiNon ABRI TotalAnggota DPR 1980 1981 0 0 25 24 0 0 0 0 0 0 25 24

*Diskrimasi sistemik dalam perekrutan pegawai ini sama dengan persyaratan zaman Orde Baru dimana semua pegawai harus menjadi anggota Golkar yang telah bersumpah untuk melindungi ideologi Pancasila.

1982* 1987* 1988 1989 1990 1991 1992* 1997* 0 0 0 0 0 0 2 1 32 34 34 33 34 34 29 30 0 2 2 2 2 2 5 5 4 9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0 0 0 0 0 36 45 45 44 45 45 45 45 *Tahun Pemilu.

Sumber: DPRD Tingkat I Timor Timur

Lembaga Administrasi Pemerintah: program nasional di tingkat provinsi

159. Pemerintah Indonesi pada masa Orde Baru sangat tersentralisasi. Sebagian besar keputusan kebijakan diambil di Jakarta sebagai bagian dari sistem perencanaan nasional terstruktur. Ketika itu Indonesia menerapkan Repelita sebagai dasar pengambilan kebijakan fiskal dan pembangunan. Para menteri yang berkantor di Jakarta, departemen dan biro pemerintah menerapkan kebijakan tersebut melalui kantor-kantor mereka yang berada di tingkat provinsi. Diperlukan waktu beberapa tahun sebelum struktur ini dapat beroperasi di Timor Timur, karena fokus utama Indonesia adalah operasi militer dan untuk itu Indonesia perlu merekrut dan melatih pejabat pemerintah. Sejak awal, Timor Timur dikendalikan oleh militer. Pada masa tahun-tahun awal pendudukan, tidak seperti wilayah lain di Indonesia, Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) membentuk tim yang secara langsung memerintah Timor Timor. Timor-Timur diserahkan kepada Departemen Dalam Negeri pada tahun 1978, yang membawa pemerintahan yang setara dengan praktek pemerintahan Indonesia pada umumnya.* Namun, militer tetap memegang kontrol utama atas pemerintahan. Militer memegang posisi kunci dalam pemerintahan sipil, dan mempunyai wewenang veto yang efektif atas jabatan, yang memberinya kekuasaan yang besar, khususnya atas perekonomian provinsi tetapi juga atas penyusunan kebijakan lokal.

160. Begitu integrasi secara resmi terjadi pada bulan Juli 1976, militer Indonesia mulai memberlakukan standar-standar sesuai dengan yang berlaku dalam struktur Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1976 Menteri Pertahanan dan Keamanan menjadikan Timor Timur sebagai daerah operasi militer dalam negeri dengan mendirikan Komando Daerah Pertahanan dan Keamanan Timor Timur (Kodahankam Timor Timur) yang beroperasi di bawah Kementrian Pertahanan dan Keamanan.184 Dokumen kementrian menyebutkan bahwa:

Komando Daerah Pertahanan Keamanan Timor Timur dibentuk dengan maksud untuk membangun landasan bagi Pembinaan dan Pengembangan Pertahanan dan Keamanan di Timor Timur selama “masa transisi” sampai akhir Repelita Kedua [April 1979], serta untuk menjalankan Pembinaan dan Pengembangan Pertahanan dan Keamanan Nasional.185

161. Sub-bagian mengenai ABRI pada bab ini membahas tentang proses ini secara lebih terinci. Pada dasarnya, militer membentuk struktur teritorial yang memperkenalkan sistem komando militer dan polisi turun ke desa sejajar dengan pemerintah sipil.

* Bahkan setelah disetarakan dengan praktek pemerintahan yang biasa di Indonesia, Timor-Leste tetap merupakan kasus yang bersifat khusus. Leste mendapatkan anggaran khusus langsung dari pemerintah pusat. Di samping itu, Timor-Leste juga menerima dana khusus yang cukup besar melalui Instruksi Presiden (Inpres). Selain itu, anggaran nasional memiliki jalur anggaran khusus bagi Timor-Leste (butir anggaran 16).

162. Dalam kurun beberapa tahun pertama pendudukan Indonesia, Jakarta memerintah Timor-Timur secara langsung. Pada tahun 1976-1977 Tim Koordinasi Pusat Pendidikan dan Kebudayaan diberikan tanggung jawab atas program dan koordinasi pendidikan. Hal itu mencerminkan fokus awal rezim pendudukan atas pelatihan bahasa, agar orang Timor Timur dapat berasimilasi dengan negara Indonesia.186 Di Timor Timur, tim ini bekerja melalui Tim Pendamping Pendidikan dan Kebudayaan.

