• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Menggunakan benih unggul yang bersertifikat

b. Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan

c. Penyemaian 20-21 hari d. Penanaman bibit 25kg/Ha

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran 3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) (Lanjutan).

Indikator Parameter Pengukuran Skor

3. Pengolahan Tanah

e. Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam

f. Dengan menggunakan traktor tangan g. Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk

struktur lumpur

h. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran 3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1 4. Pemilihan Benih

e. Menggunakan benih unggul yang bersertifikat

f. Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan

g. Penyemaian 20-21 hari h. Penanaman bibit 25kg/Ha

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran 3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1

pola tanam yaitu palawija-padi-padi

b. Bibit padi ditanam pada kedalaman 3-5 cm c. Penanaman bibit 3-4 batang/lubang

d. Sistem tanam legowo 4 : 1

Sesuai dengan 4 poin anjuran Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) (Lanjutan).

Indikator Parameter Pengukuran Skor

6. Panen a. Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk b. Menggunakan sabit pemotong

c. Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk

meminimalisasi gabah banyak terbuang

Pengaplikasian Sesuai dengan 3 poin anjuran 3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1

7. Pasca Panen a. Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.

b. Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling

c. Penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam karung plastik.

Pengaplikasian Sesuai dengan 3 poin anjuran 3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran 1

Sumber : Unit Pelaksana Teknis Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UPT-BP3K) Serdang Bedagai.

Range Range =

= 4

Tingkat Ketercapain P2T3 Rendah : 7-11 Tingkat Ketercapain P2T3 Sedang : 12-16 Tingkat Ketercapain P2T3 Tinggi : 17-21

Untuk identifikasi masalah kedua, apa saja masalah yang dihadapi petani dalam pengambilan keputusan pada programP2T3 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriktif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani.

Untuk identifikasi masalah ketiga, apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan petani dalam pengambilan keputusan pada program P2T3. Dianalisis dengan menggunakan analisis dekskriktif dengan mengamati masalah yang dihadapi petani serta upaya untuk mengatasinya.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani adalah orang yang mengusahakan dan mengelola usahatani di daerah penelitian.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani terdiri sifat inovasi, jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial, kegiatan promosi, urgensi masalah.

3. Sifat inovasi : merupakan jenis inovasi mana yang ingin diterapkan olehpetani.

4. Jenis keputusan : berbagai keputusan dalam menentukan adopsi program. 5. Saluran komunikasi : jalur komunikasi petani.

6. Sistem sosial : tatacara atau kebudayaan yang mempengaruhi keptusan petani.

7. Kegiatan promosi : suatu kegiatan yang bertujuan mempublikasikan suatu program tertentu, yang pada giliranya akan mempengaruhi keputusan petani.

8. Urgensi masalah : kepentingan masalah yang mempengaruhi keputusan petani

9. Pengambilan Keputusan adalah keputusan yang diambil dalam penerapan program Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3).

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian tahun 2011.

3. Petani sampel adalah petani di daerah penelitian dilakukan di Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Jambur Pulau berada di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 4 Dusun. Topografi daerah umumnya datar, ketinggian tempat berkisar 6 meter diatas permukaan laut dan Desa Jambur Pulau mempunyai luas wilayah 263 ha. Secara geografis Desa Jambur Pulau berada pada wilayah dataran rendah dengan suhu 30-32 °C, curah hujan tinggi pada bulan Oktober sampai Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Januari sampai September. Desa Jambur Pulau sebagai daerah pertanian tanaman pangan yang cukup subur ditanami sepanjang tahun, serta potensi peternakan yang cukup baik. Desa Jambur Pulau berjarak 2km dari ibukota Kecamatan Perbaungan, 15km dari ibukota Kabupaten Sei Rampah, dan 40km dari ibukota Provinsi Medan

Secara administratif, batas-batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sukajadi

