• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Zakiah Daradjat tentang Kurikulum dalam Pendidikan Islam

B. Biografi dan pemikiran Zakiah Daradjat tentang kurikulum dalam Pendidikan Islam

2. Pemikiran Zakiah Daradjat tentang Kurikulum dalam Pendidikan Islam

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum sebagaimana dijelaskan tidak akan terlepas dari pendidikan, dimana ada proses pendidikan, disanalah kurikulum melakukan perannya sebagai komponen dalam pendidikan.

45 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), halaman sampul depan.

Pendidikan bisa mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang lebih baik dan perkembangan yang lebih, bila menggunakan kurikulum yang sesuai dengan keadaan atau perkembangan zaman. Kurikulum tidak mudah diterapkan pada suatu lembaga tertentu. Masyarakat yang satu dengan masyarakat lain berbeda akan kebutuhan dan pengetahuan, dari hal ini perancang kurikulum bisa menentukan kurikulum manakah yang akan diterapkan pada suatu lembaga pendidikan

Kurikulum akan berbeda bukan hanya karena kebutuhan masyarakat sekitar, tetapi bisa dikarenakan perputarannya waktu. Pada masa sekarang mendefinisikan kurikulum berbeda dengan mas dulu, bahkan tidak menutup kemungkinan akan berbeda pada masa yang akan datang. Kita ambil contoh kurikulum pada masa dulu, menurut Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, mengartikan kurikulum disamakan dengan materi pelajaran yang harus diberikan pada anak didik. Dan materi tersebut adalah mengajarkan apa yang diajarkan Allah dan mendidik anak didik agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah dan Rasulnya.46

Dari apa yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah, kurikulum disini diartikan secara terbatas hanya sebagai materi yang harus di berikan pada peserta didik. Materi yang ada pada suatu proses belajar mengajar itulah dinamakan kurikulum.

Pengertian kurikulum mengalami perubahan atau ada perbedaan ketika diartikan oleh ahli pendidikan pada masa sekarang. Pada masa sekarang. Pada masa sekarang kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.47 Pengertian ini jelas dan sangat luas, kurikulum dalam pengertian ini diartikan sebagai kegiatan yang tidak hanya dilakukan

46 Abuddin Nata., Pemikiran Para Tokoh pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan

Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 1. hlm.145.

47 Khoiron Rosyadi., Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. 1. hlm. 244.

dalam lingkungan sekolah, melainkan bisa dilakukan di luar lingkungan sekolah.

Sedangkan Zakiah Daradjat, memandang kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.48 Dalam bukunya yang lain kurikulum adalah semua kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah, baik di luar maupun di dalam lingkungan dinding sekolah.49

Pengertian yang diutarakan oleh Zakiah Daradjat memberikan batasan-batasan pada tiga hal. Pertama, pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan. kedua, di dalam kegiatan pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun atau diatur. Ketiga, rencana tersebut dilaksanakan di sekolah melalui cara-cara yang telah ditetapkan.50

Pendapat lain tentang kurikulum, diartikan sebagai segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler, dan instruksional).51 Pengertian ini menggambarkan segala bentuk kegiatan sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan tidak hanya terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.

Pengertian-pengertian di atas semua mengarahkan pada suatu kegiatan yang bersangkutan pada tujuan yang tidak hanya berupa kegiatan belajar mengajar. Dan kegiatan tersebut dilakukan di dalam dan di luar lingkungan sekolah. Dari sini apa yang dikatakan oleh

48 Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 3, hlm. 122.

49 Zakiah Daradjat,dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. 2. hlm. 83.

50 Ibid.

51 Muhaimin., Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),Cet. 1. hlm. 183.

Ahmad Tafsir52bahwa sekolah dapat dianggap sebagai miniatur masyarakat. Jika orang ingin mengetahui karakteristik masyarakat di suatu daerah, maka sekolahnya sebagai media yang sangat strategis dan representatif untuk melihatnya. Setiap nilai yang lahir dan diperoleh dari sekolah akan termanifestasi dalam kehidupan masyarakatnya juga, baik negatif maupun positif.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka kurikulum mempunyai isi yang sangat luas, oleh sebab itu menyusun suatu kurikulum yang mantap/stabil memang bukan hal yang sangat mudah, karena ia memerlukan waktu dan tahap-tahap pembatasan untuk mematangkannya. Dan kurikulum sendiri harus berorientasi pada kepentingan pembangunan dan pembinaan manusia yang seutuhnya.

b. Tujuan Kurikulum

Tujuan artinya sesuatu yang dituju yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya tercapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.53Bisa dikatakan bahwa suatu kegiatan tidak akan ada habisnya bila tujuan yang terakhir belum tercapai. Kegiatan akan berjalan terus sampai tercapainya tujuan terakhir.

Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagiaan hidup, baik secara individu maupun kelompok. Sebagai proses, pendidikan memerlukan sebuah sistem yang terprogram dan mantap, serta tujuan yang jelas agar arah yang dituju mudah dicapai. Pendidikan adalah upaya yang disengaja. Makanya pendidikan merupakan sesuatu rancangan dari proses suatu kegiatan

52 Ahmad Tafsir., op. cit hlm. 54.

yang memiliki landasan dasar yang kokoh, dan arah yang jelas sebagai tujuan yang hendak dicapai.54

Sementara itu tujuan pendidikan dalam Islam secara garis besarnya adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatannya, pikiran dan perasaannya.55Pendidikan Islam juga berarti pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia pancasialis yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.56

Kurikulum adalah unsur penting dalam pendidikan, merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan.

Adapun jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah itu ada dua macam:

1) Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional).

Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/siswa setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

2) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inipun

54 Jalaluddin., Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 1. hlm. 79.

55 Zakiah Daradjat., Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet.2. hlm. 35.

digambarkan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.57

Adapun ciri-ciri tujuan kurikulum dalam pendidikan Islam itu sendiri menurut Zakiah Daradjat ialah:

1) Mudah dipahami, dapat dilaksanakan untuk menumbuhkan dan memperkuat iman, isi dan caranya harus bersifat manusiawi;

2) Tidak bertentangan dengan logika dan pertumbuhan rasa keimanan seseorang;

3) Sesuai dengan umur, kecerdasan dan tingkat perkembangan keyakinan terhadap ajaran Islam;

4) Mendukung terlaksananya ajaran Islam yang amaliah;

5) Untuk mencapai tujuan itu tidak menggunakan alat atau penjelasan yang merusak atau mengurangi citra kesucian Islam.58

Dari tujuan-tujuan yang ada di atas semuanya tidak hanya bersifat teori, yang sasarannya pada pemberian kemampuan teori kepada peserta didik, tetapi juga bertujuan praktis yang sasarannya pada pemberian kemampuan praktis pada anak didik. Hal ini bisa menyebabkan setelah peserta didik menyelesaikan studinya, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya yang didapat dari suatu lembaga tertentu dengan tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan, baik individu maupun masyarakat sosial.

c. Isi Kurikulum

Dalam proses pendidikan, itu ada isi atau materi tertentu yang akan disampaikan yang harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal semacam itu dipandang sangatlah mudah, sebuah materi disesuaikan dengan tujuan, tapi pada prosesnya tidak semudah pandangan. Sebuah materi yang akan diberikan atau disampaikan pada

57 Zakiah Daradjat., Ilmu………..hlm. 123.

peserta didik harus mempertimbangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Zakiah Daradjat59membedakan isi kurikulum dari suatu sekolah dalam dua hal, yaitu:

1) Jenis-jenis bidang studi yang diajarkan.

Jenis-jenis tersebut dapat digolongkan ke dalam isi kurikulum dan ditetapkan atas dasar tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah yang bersangkutan, yaitu tujuan institusional.

Jenis-jenis bidang studi yang akan diajarkan pada peserta didik menurut Ahmad Dahlan sebagaimana dikutip Abdul Mu’ti, hendaknya meliputi:

a) Pendidikan moral, akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b) Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran serta antara dunia dengan akhirat.

c) Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.60 2) Isi program setiap bidang studi.

Bahan pengajaran di setiap bidang studi termasuk ke dalam pengertian isi kurikulum, yang biasanya diuraikan dalam bentuk pokok bahasan (topik) yang dilengkapi dengan sub pokok bahasan.

