4.7 Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp 43
4.7.3 Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva
terletak di Desa Riau dengan luas wilayah desa 51.720 Km². Desa Riau terdiri atas empat dusun, dan keadaan tanahnya merupakan dataran rendah dan beriklim tropis tipe A (BPS & BPPD Kab. Bangka 2010).
Pengukuran karakteristik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. dilakukan pada setiap dusun dengan titik koordinat secara UTM 48 (universal transfer mercarator) terletak antara 598144 BT-593063 BT dan 9802730 LS-9802853 LS dengan ketinggian antara 10-35 di atas permukaan laut (Gambar 19).
Gambar 19 menunjukan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles tersebar dari Dusun Riau hingga Dusun Tirus. Habitat yang ditemukan sebanyak 24 habitat, dan habitat negatif yang ditemukan sebanyak 23 habitat (Titik hitam), sedangkan habitat positif hanya satu habitat (Titik Merah). Habitat terbanyak adalah kubangan (33,33%) dan menyebar pada empat dusun, sedangkan jumlah habitat yang sedikit adalah rawa-rawa (4,17%) terletak di Dusun Riau, dan kolam (4,17%) terletak di Dusun Tirus. Letak habitat potensial dekat dengan pemukiman penduduk sekitar 300 meter, tambang timah yang masih aktif dan yang sudah tidak aktif lagi sehingga banyak air yang tercemar limbah bahan bakar, kemudian di sekitar habitat masih banyak semak belukar, hutan, dan daerah ladang luas yang belum dimanfaatkan.
Tabel 8 Titik koordinat habitat potensial perkembangbiakan Anopheles spp.
di Desa Riau, Februari-Mei 2011 NO GPS JH Kpd K Dusun Bujur Lintang (L/C) 1 598144 9809207 Parit 1 0 35 Riau 2 597942 9808824 Kubangan 1 0 21 Riau 3 597961 9808753 Rawa-rawa 1 0 19 Riau 4 597943 9808635 Sumur 1 0 21 Riau 5 597523 9808453 Parit 2 0 16 Riau 6 595397 9807532 Parit 3 0 10 Riau 7 595081 9806803 kubangan 2 0 23 Riau 8 594982 9806632 Kubangan 8 0 17 Riau 9 594908 9806579 Kubakan 1 0 34 Riau 10 594915 9806539 Parit 4 0 21 Simpang Lumut 11 593063 9806579 Parit 5 0 22 Simpang Lumut 12 594569 9804352 Kolong 1 0 21 Simpang Lumut 13 594908 9803554 Kubangan 3 0 17 Simpang Lumut 14 594943 9803554 Parit 6 0 22 Simpang Lumut 15 594866 9802908 Kolong 2 0 31 Sinar Gunung 16 594799 9802587 Kubangan 4 0 28 Sinar Gunung 17 594758 9802492 Parit 7 0 10 Sinar Gunung 18 594725 9802495 Kolong 3 0 28 Sinar Gunung 19 594181 9803257 Kubangan 5 0 16 Tirus 20 593921 9802968 Sumur2 0 10 Tirus 21 593742 9802713 Kubangan 7 0 24 Tirus 22 593611 9802736 Kolam 0 10 Tirus 23 593096 9802853 Kubangan 6 0.01 21 Tirus 24 593063 9802730 Kubakan 2 0 22 Tirus
Keterangan : JH= Jenis Habitat, Kpd= kepadatan, LC = Larva/Cidukan, K=Ketinggian
Sumber : Penandaan titik dengan GPS Garmin 6.0
Habitat potensial larva An. Letifer yang ditemukan di dusun Tirus letaknya tidak jauh dari pemukiman penduduk sekitar 200 meter, disekitarnya terdapat daerah yang belum di manfaatkan, masih banyak terdapat semak belukar yang dapat digunakan nyamuk sebagai tempat untuk istirahat, tambang timah masih aktif (tambang inkonvensional) yang biasa di sebut TI oleh masyarakat Bangka dan masih banyak
terdapat di Desa Riau. Keadaan lingkungan yang mendukung dan adanya habitat yang sesuai dengan An. Letifer, maka berpotensi akan meningkatkan populasi nyamuk.
