1 Keragaman nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan ada empat jenis, yaitu An. letifer (80,88%), An. barbirostris (16,18%), An. nigerrimus (1,47%), dan An. indefinitus (1,47%).
2 Nyamuk An. letifer yang ditemukan cenderung mengisap darah di luar rumah (eksofagik) dan istirahat cenderung di luar rumah (eksofilik). Puncak aktivitas mengisap darah di dalam rumah terjadi pada pukul 19.00-20.00WIB, sedangkan di luar rumah pada pukul 22.00-23.00 WIB. An. barbirostris cenderung bersifat endofagik, dengan puncak aktivitas mengisap darah di dalam rumah pada pukul 21.00-22.00 WIB, dan di luar rumah pada pukul 23.00-24.00 WIB.
3 Habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Desa Riau ditemukan 24 habitat, satu habitat yang positif yaitu kubangan, sedangkan 23 habitat merupakan habitat potensial, dan dikelompokan dalam tujuh jenis habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. yaitu kolong, rawa-rawa, kubangan, parit, sumur, kolam, kobakan.
5.2 Saran
1 Mengingat penularan malaria di Desa Riau sangat potensial dengan adanya ditemukan nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria, maka perlu penelitian yang longitudinal selama 1 tahun.
2 Mengingat habitat larva positif hanya satu, sedangkan habitat potensial yang ditemukan cukup banyak, maka perlu adanya pengamatan habitat yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Andiyatu. 2005. Fauna nyamuk (Diptera: Culicidae) di wilayah kampus IPB Darmaga dan sekitarnya serta potensinya sebagai penular penyakit. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Aprianto A. 2002. Studi perilaku menggigit nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ariati J, Sukowati S, Andri H. 2007. Habitat nyamuk Anopheles subpictus di enam pulau, Kepulauan Seribu. J Ekol Kes 6(1): 511-517.
Barodji, Boewono TD, Sumardi. 2007. Fauna nyamuk, konfirmasi vektor dan beberapa aspek bionomik vektor malaria di daerah endemis malaria Kabupaten Pekalongan. J Ekol Kes 6(1): 549-559.
Boesri H. 2007. Standar Penangkapan Vektor Dalam Rangka Penelitian Penularan Malaria Di Indonesia. Kemas 3:1. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan.
Bowolaksono A. 2001. Pengaruh pH terhadap perkembangan nyamuk Anopheles farauti Lav. di dalam kondisi laboratorium. Maj. Parasitol. Ind. 14(1): 6-11.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Bangka Dalam Angka. Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka.
Caillouet K.A, Keating J, Eisele TP. 2008. Characterization of Aquatic Mosquito Habitat, Natural Enemis, and Immature Mosquitoes in the Artibonite Valley, Haiti. J Vect Ecol. 33(1): 191-198.
Chadijah S. 2005. Karakteristik habitat larva nyamuk Anopheles barbirostris van der Wulp di Desa Tongoa Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Clement AN. 2000. Mosquitoes. Vol.1. Development, Nutrition and Production. New York: CABI Publising.
Clement AN. 2000. The BiologyMosquitoes. Vol.1. London. CABI Publising.
Click S. 2011. Pengertian Rawa Sebagai Bagian Hidrosfer Struktur Lapisan Bumi. http://www.g-excess.com/4999/
[Dinkes Kab.Bangka] Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka. 2009. Laporan Penemuan Penderita Malaria. Sungailiat, Bangka.
[Dinkes Prov. Babel] Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung. 2009. Laporan Penemuan Penderita Malaria. Pangkalpinang. Babel.
[Ditjen PP&PL] Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Pengendalian Lingkungan. 2007. Ekologi dan aspek perilaku vektor. Jakarta: Subdit P2B2.
[Ditjen PP&PL] Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Pengendalian Lingkungan. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta : Subdit Malaria, P2B2.
[Ditjen PP&PL] Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Pengendalian Lingkungan. 2009. Pedoman Surveilans Malaria. Jakarta : Subdit Malaria, P2B2.