Sebelah Selatan : Desa Simpang Tiga Pekan

Sebelah Barat : Desa Batang Terap dan Perkebunan PTPN IV Adolina

Sebelah Timur : Sungai Baungan dan Desa Kota Galuh

Tata Guna Tanah

Desa Jambur Pulau yang memiliki luas wiayah 263 ha dimana penggunaan lahan terluas adalah persawahan yaitu 197 ha, ladang dan perkebunan seluas 5 Ha dan selebihnya yaitu 66 ha adalah untuk pemukiman dan prasarana lainnya. Secara rinci peruntukan lahan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Sawah 199 75,66% 2 Tegalan/Ladang 5 1,9% 3 Perkebunan - - 4 Kolam/Tambak 1 0,38% 5 Permukiman 50 19,01% 6 Perkantoran 0,02 0,02% 7 Sekolahan 0,23 0,08% 8 Pertokoan - - 9 Tempat ibadah 0,2 0,07% 10 Makam 5,45 2,07% 11 Jalan 2,1 0,79% Jumlah 263 100,00% Kondisi Demografis

1. Kondisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Jambur Pulau memilki penduduk sebanyak 3387 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 963 kk , pada tabel dibawah ini dapat dilihat bagaimana jumlah penduduk di daerah penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki laki 1929 49,69

2 Perempuan 1953 50,31

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 7 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki sebanyak 1929 jiwa (49,69%) dan perempuan sebanyak 1953 jiwa (50,31%). Dapat dilhat bahwa jumlah populasi antara perempuan dan laki-laki tidak terlalu jauh berbeda.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan umur

Secara terperinci distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur dijelaskan pada Tabel 8 dibawah ini :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 No Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan L+P 1 0-1 38 44 82 2,03 2 2-4 96 103 199 3,11 3 5-6 123 126 249 3,74 4 7-12 126 139 265 7,30 5 13-15 261 262 523 6,54 6 16-18 288 295 583 10,66 7 19-24 283 280 563 10,09 8 25-44 337 325 756 23,79 9 45 ke atas 377 379 662 32,74 Jumlah 1929 1953 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Pada Tabel 8 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut umur yang terbesar adalah 25-44 tahun keatas yaitu sebanyak 756 jiwa (32,74%) dan yang terkecil adalah kelompok umur 0-1 tahun yaitu 82 jiwa (2,03%), dan usia produktif antara 16-45 tahun sebanyak 1981 jiwa. Berdasarkan data komposisi penduduk menurut umur, ternyata penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk. Keadaan ini merupakan akibat dari penduduk pria usia muda (usia produktif) yang merantau atau bermigrasi ke daerah lain. Para migrant yang bersal dai Desa Jambur Pulau ini pada umumnya memilih ke kota-kota besar, seperti : Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mulai tahun 2000 semakin banyak pula penduduk desa ini yang merantau ke luar negeri sebagai TKI.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kemajuan suatu masyarakat. Penduduk yang memiliki pendidikan yang tinggi umumnya memiliki wawasan yang lebih luas, pola pikir yang lebih rasional serta terbuka terhadap suatu perubahan. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikanya dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jambur Pulau Tahun 2011.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Belum/Tidak Sekolah 738 19,01 2 TK/PAUD 45 1,16 3 SD 1176 30,29 4 SLTP 550 14,17 5 SMA 1103 28,41 6 Perguruan Tinggi 270 6,95 Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Jambur Pulau bervariasi, dan tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu SLTP sebanyak 1176 jiwa (30,29%), dan tingkat pendidikan terkecil yaitu TK/PAUD dengan 45 jiwa (1,16%).

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Kegiatan perekonomian masyarakat setempat dapat dilihat dari mata pencahariannya, di Desa Jambur Pulau masyarakatnya memiliki jenis mata pencaharian yang bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan/Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 Buruh tani 104 7,07 2 Petani 317 21,57 3 Peternak 58 3,95 4 Nelayan 91 2,34 5 Buruh bangunan 86 5,85 6 Pedagang 191 13,00 7 Karyawan swasta 385 26,21 8 Karyawan pemerintah 73 4,96

9 Pegawai Negri Sipil (PNS) 110 7,48

10 Pensiunan 17 1,15

11 TNI/POLRI 32 2,38

12 Perangkat desa 5 0,34

Jumlah 1469 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2010

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbanyak penduduk di daerah penelitian yaitu karyawan swasta yaitu sebanyak 385 jiwa (26,21%), dan yang terendah yaitu perangkat desa yaitu 5 jiwa (0,34%).

