• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tebel 4. Pemetaan Butir Instrumen Skala Sikap

No Indikator Butir Valid

Butir Tidak Valid

Jml No. Butir Jml No. Butir

1 Siswa tertarik terhadap

kegiatan belajar IPS 6

1 2 3 4 5

7 1 6

2

Siswa merasa senang

dalam mengikuti pembelajaran IPS 7 8 9 10 11 12 13 14 0 - 3 Siswa menunjukkan

perhatian lebih saat belajar IPS

6 16 17 18

19 20 21 1 15

4

Siswa berpartisipasi

dalam kegiatan belajar IPS 7 22 23 24 25 26 27 28 0 - 5 Siswa mempunyai keinginan/kesadaran untuk belajar IPS

6 29 30 31

32 33 35 1 34

Jumlah Butir 32 3

Total Butir 35

Hasil interpretasi valid atau tidaknya butir skala di atas diambil berdasarkan pendapat Azwar (Duwi Priyatno, 2012: 184) yang mengatakan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Jadi item yang memiliki koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid. 2) Uji Reabilitas Instrumen Penelitian

Uji reabilitas instrumen ditujukan untuk mengetahui konsistensi atau keajekan instrumen dalam memperoleh data. Suharsimi Arikunto (2012: 180) mengatakan bahwa untuk instrumen yang dapat diberi

sekor dan sekornya bukan 0 dan 1, uji coba dapat dilakukan dengan teknik “sekali tembak” yaitu diberi satu kali saja kemudian hasilnya dianalisis dengan rumus alpha.

Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan SPSS for Windows, sedangkan pengkategorian reliable atau tidaknya peneliti menggunakan pendapat Sekaran (Duwi Priyano, 2012: 187) yang mengatakan bahwa reabilitas kurang dari 0,6 kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di aas 0,8 adalah baik.

Hasil uji reabilitas untuk skala sikap minat belajar siswa yang dilakukan di SD N Pundungrejo 02 pada tanggal 09 Januari 2016 dan setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan SPSS for Windows

maka dapat dikeahui nilai reabilitas butir variabel minat belajar siswa dengan nilai koefisien Alpha sebesar 9,17. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliable dan pada taraf kepercayaan baik (di atas 0,8).

I. Teknik Analisis Data

Data hasil observasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif berdasar pada Sugiyono (2012: 208) penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya.

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase (Sugiyono, 2012: 208).

Data yang diperoleh peneliti dari lapangan dianalisis dengan perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Hasil Observasi Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Intensitas pelaksanaan penguatan menjadi aspek yang peneliti pilih sebagai tolak ukur. Sesuai kisi-kisi yang telah dibuat, dari 5 komponen penguatan yang dijabarkan menjadi 14 aspek penguatan. Tiap aspek penguatan yang dilakukan oleh guru diberikan nilai 1, dan diberikan nilai 0 jika tidak dilakukan. Dengan demikian diperoleh rumus hasil observasi penguatan yang diberikan oleh guru yang dinyatakan dalam persentase, sebagai berikut:

penguatan = ����������������ℎ

2. Hasil Observasi Respon Siswa terhadap Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Hasil observasi respon siswa terhadap penguatan yang dilakukan oleh guru merupakan gambaran secara deskriptif mengenai perilaku yang timbul atau respon pada siswa setelah penguatan diberikan oleh guru. Gambaran deskriptif dimaksudkan untuk melihat apakah intensitas perilaku positif akan meningkat setelah diberi penguatan. Berdasarkan banyaknya responden dan banyaknya kemungkinan penguatan yang dilaksanakan oleh guru, maka diperoleh persamaan sebagai berikut.

banyaknya respon = ∑�

14� � 100%

∑n = Jumlah respon

N = Jumlah responden (siswa)

3. Hasil Skala Minat Belajar terhadap Siswa

Dalam penelitian eksperimen dengan model one group pretest posttest

peneliti hanya bertujuan membandingkan rata-rata yang diperoleh pada saat

pretest dengan rata-rata yang diperoleh pada saat posttest. Sugiyono (2012: 209) mengatakan “…membandingkan dua rata-rata atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi,…”

Analisis data statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012: 207-208).