[Ditjen PP&PL] Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengendalian Lingkungan. 2007. Pedoman vektor malaria di Indonesia. Jakarta: Subdit P2B2.
[Ditjen PPM&PL] Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengendalian Lingkungan. 2003. Modul entomologi malaria. Jakarta: Subdit P2B2.
Effendi A. 2002. Studi komunitas nyamuk Anopheles di Desa Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Friaraiyatini, Soedjajadi K, Ririh Y. 2006. Pengaruh lingkungan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan tengah. J Kes Link. 2:2:121-128.
Garjito TA, Jastal, Wijaya Y, Lili, Chadijah S, Erlan A, Rosmini, Samarang, Udin Y, Labatjo Y. 2004. Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai Kabupaten Parigi-Moutong, Sulawesi tengah. Bul Penel Kesehatan 32:2. 49-61.
Grieco JP, Rejmankova E, Achee NL, Klein CN, Andre R, dan Roberts D. 2007. Habitat Suitability for Three Spesies of Anopheles Mosquitoes: Larval Growth and Survival in Reciprocal Placement Experiments. J Vect Eco. 32(2): 176-187.
Hadi UK, FX. Koesharto. 2006. Nyamuk. Di dalam: Sigit HS, Upik KH. Editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. UKPHP FKH-IPB. Bogor. hal.23-51.
Hadi UK, Kooesharto FX, Gunandini DJ,Soviana S, Sudarnika E. 2008. Laporan Akhir Study Efikasi Kelambu Olyset® di Kabupaten Bangka. PEK. Dep.Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. FKH. Institut Pertanian Bogor.
Hasan M. 2006. Efek Paparan Insektisida Deltametrin Pada Kerbau Terhadap Angka Gigitan Nyamuk Anopheles vagus Pada Manusia. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Jastal. 2005. Perilaku nyamuk Anopheles menghisap darah di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Juliawati R. 2008. Studi Perilaku Anopheles dan Kaitannya Dengan Epidemiologi Malaria di Sekitar Pusat Reintroduksi Orang Utan, Nyaru Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Mahmud. 2002. Studi Perilaku Beristirahat Nyamuk Anopheles Maculatus (Theobald) dan Balabacensis (Baisas) di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Maloha MM. 2005. Fauna Nyamuk Anopheles di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Mardiana, Shinta, Wigati, Enny WL, Sukijo. 2002. Berbagai jenis nyamuk Anopheles dan tempat perindukannya yang ditemukan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. [Artikel]. Med Litbang Kes 12(4):30-36.
Mardiana. 2001. Penelitian Bioekologi Vektor di Daerah Pantai dan Pedalaman di Jawa Timur. [Abstrak]. Laporan Penelitian. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes. http://digilib.litbang.depkes.go.id
Muhlis HM. 2011. Parasitologi Untuk Keperawatan. di unduh tanggal 2 Desember 2011. http://books.google.co.id/books?isbn=9794489719.
Mulyadi. 2010. Distribusi spatial dan karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles spp. serta peranannya dalam penularan malaria di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Munif A, Rusmiarto S, Aryati Y, Andri SH, Stoops AC. 2008. Konfirmasi status Anopheles vagus sebagai vektor pendamping saat kejadian luar biasa malaria di Kabupaten Sukabumi Indonesia. J Ekol Kes 7(1): 689-696.
Munif A, Sudomo M, Soekirno. 2007. Bionomi Anopheles spp. Di Daerah Endemis Malaria Kecamatan Lengkong, Sukabumi. Bul Penel Kes 35(2): 57-80.
Mwangangi JM, Mbogo CM, Muturi EJ,Nzovu JG, Githure JI, Yan G, Minakawa N, Novak R, & Beier JC. 2007. Spatial distribution and habitat characterisation of Anopheles larvae along the Kenyan Coast. J Vect Borne 4:44-51.