Penularan penyakit malaria tidak lepas dari peranan nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor. Habitat yang ditemukan di Desa Riau merupakan habitat yang sangat potensial sebagai tempat perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles spp. dengan ditemukannya nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat, yaitu An. letifer, An. barbirostris, An. nigerrimus, dan An. indefinitus. Nyamuk ini menyukai air tenang, bersih, dan terdapat semak belukar sebagai tempat nyamuk istirahat.
Penyebaran nyamuk berdasarkan jarak terbang nyamuk Anopheles yaitu berkisar 0,5-2,5 Km, dan bila ada angin dapat mencapai 5 Km, maka penyebaran nyamuk dari titk positif dapat mencapai titik 19 dan dapat mencapai perbatasan Dusun Tirus dan Dusun Sinar Gunung. Pergerakan nyamuk dari tempat berkembangbiak ke tempat istirahat, lalu ke tempat hospes, dan selanjutnya ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk (Ditjen. PP&PL 2007). Fenomena ini dapat diperkirakan penyebaran An. letifer dapat mencapai perbatasan antara dusun Tirus dan dusun Sinar Gunung yang berjarak sekitar 2 km. Habitat potensial terletak dekat dengan permukiman penduduk, hal ini merupakan faktor yang sangat penting terjadinya penularan malaria (Vas Dev et al. 2004), sesuai dengan penelitian Erdinal et al. (2006) bahwa kasus malaria yang ditemukan di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, jarak antara permukiman dengan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles berjarak kurang dari 2 km.
Desa Riau mempunyai kondisi geografis dan demografis yang menunjang sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, seperti permukiman penduduk yang berdekatan dengan kolong, rawa-rawa, semak belukar, dan pohon-pohon yang sebagian memungkinkan tempat beristirahat nyamuk Anopheles spp.
Rumah penduduk yang sebagian besar terletak dekat dengan habitat potensial, jarak antar rumah yang tidak terlalu rapat, juga di sekitar rumah dikelilingi semak belukar dan ladang yang belum digunakan merupakan tempat yang disukai nyamuk Anopheles spp. untuk beristirahat.
Aktivitas penduduk yang suka berkumpul di luar rumah dan tinggal di pondok tempat dilakukan penambangan timah (tambang inkonvensional), keadaan ini merupakan kondisi yang sangat memudahkan nyamuk Anopheles spp. hinggap dan mengisap darah manusia.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4), An. barbirostris (Gambar 5), An. nigerrimus (Gambar 6), dan An. indefinitus (Gambar 7). Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007).
Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas sisik gelap (b), dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya (c) (Gambar 4).
An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap (a), ruas abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5).
An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6).
An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya (a), gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap dibawahnya (b), gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7).
Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan Maret dan April 2011. Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan orang dan istirahat.
b a c b a c
Gambar 4 An. letifer (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) tarsi belakang a b c a b c Gambar 5 An. barbirostris (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) sayap
b a a b Gambar 6 An. nigerrimus (a) tarsi, (b) sayap a b a b b1
Gambar 7 An. indefinitus (a) probosis, (b) palpi
Kelimpahan nisbi nyamuk An. letifer di luar rumah (42,65%) dengan frekuensi (0,88). An. barbirostris merupakan jumlah nyamuk terbanyak kedua setelah An. letifer, dengan kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap di dalam rumah dan di luar rumah tidak jauh berbeda. Kelimpahan nisbi di dalam rumah (8,82%) dengan frekuensi (0,31), dan yang di luar rumah (7,35%) dengan frekuensi (0,56). Nyamuk Anopheles yang sedikit jumlahnya tertangkap adalah
An. indefinitus dan An. nigerrimus, masing-masing ditemukan satu ekor dengan kelimpahan nisbi (1,47%) di dalam dan di luar rumah (Tabel 1).
Berdasarkan nilai dominansi ternyata yang tertinggi adalah An. letifer di luar rumah (37,32%), kemudian An. barbirostris di luar rumah (4,14%), sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya di temukan satu kali yaitu di dalam rumah dan di luar rumah dengan nilai dominansi masing-masing (0,09%).
Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan beberapa pengamatan yang telah dilakukan di pulau Bangka dan pulau yang terdekat, ditemukan keragaman spesies Anopheles yang sama, hal ini dapat disebabkan faktor lingkungan dan habitat yang tidak jauh berbeda. Hasil pengamatan beberapa tempat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan nyamuk An. letifer di Desa Air Duren Kecamatan Pemali, Kecamatan Gunung Muda, Kecamatan Bakam, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Mentok. Nyamuk An. barbirostis ditemukan di Kecamatan Gunung Muda dan Kecamatan Bakam. Selanjutnya An. nigerrimus ditemukan di Kecamatan Jebus dan Kotamadya Pangkalpinang, sedangkan An. indefinitus baru ditemukan di Kecamatan Pemali. Pulau yang berdekatan dengan Pulau Bangka adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah dilakukan, sedangkan hasil survei di Pulau Lepar ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus. Di beberapa kecamatan yang ada di Pulau Bangka belum pernah dilakukan penelitian entomologi, termasuk Desa Riau Kecamatan Riau Silip (Dinkes Kab. Bangka 2010).
Tabel 1 Keragaman jenis, kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di Desa Riau, Februari-Mei 2011. Spesies Anopheles Di dalam Di luar
KN (%) Frek Dom (%) KN (%) Frek Dom (%) An. letifer 38,24 0,69 26,29 42,65 0,88 37,32 An. barbirostris 8,82 0,31 2,76 7,35 0,56 4,14 An. nigerrimus 1,47 0,06 0,09 0,00 0,00 0,00 An. indefinitus 0,00 0,00 0,00 1,47 0,06 0,09
Hadi et al. (2008) melaporkan bahwa di Kampung Matras Kecamatan Sungailiat ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus, begitu pula di Kelurahan Bacang Kotamadya Pangkalpinang, ditemukan satu spesies yang sama yaitu An. nigerrimus, dan satu spesies yang berbeda yaitu An. barbirostris (Qomariah 2004).
Nyamuk Anopheles spp. yang terdapat di Pulau Sumatera memiliki keragaman yang tidak jauh berbeda dengan nyamuk Anopheles yang ada di Desa Riau. Sitorus (2005) melaporkan di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan ditemukan jumlah An. letifer (3,99%) lebih dominan daripada nyamuk An. barbirostris (0,64%), dan An. nigerrimus (1,80%). Begitu pula di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus (U’din 2005). Selanjutnya dilaporkan bahwa di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi, selain ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus ditemukan juga An. indefinitus. Nyamuk Anopheles yang paling dominan ditemukan adalah An. barbirostris dengan angka dominansi tertingi di luar rumah (10,18%), sedangkan yang terendah adalah An. tesselatus dengan nilai dominansi di luar rumah (0,01%) (Maloha 2005).
Rahmawati (2010) melaporkan bahwa nyamuk Anopheles di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. barbirostris lebih banyak dengan metode umpan orang dalam rumah (30,61%) daripada di luar rumah (27,52%), jumlah An. nigerrimus lebih banyak ditemukan di luar rumah (23,49%) daripada di dalam rumah (18,37%), An. indefinitus tidak ada yang ditemukan dengan umpan orang. Sementara An. barbirostris yang ada di Kecamatan Padangcermin Kabupaten Pesawaran merupakan spesies yang sama ditemukan Maloha di Muaro Duo Jambi, dan ditemukan lebih banyak di luar rumah (70,42%) daripada di dalam rumah (29,58%), hal yang sama ditemukan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, An. barbirostris lebih banyak di luar rumah (61,73%) daripada di dalam rumah (3,94%). Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan Safitri (2009) di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan terdapat jenis nyamuk yang sama
ditemukan ditempat yang sama, yaitu An. barbirostris dan An. indefinitus (Suwito 2010).
Nyamuk Anopheles yang paling sedikit ditemukan ada dua jenis yaitu An. nigerrimus dan An. indefinitus. Boesri (2005) melaporkan bahwa nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai vektor di Sumatera Selatan, dan tidak mempunyai pilihan tertentu tentang sumber darah yang diperlukan, artinya dapat mengisap darah manusia atau hewan.