Tabel 5. Skala Penilaian Minat Belajar Siswa

Skor Kriteria

4 Sangat Sesuai

3 Sesuai

2 Tidak Sesuai

1 Sangat Tidak Sesuai

Rumus yang digunakan dalam skala minat belajar siswa sebagai berikut:

% = � × 100

Keterangan : n = skor yang diperoleh

N = jumlah skor

Kemudian hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan 5 kategori interpretasi menurut Suharsimi Arikunto (2008: 35) sebagai berikut:

Pencapaian 81 % - 100 % = kategori tinggi sekali Pencapaian 61 % - 80 % = kategori tinggi Pencapaian 41 % - 60 % = kategori cukup Pencapaian 21 % - 40 % = kategori

Pencapaian < 21 % = kategori rendah sekali

Sedangkan perbedaan rata-rata posttest dengan rata-rata pretest

dianalisis dengan rumus N-gain yang ditentukan berdasarkan rata-rata gain skor yang dinormalisasi (g) yaitu perbandingan dari skor gain. Rata-

rata gain yang dinormalisasi (N-gain) (Hake, 1998: h.2) dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut:

� = ����� − ����

����� − ����

Keterangan :

S post = Rata-rata skor Postest

S pre = Rata-rata skor Pretest

S maks = Skor maksimal

Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan nilai interpretasi gain (Hake, 1998: h.3)

Nilai (g) Klasifikasi

(N-gain) ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > (N-gain)≥ 0,3 Sedang

(N-gain) < 0,3 Rendah J. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Kemudian diperkuat dengan analisis gain score (N-gain).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pundungrejo 03 yang terletak di Sendangrejo Rt/Rw 02/III, Pundungrejo, Tawangsari, Sukoharjo. Lokasi SDN Pundungrejo 03 termasuk lokasi yang strategis dimana terletak di tepi jalan raya. SDN Pundungrejo 03 merupakan sekolah dasar dengan kelas tunggal. Jumlah guru dan karyawan berjumlah 11 orang termasuk kepala sekolah. SDN Pundungrejo 03 bukan merupakan salah satu sekolah dasar favorit di Tawangsari, namun demikian sekolah yang berada di pedesaan ini merupakan salah satu pilihan bagi orang tua dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya.

Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas V SDN Pundungrejo 03 tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 24 orang, dengan perincian 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

B. Hasil Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian ini yakni one-group pretes-postest design yang termasuk ke dalam jenis quasi eksperimet, maka penjabaran hasil penelitian disesuaikan mulai dari pretest, perlakuan (treatment), dan

1. Pretest

Pretest dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) dimana peneliti bertindak sebagai observer. Terdapat tiga instrumen pada kegiatan pretest, yakni lembar observasi pelaksanaan penguatan oleh guru, lembar observasi respon siswa terhadap penguatan yang dilakukan oleh guru, dan skala sikap minat belajar IPS siswa.

Lembar observasi digunakan peneliti untuk memperoleh data terkait selama pelajaran IPS dilaksanakan, sedangkan skala sikap dilaksanakan di akhir pelajaran guna mengukur kondisi awal minat belajar IPS siswa.

Untuk lebih jelasnya berikut perincian pengambilan data pada kegiatan pretest.

a. Hasil Observasi Pelaksanaan Penguatan oleh Guru

Observasi terhadap guru pada kegiatan pretest menunjukkan dilakukan atau tidaknya penguatan. Pada saat kegiatan awal, guru

menggunakan verbal reinforcement dan gestural reinforcement.