Noor E. 2002. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles Di Desa Sedayu Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
O’Connor CT, Soepanto A. 1999. Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia, Ditjen P2M & PL Depkes RI. Jakarta.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar ekologi. Edisi ke-3. Yogyakarta: Gama Press. 695 hal.
[PKM] Puskesmas Riau Silip. 2011. Laporan Bulanan Malaria. Bangka. Babel
[PPLH-IPB]. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-Institut Pertanian Bogor. Modul A. 2008. Input data GPS (Geografical Positioning System). Bogor: PPLH- IPB.
Prahasta E. 2007. Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Bandung: Informatika.
Puspita L, Ratnawaty E, Suryadiputra INN, Meutia AA. 2005. Lahan basah buatan di Indonesia.
Qomariah M. 2004. Survei nyamuk Anopheles yang berpotensi sebagai vektor malaria di bekas penggalian timah kolong ijo Kelurahan Bacang Kota Pangkapinang. [Abstrak]. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/5907/1/2314.pdf.
Rahmawati E. 2009. Keragaman jenis, perilaku dan habitat Anopheles spp. Di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rao TR. 1981. The Anophelines of India. Indian Council of Medical Research. Pub. New Delhi.
Rianti F. 2002. Studi perilaku beristirahat nyamuk Anopheles spp. di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rueda ML, Kim CH, Klein AT, Pecor EJ, Li C, Sithiprasasna R, Debboun M, Wilkerson CR. 2006. Distribution and larval habitat characteristic of Anopheles Hyrcanus Group and related mosquito species (Dipptera: Culicidae) in South Korea. J Vect Ecol. 31(1): 199-206.
Russel PF, West LS, Manwell RD, MacDonald G. 1963. Practical Malariology. London: Oxford University Press. 750 hal.
Safitri A. 2009. Karaktersitik Habitat dan Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk Anopheles sundaicus di Kecamatan Padangcermin, Lampung Selatan. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Salam A. 2005. Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa Alat Hantakan, kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Saleh DS. 2002. Studi Habitat Anopheles nigerrimus giles dan Epidemiologi Malaria di Desa Lengkong, Kabupaten Sukabumi. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Santoso B. 2002. Studi karakteristik habitat larva nyamuk Anopheles maculatus Theobald dan Anopheles Balabacensis Baisas serta beberapa faktor yang mempengaruhi populasi larva di desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DIY. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertaniaqn Bogor.
Saputra E. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Nyamuk Anopheles Pada Proses Transmisi Malaria. J urip
http://uripsantoso.wordpress.com/2011/01/13.
Sattler MA, Mtasiwa D, Kiama M, Premji Z, Tanner M, Killeen GF, Lengeler C. 2005. Habitat characterization and spatial distribution of Anopheles sp. Mosquito larvae in Dar es Salaam (Tanzania) during an extended dry period. Mal. J 4:4doi:10.1186/1475-2875-4-4.
Sembiring JUT. 2005. Karakteristik habitat larva Anopheles sundaicus (Rodenwald) (Diptera: Culicidae) di daerah pasang surut Asahan Sumatera Utara. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Setyaningrum E, Murwani S, Rosa E, Andananta K. 2007. Studi ekologi perindukan nyamuk vektor malaria di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Prosiding seminar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lampung: Universitas Lampung. Hal:292-299.
Shinta, Sukowati S, Mardiana. 2003. Komposisi spesies dan dominasi nyamuk Anopheles di daerah pantai Banyuwangi, Jawa Timur. [Artikel]. Med Litbang Kes 9(3).
Sitorus H. 2005. Studi Longitudinal Bionomik Suspect/Vektor Malaria di Desa Tegal Rejo Kecamatan Belitang Kabupaten Oku Timur Tahun 2005 (Tahap II). Loka Litbang P2B2 Baturaja.
Sutriati A & Brahmana SS. 2007. Penelitian kwalitas air irigasi pada beberapa sungai di Jawa Barat. Bul Pusair 16(47). Dept. PU. Balitbang PP & PSDA.