Melihat isi atau materi kurikulum dalam pendidikan di atas diperlukan pakar yang benar-benar ahli dalam merencanakannya. Dengan demikian akan ada keterkaitan terus-menerus antara

59 Zakiah Daradjat., Ilmu………..op. cit. hlm. 124.

60 Abdul Mu’ti, “Konsep Pendidikan Kiai Haji Ahmad Dahlan”, dalam Ruswan Thayib dan Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian tokoh Klasik dan Kontemporer,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), Cet. 1. hlm. 204.

komponen yang satu dengan yang lain dalam proses pendidikan. Materi yang diberikan pada peserta didik harus tidak melampaui batas-batasnya, agar tidak mengganggu harmonisasi (keserasian) dan merusak proporsinya.

Materi menurut Munir Mursyi dalam kitabnya mengatakan:

مﻼ ﺳﻻا ﻰ ﻓ ﻢﻠﻌﺘ ﻤﻠﻟ مﺪ ﻘﺗ ﻰ ﺘﻟا مﻮ ﻠﻌﻟاو ﺔﻴ ﺳارﺪﻟا داﻮ ﻤﻟا رﺎﻴ ﺘﺧا ﻰ ﻓ

تارﺎﺒ ﺘﻋﻻا ﻩﺬ ه ﺔ ﻡﺪﻘﻡ ﻰ ﻓ ﻰ ﺗﺄﻳو

أ

ﺔﺟرﺪﻟا ﻰﻓ ﺎ ﻬﺗوﺎﻘﻧو مﻮ ﻠﻌﻟا ﺔﻴ ﻤه

فﺮﺸﻟاو

.

61

“Bahwa materi yang diberikan pada peserta didik harus bertujuan untuk meninggikan derajat dan kemuliaan”.

Adapun materi-materi yang diberikan pada peserta didik menurut Ibn Khaldun sebagaimana dikutip Arifin dibagi menjadi tiga macam:

1) ilmu lisan (bahasa) yang terdiri dari ilmu lughah, nahwu, saraf,

balaghah, ma’ani, bayan, adab (sastra) atau syair-syair.

2) ilmu naqly, yaitu ilmu-ilmu yang dinukil dari kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Ilmu ini terdiri daripada ilmu membaca (qiraah) Al-Qur’an dan ilmu tafsir, sanad-sanad hadist dan pentashehannya, serta istimbat tentang qanun-qanun fiqhiyahnya. 3) ilmu ‘aqly, adalah ilmu yang dapat menunjukkan manusia melalui

daya kemampuan berpikirnya kepada filsafat dan semua jenis ilmu pengetahuan. Termasuk kelompok ilmu-ilmu ini adalah logika (ilmu mantiq), ilmu alam, ilmu ketuhanan (theologi), ilmu teknik, ilmu hitung, ilmu tentang tingkah laku manusia, ilmu sihir dan nujum (kedua ilmu ini adalah fasid yang batil, yang terlarang untuk dijadikan mata pelajaran, ia berlawanan dengan ilmu Tauhid).62

61 M. Munir Mursyi, tarbiyah Islamiyyah Ususiha wa Tathowuriha fil Bilad

Al-‘Arabiyah,(Al-Qahiro: ‘Alimul Kitab, 1977), hlm. 51.

Dari isi atau materi kurikulum dalam pendidikan yang diuraikan diatas menunjukkan bahwa banyaknya macam materi yang akan diberikan pada peserta didik. Dalam hal ini peran seorang pendidik sangat\lah diperlukan, karena pendidik harus bisa memilah-milah materi apa saja yang akan disampaikan pada peserta didik yang disesuaikan dengan tingkatan dan perkembangannya.

Melihat peran tersebut, sebenarnya tidak semua orang dapat menjadi guru yang baik. Setiap pekerjaan profesional mempunyai kualifikasi personil yang berbeda dengan pekerjaan profesional lainnya. Kualifikasi ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya dalam bentuk kompetensi dan kemampuan yang didukung oleh pemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan kesenangan kepada pekerjaannya dalam profesi itu.63

Dengan demikian profesionalisme guru dalam pemilihan materi yang diberikan pada peserta didik, yang nantinya bisa mensukseskan tujuan pendidikan sangat dituntut, agar materi dalam proses belajar mengajar bisa saling berkaitan satu dengan yang lainnya atau saling menyambung pada jenjang-jenjang berikutnya.

d. Metode atau Proses Belajar Mengajar dalam Kurikulum

Sebuah proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut, maka proses pendidikan akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, karena segala sesuatunya telah direncanakan secara matang.