Penguatan tersebut dilakukan guru dilakukan saat memulai

pembelajaran dengan melakukan apersepsi. Guru memulai dengan pertanyaan ”Anak-anak, siapa yang mau dipukul, ditendang, atau dinakalin sama teman?”. Secara serempak siswa menjawab ”tidak”. Kemuadian guru menanyakan kembali kepada siswa, ”apa yang akan kalian lakukan apabila kalian diperlakukan seperti itu?, coba tunjuk

guru untuk menjawab. ER mengatakan ”diajak berantem, Pak”. Kemudian guru tersenyum dan berkata ”ya.. ya.. ya...” sebagai tanda penghargaan atas keberanian mengacungkan jari. Siswa NH juga diberikan kesempatan untuk menjawab. Siswa B menjawab, ”dilaporkan ke guru, Pak”. Kemudian guru tersenyum dan berkata, ”Sip. Bagus, sekarang bukan saatnya kita berantem dengan saudara kita sendiri”. Kata sip dan bagus merupakan tanda penghargaan dan pujian atas jawaban siswa tersebut. Guru kembali menyanyakan pada siswa, ”Bagaimana kalau jaman dulu pahlawan kita melawan penjajah?, ayo, tunjuk jari!”. Kemudian ER ingin menjawab lagi, namun guru memberikan kesempatan pada siswa lain yaitu IK. Siswa IK menjawab, ”perang, Pak. Soalnya para penjajah itu kejam, jadi gak papa perang dan berantem sama penjajah”. Guru memberikan senyuman dan berkata ”ya.. ya... ya..., oke.. oke..” sebagai verbal reinforcement terhadap siswa, sembari mengevaluasi jawaban siswa. Senyuman guru tersebut merupakan salah satu bentuk gestural reinforcement.

Pada kegiatan inti, guru memerintahkan kepada siswa untuk membaca materi terkait masuknya bangsa Belanda di Nusantara (Indonesia pada jaman dahulu) serta maksud dan tujuan VOC dibentuk. Setelah dirasa cukup, guru meminta salah satu siswa yang bersedia maju ke depan kelas untuk menceritakan masuknya bangsa

bercerita sesuai dengan pemahamannya. Setelah DS selesai bercerita, guru berkata dengan nada melawak ”tepuk tangannya mana?” sembari beliau tepuk tangan. ”Bagus, ceritanya sudah runtut.” meskipun belum semua dipaparkan oleh DS. Tepuk tangan yang diberikan merupakan bentuk dari gestural reinforcement sedangkan kalimat ”Bagus, ceritanya sudah runtut” merupakan bentuk verbal reinfocement berupa kalimat pujian. Selanjutnya guru bertanya ”Ayo, kira-kira apa yang belum diceritakan oleh DS? Hal-hal penting apa yang belum diceritakan tadi?” kata guru. FW dengan lantangnya menjawab sambil membaca dalam buku pegangan ”sebab-sebab VOC dibubarkan, Pak” dilanjutkan dengan menyebutkan sebab-sebab VOC dibubarkan. Sambil tersenyum guru pun berkata ”Bagus, tapi akan lebih bagus apabila kamu paham. Jadi kamu tidak perlu sambil membaca dalam menambahkan cerita DS”. Kalimat ”Bagus, tapi akan lebih bagus apabila....” merupakan bentuk verbal reinforcment berupa kalimat pujian atas jawaban yang diberikan oleh FW.

Selanjutnya guru melengkapi cerita kedatangan bangsa Belanda ke Nusantara serta maksud dan tujuan dibentuknya VOC yang telah dipaparkan oleh siswa. Dilanjutkan dengan penjelasan istilah-istilah penting yang kemungkinan belum dipahami oleh siswa dan istilah tersebut terkait dengan materi pembelajaran, seperti: Octroi, politik adu domba (Devide Et Empera), monopoli dsb.

Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan hal-hal penting yang telah dibahas pada kegiatan inti. Guru meminta siswa untuk menuliskan satu kesimpulan yang dianggap siswa penting. Setelah semua siswa yang ingin menuliskan kesimpulannya selesai menulis di papan tulis, siswa bersama guru membetulkan kesimpulan kesimpulan yang belum tepat. Kemudian guru juga menambahkan kesimpulan yang belum ditulis oleh siswa. Pada kegiatan akhir ini guru banyak memberikan verbal reinforcement yakni kata-kata seperti; bagus, sip, oke, pintar. Guru juga melakukan gestural reinforcement dengan memberikan tepuk tangan terhadap beberapa siswa yang maju untuk menuliskan kesimpulan. Senyuman juga salah satu bentuk gestural reinforcement yang dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini. Pada praktiknya senyuman sering dilakukan guru bersamaan dengan pemberian verbal reinforcement.

Adapun data hasil observasi pelaksanaan penguatan oleh guru disajikan sebagai berikut.

Tabel 6. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Penguatan olehGuru

Penguatan yang dilakukan guru dinyatan ke dalam persentase dengan persamaan sebagai berikut.

penguatan = ����������������ℎ

14 � 100%

= 5

14 � 100%

N

o Indikator Sub Indikator

Pelaksanaan Ket Ya Tidak 1 verbal reinforcement 1. Pujian √ Paling sering diguna- kan 2. Penghargaan √ 3. Persetujuan √ 2 gestural reinforcement

4. Tepuk tangan √ Jarang

diguna- kan 5. Acungan jempol √ 6. Senyuman √ 3 proximity reinforcement 7. Berjalan

mendekati siswa √ Belum

dilaksa- nakan 8. Duduk di dekat kelompok √ 9. Berdiri diantara siswa √ 4 contact reinforcement

10. Tepuk bahu √ Belum

dilaksa- nakan 11. Jabat tangan √ 5 token reinforcement 12. Bintang komentar pada buku pekerjaan √ Belum dilaksa- nakan 13. Pemberian Hadiah √ 14. Gambar bintang √

Dengan demikian diketahui bahwa penguatan yang dilakukan guru pada saat kegiatan pretest sebesar 35,71% (ketentuan penyekoran tertera pada BAB III halaman 53).

Dari Tabel. di atas dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 2. Persentase Pelaksanaan Penguatan oleh guru

b. Hasil Observasi Respon Siswa terhadap Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Terdapat berbagai respon pada siswa yang muncul tiap kali guru memberikan penguatan. Untuk banyaknya siswa yang merespon atas penguatan yang diberikan oleh guru, berikut perinciannya.

Persentase Pelaksanaan Penguatan

oleh Guru

Persentase Penguatan yang Dilakukan Persentase Penguatan yang Tidak Dilakukan

Tabel 7. Data Hasil Observasi Respon Siswa terhadap Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Data pada tabel di atas selanjutnya di analisis berdasar persamaan yang telah tertera pada BAB III halaman 54, sebagai berikut. banyaknya respon = ∑� 14� � 100% = 45 336 � 100% = 13,39%

No Indikator Penguatan yang

diberikan oleh guru

Jumlah siswa yang merespon 1 verbal reinforcement 1. Pujian 11 2. Penghargaan 12 3. Persetujuan 10 2 gestural reinforcement 4. Tepuk tangan 5 5. Acungan Jempol 0 6. Senyuman 7 3 proximity reinforcement 7. Berjalan mendekati siswa 0 8. Duduk di dekat kelompok 0 9. Berdiri diantara siswa 0 4 contact reinforcement 10. Tepuk bahu 0 11. Jabat tangan 0 5 token reinforcement 12. Bintang komentar pada buku pekerjaan 0 13. Pemberian Hadiah 0 14. Gambar bintang 0

Dari Tabel. di atas dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 3. Persentase Respon Siswa terhadap Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Diketahui bahwa persentase respon siswa terhadap penguatan yang dilakukan oleh guru sebesar 13,39%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penguatan yang diberikan guru masih dikatakan kurang begitupula dengan respon siswa.