163. Pada tahun 1978 tim yang lebih besar dibentuk untuk menjalankan pemerintahan yang dinamai Tim Pelaksana Pembangunan Pusat, TPPP. Pelaksananya terdiri atas personel dari lembaga pemerintah di Jakarta, yang diketuai oleh Jenderal Moerdani. Tim ini bekerja melalui Tim Pelaksana Pembangunan Daerah atau TPPD, yang secara formal diketuai oleh gubernur tetapi sebenarnya di bawah kendali Kolonel Kalangi, yang saat itu menjabat sekwilda.187 Kebanyakan sektor pemerintahan, seperti keamanan dan ketertiban, politik, informasi, komunikasi, pengendalian jumlah penduduk dan perumahan, tenaga kerja, PKK dan kegiatan keagamaan, langsung berada di bawah pengawasan langsung TPPP Jakarta. Pemerintahan setempat bertanggung jawab hanya atas lima sektor: pendidikan dasar, kesehatan, pekerjaan umum, pertanian, dan kesejahteraan sosial.188

164. Setelah tahun 1978, ketika kendali pemerintahan Timor Timur secara resmi diserahkan dari Departemen Pertahanan kepada Menteri Dalam Negeri, Indonesia mendirikan lebih banyak kantor-kantor pemerintah. Fokusnya adalah pada pendidikan dan informasi publik. Kantor pemerintah yang pertama kali beroperasi adalah kantor pendidikan dasar, yang dibuka pada tahun 1978. Selain bahasa, fokus awalnya yang lain adalah informasi, dan pada tahun 1978 Departemen Penerangan Timor Timur memasang pemancar televisi di Marabia, di perbukitan ke arah selatan dekat kota Dili. Departemen ini membagikan pesawat televisi ke seluruh wilayah Timor Timur untuk memastikan bahwa siaran langsung dapat ditonton.189

165. Pada akhir 1970 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mulai berfungsi. Lembaga ini memusatkan diri pada infrastruktur, bangunan sekolah dasar dan sekolah keguruan. Pada tahun 1979 Departemen Pendidikan terbentuk, sebagai proses yang terpisah dengan pembentukan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Timor Timur).190 Ketika Pelita ketiga dimulai pada bulan April 1979, sebagian Timor-Timur dimasukkan ke dalam mekanisme perencanaan nasional. Pada permulaan Pelita keempat tahun 1984, Timor Timur menjadi bagian tak terpisahkan dengan perencanaan dan penerapan kebijakan nasional Indonesia.

166. Pada awal 1980-an Indonesia mengembangkan struktur pemerintah yang baku di Timor Timur. Indonesia membentuk tiga kantor yang biasanya berada di tingkat provinsi. Yang pertama dari tiga kantor ini adalah Kantor Wilayah (Kanwil). Kantor Wilayah merupakan kantor yang penting dalam sistem pemerintahan Indonesia, terstruktur secara vertikal dengan kantor pusat, dan bertanggung jawab untuk penerapan kebijakan secara langsung, misalnya kebijakan perpajakan dan industri.*191 Di Timor-Timur, kantor-kantor ini kebanyakan dikepalai oleh pejabat militer yang diperbantukan pada pemerintah sipil (dikaryakan), dan kebanyakan stafnya berasal dari luar Timor Timur.192 Di antara kantor dinas yang berkuasa adalah Bappeda. Sebagai titik

* Kanwil 'vertikal' serta lembaga lain di bawah menteri-menteri kabinet nasional termasuk Pertambangan dan Energi, Pertanian, Koperasi, Pendidikan dan Kebudayaan, Industri, Transmigrasi, Perdagangan, Kesehatan, Kehutanan, Perhubungan, Informasi, Pekerjaan Umum, Sosial, Ketenagakerjaan, Pembangunan Rural, BP7 (ideologi nasional), dan BKKBN (keluarga berencana). Cabang lain termasuk Dolog, Bappeda, Inspektorat Provinsi, Badan Pusat Statistik, serta Sospol.

† Pegawai yang dikaryakan adalah militer aktif yang diperbantukan untuk tugas administrasi sebagai bagian dari doktrin Dwi Fungsi ABRI yang memberinya peran dalam bidang politik dan pembangunan, dan pertahanan. Lihat pembahasan bagianmiliterisasi masyarakat Timor-Leste di atas. Pada akhir masa pendudukan, pegawai yang dikaryakan mengisi 140 posisi kunci di pemerintah Timor-Leste, termasuk 19 pimpinan kantor administrasi di tingkat provinsi, Wakil Gubernur, dan dua posisi asisten gubernur. Sekwilda, Kepala Bidang Sospol (Kakansospol) dan Ketua Bappeda adalah semuanya berasal dari militer. Di tingkat kabupaten, mereka mengontrol 64 posisi, termasuk tiga dari 13 posisi Bupati. Lihat dokumen militer yang disita 1998, Rekapitulasi Karyawan ABRI yang bertugas di eksekutif + legislatif, hal 16 dan 17.

Dalam dokumen Bagian 4: Rezim Pendudukan (Halaman 39-59)

Dokumen terkait