Dalam pencapaian tujuan proses belajar mengajar harus berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Seorang guru dalam hal ini sebaiknya tidak membiarkan seorang siswa belajar sendirian. Dibiarkan memang mungkin, tetapi hasil dari belajar siswa yang sendirian biasanya kurang maksimal.

Dengan demikian, banyak para ahli menyebut proses belajar mengajar, karena proses ini merupakan gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengajar yang tidak terpisah. Proses belajar mengajar adalah kegiatan dalam mencapai tujuan.64

Seorang guru dalam belajar mengajar, berperan sebagai pengajar, hendaknya mempunyai cara atau metode-metode tertentu dalam menyampaikan sebuah materi. Metode mengajar menurut Zakiah Daradjat65adalah sistem penggunaan teknik-teknik di dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid dalam program belajar mengajar sebagai proses pendidikan.

Masih menurutnya metode mengajar mempunyai dua aspek, yakni aspek ideal dan aspek teknis.

1) Aspek ideal; secara ideal harus diingat bahwa program belajar mengajar adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang menjadi pedoman utama adalah: bagaimana mengusahakan agar tercapai perkembangan peserta didik secara optimal. Dan ini harus tertanam dalam sikap dasar guru agama, yang diwujudkan dalam pendekatan guru terhadap peserta didik sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

2) Aspek teknis; terdapat bermacam-macam teknik yang dapat digunakan dalam interaksi dan komunikasi itu, antara lain; bermain, tanya jawab, ceramah, diskusi, peragaan, eksperimen, kerja kelompok, sosio drama, karya wisata dan modul.66

Selain guru harus dapat mengenal berbagai macam teknik atau metode pembelajaran agar menerapkannya bisa tepat sesuai dengan keadaan, guru juga harus memahami perkembangan psikologi anak didik, agar anak didik tersebut bisa menerima apa yang diberikan oleh guru.

64 Khoiron Rosyadi. op.cit. hlm. 283.

65 Zakiah Daradjat., pendidikan…………..,op.cit

Berdasarkan pada psikologi anak, dimana metode diterapkan, Ibn Sina berpendapat sebagaimana dikutip Abuddin Nata, bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat jelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.67

Metode dalam proses belajar mengajar mempunyai banyak jenis, diantara jenis itu, tidak ada satupun metode yang paling baik, yang dapat dipergunakan untuk semua materi dan dalam semua situasi. Setiap metode mengajar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Zakiah Daradjat menjeniskan metode pengajaran menjadi 10 jenis, yakni;

1. metode ceramah 2. metode diskusi 3. metode eksperimen 4. metode demonstrasi 5. metode pemberian tugas 6. metode sosio drama 7. metode drill

8. metode kerja kelompok 9. metode tanya jawab 10. metode proyek.68

Selain metode yang menjadi teknik dalam penyampaian materi pelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru disaat proses belajar mengajar tersebut berlangsung, diantaranya:

1) kegairahan dan kesediaan belajar. 2) Membangkitkan minat peserta didik. 3) Menumbuhkan bakat dan sikap yang baik. 4) Mengatur proses belajar mengajar.

67 Abuddin Nata., op.cit. hlm. 74.

68 Zakiah Daradjat., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hlm. 289-310.

5) Mentransfer pengaruh belajar di dalam sekolah kepada penerapannya dalam kehidupan di luar sekolah.

6) Hubungan dalam situasi belajar mengajar manusiawi; kegiatan dan semangat belajar peserta didik sering kali dipengaruhi oleh macam hubungan yang terjadi diantara dia dan gurunya.69

e. Evaluasi atau Penilaian dalam Kurikulum

Pendidikan merupakan usaha dalam mendidik orang lain, pastilah pendidikan telah pula melakukan usaha menilai hasil-hasil mereka dalam mendidik orang lain itu, sekalipun dalam bentuk dan cara yang sangat sederhana. Tindakan tersebut dibilang, karena sebenarnya penilaian atau evaluasi hasil-hasil pendidikan itu tidak dapat dipisah-pisahkan dari usaha pendidikan itu sendiri.