Penguatan yang dilakukan guru mengakibatkan terjadinya respon yang variatif pada siswa. Terdapat 11 siswa yang memberikan respon pada saat diberi verbal reinforcement berupa pujian yaitu, lima siswa tersenyum, dua siswa mengucapkan hore, satu siswa tepuk tangan dan tiga siswa menunjukan wajah ceria. Adapun bentuk pujian

Persentase Respon Siswa terhadap

Penguatan yang Dilakukan oleh Guru

Persentase Respon Siswa yang Muncul

Persentase Respon Siswa yang Tidak Muncul

Kemudian ada 12 siswa yang pada saat diberi verbal reinforcement berupa penghargaan yang memberikan respon yakni: empat siswa menunjukkan wajah ceria, tiga siswa tersenyum, dua siswa mengucapkan hore, dua siswa mengucapkan yes dan satu siswa tepuk tangan, adapun verbal reinforcement berupa penghargaan yakni: bagus, pintar, pak guru bangga terhadap kamu, pak guru senang sekali punya murid seperti kamu. Pada saat guru memberikan verbal reinforcement berupa persetujuan, terdapat sepuluh siswa yang memberikan respon variatif yaitu, lima siswa tersenyum, tiga siswa tepuk tangan, dua siswa dan melakukan toss. verbal reinforcement

berupa persetujuan yang diberikan guru berupa, ”pak guru setuju sekali dengan kamu”, ”pak guru sependapat dengan jawaban kamu”.

Pada saat pretest, jenis reinforcement selain verbal, masih jarang dilakukan oleh guru. Beberapa jenis penguatan (reinforcement)

yang muncul selain verbal reinfocement adalah gestural

reinforcement. Bentuk gestural reinforcement yang diberikan guru berupa tepuk tangan dan terdapat lima siswa yang memberikan respon yaitu, tiga siswa ikut tepuk tangan, satu siswa mengucapkan ”hore” dan satu siswa tersenyum. Pada saat guru memberikan gestural reinforcement berupa senyuman, terdapat tujuh siswa yang memberikan respon yaitu: lima siswa ikut tersenyum dan dua siswa menunjukkan raut wajah berseri-seri.

Pada kegiatan pretest, penguatan yang dilakukan guru didominasi dengan verbal reinforcement. Meskipun begitu pada kegiatan pretest ini beberapa siswa menunjukkan minatnya pada mata pelajaran IPS. Minat siswa tersebut dituntukkan dengan respon yang diberikan setelah guru memberikan penguatan.

c. Skala sikap

Data skala sikap yang diperoleh dari lapangan sebagai berikut. Tabel 8. Data Minat Belajar IPS Siswa pada Pretest

No Nama (inisial) L/P Perolehan

Skor Persentase (%) Kategori Pencapaian 1 ABP L 49 38,28 Rendah 2 ADA P 79 61,72 Tinggi 3 CBU L 69 53,91 Cukup 4 DS L 80 62,50 Tinggi 5 ER P 78 60,94 Tinggi 6 FN L 71 55,47 Cukup 7 FW P 79 61,72 Tinggi 8 FA P 78 60,94 Tinggi 9 HP L 69 53,91 Cukup 10 IK L 82 64,06 Tinggi 11 IN P 71 55,47 Cukup 12 MHW L 71 55,47 Cukup 13 MZA L 47 36,72 Rendah 14 MSR P 70 54,69 Cukup 15 NH P 68 53,13 Cukup 16 PAA P 82 64,06 Tinggi 17 RP L 70 54,69 Cukup 18 RRS L 69 53,91 Cukup 19 SA L 70 54,69 Cukup 20 SO L 68 53,13 Cukup 21 SR P 71 55,47 Cukup 22 SAS L 86 67,19 Tinggi 23 VAP L 70 54,69 Cukup 24 ZNA P 71 55,47 Cukup Rata-rata 71,58 55,92 Cukup

(sumber data terlampir pada lampiran halaman 162)

Guna mempermudahkan dalam pemahaman berikut penyajian diagram berdasarkan data yang diperoleh saat pretest yang tersaji pada tabel di atas.