Sulistio I. 2010. Karakteristik habitat larva Anopheles sundaicus kaitannya dengan kasus malaria di lokasi wisata desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suprapto G. 2010. Perilaku Nyamuk Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya Dengan Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suwito 2010, Bioekologi Nyamuk Anopheles Di Kabupaten Lampung Selatan Dan Pesawaran : Distribusi Spasial, Keragaman, karakteristik Habitat dan Kepadatan [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
U’din. 2005. Studi perilaku menghisap darah, Anopheles spp. di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogankomering Ulu (OKU) Sumatera Selatan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Wardana A. 2010. Studi perilaku menggigit nyamuk Anopheles balabacensis dan kaitannya dengan epidemiologi malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
[WHO]. World Health Organization. 2003. Malaria entomology and vector control. Learner’s guide. WHO/CDS/CPE/SM/2002.18.Rev.1.Part I.pdf.
Yee HL. 2008. Bionomik of Anopheles in Grik,Hulu Perak and Insecticide Susceptibility of Two Anopheles Spesies From Two Locations in Malaysia. [Abstrak]. [Tesis]. Malaysia: Universitas Sains Malaysia.
pasir 2500-2510 0 Ikan wa 1 0 Riau 6,3-6,4 28 0 12-14 Tanah liat 12-15 Rumput Ikan
1 0 Riau 5,4-5,6 25 0 2 Tanah liat,
2 0 Riau 6,2 25 0 8 lumpur 6-8 0 0
0 Riau 6,3 25 0 8 pasir 12-15 Rumput 0
n 2 0 Riau 6,0-6,3 27 0 23-24 Tanah liat 5-8 Rumput 0
n 8 0 Riau 6,3 25-26 0 12 lumpur 12 0 0
n 1 0 Riau 6,6 27 0 2 Tanah liat 8 Rumput 0
4 0 Simp.Lumut 6,3-6,5 25-28 0 10-12 Tanah liat 9-11 Rumput Berud 5 0 Simp.Lumut 6,3-6,6 26-27 0 4-5 Lumpur 25-27 0 Berud 1 0 Simp.Lumut 6,5-6,9 27 0 10-12 Lumpur 14-16 Rumput Ikan dan b n 3 0 Simp.Lumut 6,3-6,7 24-27 0 23-25 Lumpur 25-27 Rumput Ikan
6 0 Simp.Lumut 6,1-6,3 27 0 6-7 Tanah liat 10 Rumput Berud 2 0 S.Gunung 7,1-7,3 26-28 0 8-10 lumpur 18-21 0 Ikan n 4 0 S.Gunung 6,1-6,7 26 0 33-35 lumpur 21-24 0 Berud
7 0 S.Gunung 6,3 25 0 7-8 Pasir 8-10 0 0
3 0 S.Gunung 6,4 26 0 17 Pasir 11 Rumput 0
n 5 0 Tirus 6,2-6,4 27 0 57 lumpur 18 Rumput,teratai 0 n 6 0,01 Tirus 6,0-6,1 24 0 6 lumpur 18-25 0 Berud n 7 0 Tirus 6,1-6,6 24-27 0 41 lumpur 15-20 Talas, rumput 0
m 0 Tirus 6,2-6,4 25-27 0 22-23 lumpur 10-12 Teratai Berud 2 0 Tirus 5,4-6,1 24-25 0 2 Tanah liat 2000 0 0
Angk a D o m inans i Ang k aDo m in an si Lampiran 2
Angka dominansi nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di dalam dan luar rumah di Desa Riau, Februari-Mei 2011
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
A.letifer A.barbirostris A.nigerrimus A.indefinitus
Dalam Rumah 40 2,6 0 0 Luar Rumah 41,94 1,61 0 0,06 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
A.letifer A.barbirostris A.nigerrimus A.indefinitus
Dalam Rumah 11,14 0 0,29 0
Lampiran 3
Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per minggu di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011
Bulan Minggu Jumlah Hari
Hari Hujan
Curah Hujan Indeks (mm) Curah Hujan Februari 1 7 5 82.8 59.14 2 7 2 73.6 21.03 3 7 5 109.8 78.43 4 7 3 43.7 18.73 Maret 5 7 6 45.2 38.74 6 7 6 50.4 43.2 7 7 4 36.1 20.63 8 10 7 96.8 67.76 April 9 7 5 45.9 32.79 10 7 5 157.4 112.43 11 7 4 51.1 29.1 12 9 7 101.8 79.18 Mei 13 7 4 77.2 44.11 14 7 4 154.2 88.11 15 7 3 39.4 16.89 16 10 8 73.1 58.48 Total 120 78 1238.5 808.75