Secara umum, evaluasi selama ini berjalan satu arah, yakni yang dievaluasi hanyalah elemen siswa dengan memberi nilai semesteran. Karena masalah kultural, siswa tidak memperoleh kesempatan untuk memberi input balik pada sekolah mengenai gurunya, apalagi mengevaluasi gurunya.70Sebenarnya kalau kita melihat dari pengertian evaluasi sendiri adalah suatu penilaian yang menitik beratkan pada perubahan kepribadian secara luas dan terhadap sasaran umum dari program kependidikan.71

Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa penilaian atau evaluasi tidak hanya berlaku pada peserta didik saja, melainkan semua faktor dalam kependidikan. Dalam pelaksanaan evaluasi sendiri ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebelum dilaksanakan evaluasi

69 Zakiah Daradjat, Pendidikan…………op.cit, hlm. 98-99.

70 Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme

Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 212.

tersebut. Tabrani mengemukakan tiga prinsip dalam evaluasi sebagaimana dikutip Abdul Mujib.

1) Prinsip kesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali atau persemester, tetapi dilakukan secara terus menerus, mulai dari proses belajar mengajar simbol memperhatikan keadaan anak didiknya, hingga anak didik tersebut tamat dari lembaga sekolah.

2) Prinsip menyeluruh (komprehensip)

Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab dan sebagainya.

3) Prinsip obyektivitas

Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat operasional dan irasional.72

Sejalan dengan tiga prinsip di atas, Zakiah Daradjat73 mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian atau evaluasi. Hal-hal tersebut adalah:

1) Perumusan tujuan

Merumuskan tujuan dengan baik dan sekhusus mungkin, merupakan langkah pertama dan utama untuk menilai hasil belajar, karena sasaran evaluasi secara eksplisit dinyatakan dalam perumusan tujuan.

2) Pencatatan tingkah laku

Sasaran utama dan justru merupakan hal yang sering diabaikan adalah penilaian hasil belajar aspek afektif. Aspek ini berkenaan dengan pembentukan sikap dan pembinaan jiwa keagamaan yang tidak sedang dinilai, karena menyangkut sekaligus pembinaan pribadi dan pembinaan ulang. Pembinaan ulang ialah pembinaan

72 Muhaimin dan Abdul Mujib, op.cit, hlm. 279.

kembali karena akibat salah bina, baik sebagai akibat kesalahan pembinaan di rumah, maupun karena pengaruh lingkungan ketiga. 3) Kesinambungan penilaian

Penilaian harus dilakukan secara kontinyu dan berencana. Pelaksanaan penilaian dan pencatatan harus berjalan sepanjang kegiatan program. Hasil belajar harus senantiasa dikaji dan diperiksa setelah sesuatu kegiatan program selesai dilaksanakan. 4) Mutu alat penilaian

Kesesuaian, keberhasilan dan kemantapan suatu alat penilaian bergantung dari mutu kualitas alat penilaian itu sendiri. Suatu alat penilaian dikatakan bermutu atau baik, jika memenuhi beberapa persyaratan diantaranya;

a) Validitas

validitas adalah mutu atau harkat hubungan antara suatu pengukuran dengan hasil belajar.

b) Reliabilitas

reliabilitas adalah mutu yang menunjukkan ketelitian, kemantapan, kesetarapan atau ketetapan dari suatu pengukuran atau penilaian yang dilakukan.

c) Obyektivitas

obyektivitas adalah mutu yang menunjukkan identitas atau kesamaan dari hasil-hasil penilaian (skor) atau diagnosis-diagnosis yang diperoleh dari soal atau data yang sama, oleh para penilai yang mempunyai kompetensi yang sama.

5) Kesesuaian antara aspek hasil belajar alat evaluasi

Alat evaluasi itu banyak jenisnya dan dipakai dengan tujuan yang berbeda-beda. Guru harus mengembangkan alat evaluasi yang tepat untuk menilai setiap aspek hasil belajar. Secara umum tampak seolah-olah bentuk tes tulisan sudah dianggap memadai untuk menilai hasil belajar siswa dalam pengajaran agama. Kenyataan ini ditunjukkan oleh kebiasaan guru-guru yang jarang sekali atau hampir dapat dikatakan tidak pernah mempergunakan bentuk-bentuk lain.

Dari uraian evaluasi di atas, menggunakan sistem evaluasi yang tepat sasaran, maka guru akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan, kelemahan, hambatan-hambatan unsur-unsur pendidikan di dalam menjalankan tugasnya. Yang pada gilirannya akan dijadikan bahan perbaikan program atau secara langsung bisa dilakukan perbaikan melalui kursus tambahan dan lain-lain.

Dokumen terkait