Gambar 4. Diagram Minat Belajar IPS Siswa pada Pretest

Berdasar pengkategorian menurut Suharsimi Arikunto yang terera pada BAB III halaman 55, maka dapat diketahui tidak terdapat siswa dengan taraf minat yang kurang sekali (KS) dan tinggi sekali (TS). Sedangkan pada taraf rendah (R) terdapat 2 siswa, cukup (C) 14 siswa, dan tinggi (T) 8 siswa. Untuk rata-rata minat siswa berada pada taraf cukup dengan besarnya persentase sebesar 55,92%.

2. Treatment

a. Treatment Pertama

Pada kegiatan treatment pertama dilakukan observasi terhadap guru dan siwa. Adapun rinciannya dijabarkan sebagai berikut.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Pretest

Pretest

KS R C T TS

1) Hasil Observasi Pelaksanaan Penguatan oleh Guru

Pada kegiatan awal pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kembali inti pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, yakni dengan menanyakan ”Anak-anak, tahukah kalian bahwa bangsa kita pernah dijajah oleh bangsa lain? Bangsa mana yang menjajah?”. Dengan serentak, banyak siswa yang menjawab ”Bangsa Belanda, Pak”. Guru segera berkata ”Benar, ternyata kalian masih ingat dengan pembelajan pada pertemuan terakhir. Anak-anak bapak ternyata pintar-pintar ya” sembari tersenyum. Kata ”benar” disini berperan sebagai verbal reinforcement yakni kata persetujuan, begitu juga kalimat ”anak- anak bapak ternyata pintar-pintar” berperan sebagai verbal reinforcement berupa kalimat pujian atas jawaban yang diberikan siswa. Sedangkan senyuman disini berperan sebagai gestural reinforcement atas kekompakan jawaban yang diberikan oleh siswa.

Pada kegiatan inti (eksplorasi) guru bersama siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi datangnya bangsa Belanda di Nusantara (Indonesia jaman dahulu) serta maksud dan tujuan dibentuknya VOC. Sub materi ini telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Maksud kegiatan tanya jawab disini adalah sebagai usaha guru untuk mengingatkan kembali sub materi

Pada saat guru menanyakan kembali maksud kedatangan bangsa Belanda di Nusantara, terdapat beberapa siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada dua siswa untuk menjawab. Setelah siswa

menjawab pertanyaan tersebut, guru memberikan verbal

reinforcement dan gestural reinforcement yakni dengan

mengatakan ”sip” kepada siswa pertama yang diberikan

kesempatan untuk menjawab. Guru juga memberikan acungan jempol sembari tersenyum kepada siswa kedua yang diberikan kesempatan untuk menjawab. Acungan jempol dan senyuman disini berperan sebagai gestural reinforcement.

Kegiatan dilanjutkan dengan guru menanyakan maksud dan tujuan dibentuknya VOC dan sebab-sebab VOC dibubarkan. Guru menanyakan ”siapa yang masih ingat, mengapa VOC dibentuk?” kemudian siswa RRS dengan sigap mengacungkan jari. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada dia untuk menjawab. Setelah siswa menjawab, guru diam sejenak dan menatap siswa tersebut. Beberapa saat kemudia guru berkata ”90 buat RRS, sedikiiitttt lagi sempurna” yang dilanjutkan dengan menambahkan jawaban yang diberikan oleh RRS. Kalimat ”90 buat RRS, sedikiiitttt lagi sempurna” berperan sebagai verbal reinforcement