Nyamuk An. indefinitus selama penelitian ditemukan hanya satu ekor dengan umpan orang di luar rumah, kemungkinan besar nyamuk ini memang jarang mengisap darah manusia. Rahmawati (2010) melaporkan di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. indefinitus lebih banyak ditemukan dengan perangkap hewan (62,5%) daripada dengan umpan orang dalam rumah (9,09%) dan luar rumah (22,73%). Maloha (2005) melaporkan bahwa An. indefinitus di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi lebih banyak ditemukan pada perangkap cahaya dengan kelimpahan nisbi 1,47% dan umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 2,50%, sedangkan dengan umpan orang tidak ada nyamuk yang tertangkap. Garjito et al. (2002) melaporkan hal sama bahwa An. indefinitus lebih banyak ditemukan pada umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 22,70% dibandingkan umpan orang dalam rumah (19,77%) dan umpan orang di luar rumah (21,05%).
Keragaman dari Anopheles yang diuraikan di atas merupakan ciri dan kemampuan dari beberapa spesies Anopheles dapat berkembangbiak pada tempat yang berbeda tergantung pada karakteristik habitatnya. Hal ini menggambarkan adaptasi yang spesifik dari berbagai spesies Anopheles untuk berkembangbiak.
Nyamuk Anopheles spp. yang paling sering tertangkap baik dengan umpan orang maupun istirahat di Desa Riau adalah An. letifer dibandingkan dengan spesies lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kubangan di tempat teduh, agak gelap, dan air tawar merupakan habitat yang disenangi An. letifer. Nyamuk An. letifer di Pulau Bangka ditemukan di beberapa tempat, dan telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Bangka (Boesri 2007).
4.2 Perilaku Mengisap Darah Nyamuk Anopheles spp.
Nyamuk An. letifer ditemukan dengan kepadatan tertinggi dibandingkan dengan nyamuk Anopheles lainnya. Rata-rata kepadatan nyamuk di dalam rumah dan di luar rumah tidak berbeda secara signifikan, di dalam rumah 0,12 nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,13 nyamuk/orang/jam (Tabel 3). An. letifer ditemukan paling padat pada bulan April di luar rumah (0,31 nyamuk/orang/jam). Kepadatan An. letifer pada bulan ini disebabkan indeks curah hujan yang tinggi pada minggu kedua (112,43 mm) sehingga banyak habitat yang tidak menyusut dan kering. Dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku nyamuk An. letifer mencari darah cenderung bersifat eksofagik.
Nyamuk Anopheles yang ditemukan selain An. letifer adalah An. barbirostris. Rata-rata kepadatan nyamuk An. barbirostris di dalam dan di luar rumah menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, kepadatan di dalam rumah 0,03 nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,02 nyamuk/orang/jam. Hal ini belum dapat menyimpulkan perilaku mengisap darah An. barbirostris. Namun demikian, kepadatan An. barbirostris pada bulan Februari dan Maret menunjukkan lebih tinggi di dalam rumah (0,06 nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,04 nyamuk/orang/jam), maka dapat disimpulkan bahwa perilaku An. barbirostris mencari darah cenderung bersifat endofagik.
Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Riau, terdapat kesamaan dan perbedaan perilaku mengisap darah di beberapa tempat. Juliawaty (2008) melaporkan bahwa An. letifer di Palangka Raya, Kalimantan Tengah paling banyak ditemukan di dalam maupun di luar rumah pada bulan Februari, dan perilaku mengisap darah cenderung bersifat eksofagik dan antropofilik.
Tabel 2 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang mengisap darah per orang per jam (Man Hour density) di Desa Riau, Februari-Mei 2011.
Spesies
Anopheles
Februari Maret April Mei Rata-rata
UD UL UD UL UD UL UD UL UD UL An. letifer 0.04 0.02 0.19 0.13 0.23 0.31 0.04 0.06 0.12 0.13 An.barbirostris 0.06 0.04 0.06 0.04 0 0 0 0 0.03 0.02
An.nigerrimus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
An.indefinitus 0 0 0 0.02 0 0 0 0 0 0.005
Noor (2002) melaporkan bahwa An. barbirostris di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah cenderung bersifat endofagik karena lebih banyak mengisap darah orang di dalam rumah (0,036 nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,015 nyamuk/orang/jam). Hal yang berbeda ditemukan di Kecamatan Lengkong, Sukabumi, bahwa An. barbirostris cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan mengisap darah di luar rumah (21,67 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (6,50 nyamuk/orang/jam) (Munif et al. 2007). Hal yang sama ditemukan di Desa Alat Hantakan Kalimantan Selatan, bahwa An. barbirostris cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak mengisap darah di luar rumah (0,34 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,07 nyamuk/orang/jam) (Salam 2005).