Lampiran 4
Hasil uji korelasi (Pearson correlation) antara indeks curah hujan (ICH) dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp. (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011
Correlations
ICH MBR
ICH Pearson Correlation 1 .469
Sig. (2-tailed) .531 N 4 4 MBR Pearson Correlation .469 1 Sig. (2-tailed) .531 N 4 4
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Lampiran 5
Hasil uji korelasi (Pearson correlation) antara kepadatan nyamuk A.letifer (MBR) dengan angka kesakitan malaria (MoPI) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011
Correlations A.letifer MoPI
A.letifer Pearson Correlation 1 -.569
Sig. (2-tailed) .431
N 4 4
MoPI Pearson Correlation -.569 1
Sig. (2-tailed) .431
N 4 4
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
ABSTRACT
SUWARDI. The Behaviour and characteristics potential of habitat of mosquitoes Anopheles spp. in Riau Village Riau Silip Subdistrict Bangka District Bangka Belitung Province. Under direction of SUSI SOVIANA and UPIK KESUMAWATI HADI.
Malaria is one of public health problem in Indonesia. The research was carried out to explore the diversity, density and the behavior of Anopheles as malaria vector, including mapping and measuring characteristics of larval potential habitat in Riau Village, Riau Silip Subdistrict, Bangka District. The studies were done from February to May 2011. The Anopheles mosquitoes were collected indoor and outdoor by human landing collection in the evening starting from 6 pm to 6 am. The characteristics of potential habitat and coordinates were measured based on larval collection sites. The result showed that there were four Anopheles spesies i.e. An. letifer, An. barbirostris, An. nigerrimus, and An. indefinitus. The man hour density of mosquitoes indoor and outdoor for An. letifer were 0,12 and 0,13, An. barbirostris 0,06 and 0,04, An. indefinitus 0,02 only at outdoor, and An. nigerrimus was not found biting. The biting activity was peak indoor and outdoor at 7-8 pm and 10-11 pm for An. letifer, and An. barbirostris at 9-10 pm and 11-12 pm. There were seven types of potential habitats i.e. ditches, pool, swamps, former mining pond, wells, and ground hole, however only one larva of An. letifer was found in a pool. The habitat characteristics of An. letifer larva were found at water temperature 24ºC, pH 6.0 to 6.1, salinity 0‰, turbidity 6 NTU, mud bottom habitat, no water plants, and there was tadpoles as predator.
Keywords: Anopheles, diversity of mosquitoe, mosquitoe behavior, mosquitoe larvae habitats
RINGKASAN
SUWARDI. Perilaku dan Karakteristik Habitat Potensial Nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan UPIK KESUMAWATI HADI.
Desa Riau merupakan daerah endemis malaria dengan API pada tahun 2010 sebesar 7,37‰. Desa Riau memiliki kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan yang masih rendah, dan banyaknya genangan air. Terbentuknya kolam akibat penggalian timah (kolong) merupakan tempat perindukan potensial nyamuk vektor malaria. Infomasi tentang perilaku dan karakteristik habitat potensial nyamuk Anopheles sangat penting dipelajari untuk menentukan strategi pemberantasan malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana perilaku dan karakteristik habitat potensial nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.