Masih pada kegiatan inti yakni pada saat kegiatan diskusi kelompok (elaborasi). Guru mempersiapkan siswa untuk kegiatan diskusi kelompok terkait sub materi tokoh-tokoh yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Pada saat diskusi kelompok, verbal reinforcement tidak digunakan oleh guru karena siswa aktif pada kelompoknya masing-masing. Disini guru hanya mengawasi dan membimbing jalannya diskusi kelompok. Pada saat siswa melakukan diskusi guru berjalan mendekati siswa dengan berkeliling kelas dan mengawasi atau melihat kinerja siswa dalam diskusi kelompok (proximity reinforcement). Guru juga memberikan pengarahan pada siswa ketika mereka belum paham mengenai petunjuk yang terdapat pada Lembar Kerja Kelompok. Di akhir kegiatan diskusi guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya. Setelah perwakilan siswa dari kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya, guru dan siswa lainnya tepuk tangan. Tepuk tangan disini berperan sebagai gestural reinforcement.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru bersama siswa mebahas dan menyimpulkan sub materi tokoh-tokoh yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda (konfirmasi). Pada kegiatan akhir ini siswa tidak lagi bersama kelompoknya, siswa telah kembali pada tempat duduknya masing-masing.

maju ke depan kelas untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas. ”Ayo, siapa yang berani maju ke depan kelas? Kemudian menuliskan satu saja kesimpulan yang menurut kalian tepat!” kata guru. Kemudian beberapa siswa maju ke depan kelas untuk menuliskan kesimpulan yang menurutnya tepat. Terdapat 5 siswa yang bersedia untuk menuliskan kesimpulannya. Setelah siswa pertama selesai menuliskan kesimpulannya, guru meminta siswa tersebut untuk tetap berdiri di depan kelas. Begitu seterusnya sampai siswa yang ke-lima. Selanjutnya guru membetulkan kesimpulan yang belum tepat kemudian menambahkan beberapa kesimpulan. Guru berkata ”ini bapak punya sesuatu buat kalian berlima sebagai hadiah karena kalian berani maju untuk menuliskan kesimpulan di depan kelas” sembari memberikan satu pulpen untuk masing-masing siswa dari 5 siswa tersebut. ”Silahkan kalian kembali ke tempat duduk kalian” kata guru sambil memberikan tepuk tangan yang kemudian diikuti siswa lainnya. Pemberian pulpen berperan sebagai token reinforcement

sedangkan tepuk tangan berperan sebagai gestural reinforcement.

Terdapat 10 aspek dari 14 aspek (sub indikator)

reinforcement yang dilakukan oleh guru pada kegiatan treatment I. Guru telah melakukan variasi dalam pemberian reinforcement.

oleh guru yakni contact reinforcement. Berikut data yang diperoleh di lapangan.

Tabel 9. Hasil Observasi Pelaksanaan Penguatan oleh Guru

Penguatan yang dilakukan guru dinyatan ke dalam persentase dengan persamaan sebagai berikut.

penguatan = ����������������ℎ

14 �100%

=10 � 100% N

o Indikator Sub Indikator

Pelaksanaan Ket Ya Tidak 1 verbal reinforce- ment 1. Pujian √ Paling sering diguna- kan 2. Penghargaan √ 3. Persetujuan √ 2 gestural reinforce- ment 4. Tepuk tangan √ - 5. Acungan Jempol √ 6. Senyuman √ 3 proximity reinforce- ment 7. Berjalan mendekati siswa √ - 8. Duduk di dekat kelompok √ 9. Berdiri diantara siswa √ 4 contact reinforce- ment

10. Tepuk bahu √ Belum

dilaksa- nakan 11. Jabat tangan √ 5 token reinforce- ment 12. Bintang komentar pada buku pekerjaan √ - 13. Pemberian Hadiah √ 14. Gambar bintang √

= 71,42%

Dengan demikian diketahui bahwa penguatan yang dilakukan guru pada saat kegiatan treatment pertama sebesar 71,42% (ketentuan penyekoran tertera pada BAB III halaman 53).

Dari Tabel. di atas dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 5.Persentase Pelaksanaan Penguatan oleh Guru

Dokumen terkait