Perilaku An. nigerrimus mengisap darah tidak dapat diketahui karena selama penangkapan tidak ada yang ditemukan, baik yang di dalam rumah maupun di luar rumah. Namun demikian, informasi mengenai perilaku mengisap darah An. nigerrimus dari hasil penelitian yang telah dilakukan di tempat lain perlu diketahui. Jastal (2005) menyatakan bahwa An. nigerrimus di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan di luar rumah (8,6 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (5,1 nyamuk/orang/jam), dan An. nigerrimus cenderung menunjukkan perilaku zoofilik daripada antropofilik, karena dari hasil penangkapan nyamuk dewasa lebih banyak ditemukan mengisap darah hewan (112 nyamuk/bulan) daripada darah manusia (6,85 nyamuk/bulan).
Nyamuk An. indefinitus di Desa Riau ditemukan hanya satu kali pada bulan Maret dan menggigit di luar rumah (0,02 nyamuk/orang/jam). Hasil penelitian ini belum dapat disimpulkan bahwa An. indefinitus lebih padat di luar rumah dan bersifat eksofagik, karena nyamuk ini hanya ditemukan satu ekor. Kemungkinan nyamuk An. indefinitus jarang menggigit orang, seperti yang ditemukan di Desa Lufileo Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, bahwa An. indefinitus merupakan spesies yang jarang ditemukan menggigit orang (Rahmawati 2010). Hal yang sama ditemukan di di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi bahwa An. indefinitus tidak ditemukan dengan menggunakan umpan
orang, dan hanya ditemukan dengan perangkap cahaya dan umpan hewan (Maloha 2005). Namun, kemungkinan juga An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik karena di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ditemukan An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik (Hasan 2006).
4.3 Perilaku Istirahat Nyamuk Anopheles spp.
Gambaran nyamuk Anopheles spp. yang istirahat per orang per jam di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip disajikan pada Tabel 3. An. letifer yang tertangkap istirahat di dalam dan di luar rumah mulai ditemukan pada bulan Maret dengan kepadatan 0,16 dan 0,08 nyamuk/orang/jam, dengan kepadatan tertinggi terjadi pada bulan April di luar rumah (0,24 nyamuk/orang/jam). Rata-rata kepadatan An. letifer lebih padat di luar rumah (0,08 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,04 nyamuk/orang/jam). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan nyamuk An. Letifer mencari tempat istirahat cenderung bersifat eksofilik. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan di sekitar Pusat Reintroduksi orangutan Nyaru Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, karena perilaku istirahat An. letifer cenderung bersifat endofilik (Juliawaty 2005).
Jenis nyamuk lain yang ditemukan pada saat istirahat adalah An. nigerrimus walaupun dalam jumlah yang sedikit, bahkan pada bulan Februari dan bulan Maret tidak ditemukan. Pada bulan April baru ditemukan di dalam rumah satu kali dengan kepadatan 0,08 nyamuk/orang/jam, pada bulan Mei tidak ditemukan lagi, maka belum dapat disimpulkan perilaku istirahat nyamuk ini.
Tabel 3 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. istirahat di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Spesies Anopheles
Februari Maret April Mei Rata-rata Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl
An. letifer 0 0 0,16 0,08 0 0,24 0 0 0.04 0.08 An. barbirostris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 An. nigerrimus 0 0 0 0 0,08 0 0 0 0.02 0 An. indefinitus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Walaupun demikian, dari hasil penelitian ditempat lain dapat diketahui bahwa An. nigerrimus mencari tempat istirahat cenderung eksofilik, seperti yang ditemukan di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi, dapat diketahui bahwa nyamuk ini cenderung bersifat eksofilik (Maloha 2005).
An. barbirostris dan An. indefinitus tidak diketahui perilaku istirahatnya karena dari penangkapan nyamuk istirahat tidak ditemukan selama empat bulan di dalam dan di luar rumah. Namun, dari hasil penelitian Rianti (2002) di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa perilaku An. barbirostris mencari tempat istirahat cenderung bersifat eksofilik.