Penelitian dilaksanakan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, yang terdiri atas empat dusun, yaitu Dusun Riau, Dusun Simpang Lumut, Dusun Sinar Gunung, dan Dusun Tirus. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, mulai dari bulan Februari-Mei 2011. Metode penelitian terdiri atas penangkapan nyamuk dewasa dengan umpan orang pada malam hari selama 12 jam (Pukul 18.00-06.00 WIB) dengan frekuensi setiap satu minggu sekali selama empat bulan. Larva dikoleksi menggunakan cidukan plastik dengan volume 300 ml pada setiap habitat potensial. Karakteristik habitat potensial yang diamati meliputi jenis habitat, suhu air, salinitas air, derajat keasaman (pH) air, kekeruhan air, dasar habitat, tanaman air, keberadaan predator dan pengambilan titik koordinat untuk pemetaan jenis habitat larva Anopheles spp. dengan menggunakan alat GPS Garmin 60. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data kasus penyakit malaria dan curah hujan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat jenis spesies Anopheles spp., yaitu An. letifer, An. barbirostris, An. nigerrimus dan An. indefinitus. Nyamuk yang paling dominan adalah An. letifer dan lebih banyak ditemukan di luar rumah dengan kelimpahan nisbi 42,65%. Urutan kedua adalah An. barbirostris di dalam rumah dengan kelimpahan nisbi 8,82%, sedangkan yang terendah An. nigerrimus dan An. indefinitus dengan angka kelimpahan nisbi masing-masing 1,47%.
Nyamuk An. letifer cenderung mengisap darah di luar rumah (eksofagik) yang terlihat dari angka MHD di luar rumah lebih tinggi daripada di dalam rumah, terutama di bulan April ( 0,31 nyamuk/orang/jam). Perilaku An. letifer mencari tempat istirahat cenderung di luar rumah (eksofilik) yang terlihat dari angka MHD tertinggi di luar rumah (0,08 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,04 nyamuk/orang/jam). Nyamuk An. barbirostris mengisap darah cenderung di dalam rumah (endofagik) dengan MHD tertinggi di dalam rumah pada bulan Februari dan Maret (0,06 nyamuk/orang/jam), sedangkan nyamuk An. barbirostris istirahat tidak ada yang ditemukan. An. nigerrimus hanya ditemukan di dalam rumah satu kali dengan MHD di dalam rumah (0,02 nyamuk/orang/jam), maka belum dapat disimpulkan perilaku nyamuk ini. An. indefinitus tidak ada yang ditemukan selama penelitian.
Fluktuasi aktivitas mengisap darah hanya terlihat pada An. letifer dan An. barbirostris. Di dalam rumah, aktivitas mengisap darah An. letifer mulai pukul 18.00-06.00 WIB dan puncaknya pada pukul 19.00-21.00 WIB. Nyamuk An. barbirostris menunjukan aktivitas mengisap darah mulai pukul 19.00-01.00 WIB puncaknya pada pukul 21.00-22.00 WIB. Aktivitas mengisap darah An. letifer di luar rumah mulai pukul 18.00-19.00 WIB dengan puncak mengisap darah pukul 22.00-23.00 WIB. Adapun aktivitas mengisap darah An. berbirostris di luar rumah terjadi pada pukul 21.00-01.00 WIB dan puncaknyapada pukul 23.00- 24.00 WIB.
Hubungan kepadatan (MBR) An. letifer dengan kasus malaria (MoPI) di Desa Riau tidak cukup erat (r = -0,57). Begitu pula indeks curah hujan kurang mempengaruhi kepadatan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak erat (r = 0,47) dan nilai koefisien determinasi (R² = 0,22) artinya pengaruh indeks curah hujan terhadap kepadatan nyamuk Anopheles spp. hanya sebesar 22%.
Habitat potensial larva Anopheles spp. yang ditemukan adalah sebanyak 24 habitat terdiri atas tujuh jenis, yaitu parit, kubangan, rawa-rawa, sumur, kolong, kobakan, dan kolam. Larva Anopheles hanya ditemukan pada habitat kubangan dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan, sedangkan 23 habitat tidak ditemukan larva Anopheles spp. Karakteristik habitat larva Anopheles yang ditemukan adalah suhu air 24°C, pH 5-7,3, salinitas 0‰, kekeruhan 2-35 NTU, kedalaman 5-2510 cm, dasar habitat lumpur, predator berudu. Saran dalam penelitian antara lain perlu pengamatan yang longitudinal mengingat penularan malaria di Desa Riau sangat potensial karena ditemukannya nyamuk dan habitat potensial Anopheles spp.
Kata kunci : Anopheles, keragaman nyamuk Anopheles spp,. perilaku nyamuk Anopheles spp., habitat potensial larva Anopheles spp.
1 PENDAHULUAN
Malaria di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Penduduk Indonesia yang tinggal di daerah berisiko tertular malaria diperkirakan 70 %. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria (Ditjen PP&PL 2009).
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah endemis malaria yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota dengan tingkat endemisitas 50 kasus per seribu penduduk. Setiap kabupaten dan kota mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat perindukan nyamuk penular malaria (Anopheles), seperti kolam-kolam (kolong) bekas galian timah, rawa-rawa, cekungan batuan di daerah perbukitan, dan air tergenang di pinggir pantai. Kasus malaria dihitung berdasarkan annual malaria incidence (AMI) dan annual parasite incidence (API). AMI adalah kasus malaria berdasarkan gejala klinis selama satu tahun di suatu wilayah per 1000 penduduk, sedangkan API adalah kasus malaria positif Plasmodium malaria berdasarkan pemeriksaan ulasan darah penderita selama satu tahun di suatu wilayah per 1000 penduduk (Ditjen PP&PL 2009). Kasus malaria di Provinsi Bangka Belitung berdasarkan AMI pada tahun 2008-2010 dilaporkan berturut-turut mengalami peningkatan dan penurunan, yaitu 54,73‰, 58,4‰, dan 50,89‰, sedangkan kasus malaria yang ditemukan berdasarkan API tahun 2008- 2010 mengalami penurunan, yaitu 9,6‰, 8,5‰, dan 4,7‰ (Dinkes Prov. Bangka Belitung 2011).
Kasus penyakit malaria berdasarkan AMI di Kabupaten Bangka dari tahun 2008 sampai 2010 mengalami naik turun, yaitu 20,1 ‰, 51,7‰, dan 21,66‰, sedangkan kasus malaria berdasarkan API mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2010, yaitu 9,31‰, 4,01‰, dan 1,71‰ 2010 (Dinkes Kabupaten Bangka 2011). Kecamatan Riau Silip merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Bangka yang memiliki AMI dari tahun 2008 sampai 2010 berturut-turut yaitu 14,5 ‰, 48,09 ‰, 27,26‰, sedangkan kasus malaria berdasarkan API dari tahun 2008 sampai 2010 mengalami naik turun. API tahun 2008-2010 tiga tahun terakhir secara berturut-turut yaitu 6,39 ‰, 9,51‰, 4.00‰ (Puskesmas Riau Silip 2011).
Desa Riau termasuk satu di antara desa yang ada di Kecamatan Riau Silip, dan kasus malaria menurut AMI terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2007 sampai dengan 2010, yaitu 15,22 ‰, 41,01 ‰, 86,36 ‰, dan 99,34‰, sedangkan kasus positif malaria berdasarkan API terjadi peningkatan dan penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu 9,86 ‰, 21,29 ‰, 7,37‰. Walaupun API mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2009 mengalami peningkatan kasus yang cukup signifikan (PKM Riau Silip 2011).
Jenis-jenis nyamuk Anopheles spp. yang telah di konfirmasi sebagai vektor menularkan penyakit malaria berdasarkan provinsi antara lain di Sumatera Utara