An. barbirostris, An. nigerrimus, dan An. indefinitus selama penangkapan nyamuk istirahat ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, bahkan ada yang tidak ditemukan, maka untuk dapat menyimpulkan nyamuk di Desa Riau bersifat endofagik atau eksofagik, endofilik atau eksofilik perlu dilakukan penelitian yang lebih lama.
4.4 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria
Data angka kesakitan malaria dari Puskesmas Riau Silip, Kabupaten Bangka dari Bulan Februari sampai Mei 2011 di ambil berdasarkan MoMI (monthly malaria incidence) dan MoPI (monthly parasite incidence). Pengertian MoMI adalah angka kesakitan malaria berdasarkan gejala klinis per 1000 penduduk dalam satu bulan dan di satu lokasi yang sama yang dinyatakan dalam ‰ (permil). MoPI adalah berdasarkan angka yang diperoleh dari sediaan ulas darah yang positif mengandung Plasmodium dalam satu bulan di satu wilayah dibandingkan terhadap jumlah penduduk berisiko pada bulan yang sama, dan dinyatakan dalam ‰ (permil) (Ditjen PP&PL 2009). Kasus penyakit malaria di Desa Riau Kecamatan Riau Silip berdasarkan MoMI dari bulan Februari hingga April 2011 berturut-turut adalah 4,26‰, 6,17‰, 6,75‰, dan 6,05‰. Berdasarkan MoPI tidak ada kasus penyakit malaria yang ditemukan hingga bulan April, kemudian pada bulan Mei baru ditemukan dua kasus (Tabel 4).
0-11 1-4 5-9 10-14 > 15
Tabel 4 Data kasus penyakit malaria di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Positif Bulan MK MoMI (‰) Jml bln thn Thn Thn Thn L P L P L P L P L P L P MoPI (‰) Februari 12 4,26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Maret 11 6,17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 April 19 6,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mei 14 6,05 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 14,28
Keterangan: MK= Malaria klinis, MOMI =Data kasus malaria dengan gejala klinis perbulan (‰)
MOPI =Data kasus malaria dengan pemeriksaan mikroskopis perbulan (‰).
Angka kesakitan malaria klinis berdasarkan MoMI mengalami peningkatan dari bulan Februari (4,26‰) menjadi (6,17‰) kemudian meningkat (6,75‰) di bulan April, dan kembali turun pada Bulan Mei (6,05‰). Kasus penyakit positif malaria dengan pemeriksaan mikroskop (MoPI) ditemukan bulan Mei pada anak-anak usia 6,3 tahun dan remaja usia 14,7 tahun disaat kepadatan An. letifer menurun (0,05 nyamuk/orang/malam).
Malaria terjadi sebagai interaksi antara penderita, parasit Plasmodium, lingkungan dan adanya vektor (nyamuk Anopheles spp.). Hasil pemeriksaan mikroskopis selama tiga bulan penelitian (Februari-Mei 2011) terhadap penderita demam tidak ditemukan Plasmodium positif. Penderita malaria dengan positif Plasmodium baru ditemukan dua orang pada bulan Mei, yaitu Plasmodium falcifarum dan Plasmodium tertiana. Jenis nyamuk yang diduga sebagai vektor malaria di Desa Riau adalah An. letifer bila dilihat dari kepadatannya yang diukur dengan angka MBR (Tabel 5).
Hubungan antara kasus malaria selama empat bulan (MoPI) dengan kepadatan MBR An. letifer selama empat bulan di sajikan pada Gambar 8. Hubungan kepadatan An. letifer dengan angka kesakitan malaria menunjukan grafik yang berbanding terbalik. Pada saat kepadatan An. letifer meningkat pada bulan Februari-April, maka kasus penyakit berdasarkan MoPI tidak ada yang ditemukan. Tetapi ketika kepadatan nyamuk menurun (0,02 nyamuk/orang/jam) pada bulan Mei, maka kasus penyakit malaria dengan pemeriksaan laboratorium baru ditemukan (14,28‰).
K epada ta n n y am uk A n .l et ife r (nyam u k/ oran