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Islam 3569 91,93 2 Kristen Protestan 139 3,58 3 Kristen Katolik - - 4 Budha 174 4,82 5 Hindu - - Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 11 diatas, diketahui bahwa penduduk Desa Jambur Pulau mayoritas menganut agama Islam yaitu sebanyak 3569 jiwa (91,93%), Kristen Protestan 139 jiwa (13,25%), dan Budha 174 jiwa (1,56%).

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Adat istiadat di Desa Jambur pulau masih terjaga dengan baik, hal itu dapat dilhat dari rasa kekeluargaan yang masih terasa erat di desa ini. Begitu juga dengan rasa saling menghormati diantara ras dan suku. Pada Tabel 12 berikut ini dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan suku di daerah penelitian :

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Suku Bangsa Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 2879 74,16

2 Banjar 686 17,67

3 Batak 105 2,70

4 Cina 73 1,88

6 Minang 42 1,08

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Jambur Pulau Tahun 2011

Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Desa Jambur Pulau yaitu bersuku Jawa yaitu sebanyak 2879 jiwa (74,16%) dan yang terkecil yaitu suku Minang yaitu hanya 42 jiwa (1,08%).

7. Potensi Desa

Di desa jambur pualu terdapat irigasi yang mendukung pengairan di lahan persawahan milik petani, selain itu jalan yang sudah beraspal menuju ibu kota Kecamatan yang tidak jauh juga merupakan potensi letak desa, sehingga petani dapat dengan mudah memasarkan hasil pertanianya.

8. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam kemajuan suatu wilayah, di Desa Jambur sarana dan prasarana cukup menunjang kegiatan ekonomi dan sosial di daerah tersebut. Berikut sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14 dibawah ini

Tabel 13. Sarana di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Sarana desa Jumlah

1 Jalan desa 3000m 2 Irigasi 2000m 3 Terminal 1 4 Pasar 1 5 Gedung sekolah 3 6 Rumah ibadah 2

7 PAM Tidak ada

8 PLN Ada

Tabel 14. Prasarana di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Prasana desa Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Perkantoran 1

3 Poskamling 3

4 Posyandu 1

5 Kilang padi 2

6 Kios/usaha toko Ada

7 Toko pupuk Ada

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau 2011

Dari Tabel dapat diketahui keadaan sarana dan prasarana di Desa Jambur Pulau sudah cukup terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat setempat.

Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud yaitu petani yang mengusahakan padi sawahnya di Desa Jambur Pulau.Dalam penelitian ini didapat data berupa karakteristik sosial ekonomi petani sampel, yaitu tercantum pada Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Satuan Range Rerata

1 Umur Tahun 27-71 51,1

2 Tingkat pendidikan Tahun 6-12 8 3 Lamanya berusaha tani Tahun 12-50 29,73 4 Frekuensi mengikuti penyuluhan kali/tahun 0-2 0,96

5 Luas lahan Ha 0,2-5 1,17

6 Produksi Ton 1,4-37,5 8,12

7 Produktivitas ton/ha 6,5-7,5 7,02 8 Jumlah tangggungan keluarga Jiwa 1-6 2,81 9 Modal Rupiah 889340-22233500 5054415

Pada Tabel 15 diatas diketahui bahwa umur petani sampel di Desa Jambur Pulau berkisar antara 27-71 tahun dengan rata rata 50,76 tahun, tingkat pendidikan petani sampel berkisar antara 6-12 tahun dengan rata rata 8 tahun, lamanya berusaha tani petani sampel berkisar antara 12-50 tahun dengan rata rata 29,73 tahun, frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel berkisar antara 0-2 kali/tahun dengan rata rata 0,96 kali/tahun, jumlah tanggungan keluarga petani sampel berkisar antara 1-6 orang dengan rata rata 3 orang, luas lahan petani sampel berkisar antara 0,2-5 ha dengan rata rata 1,17 ha, produksi petani sampel berkisar antara 1,4-37,5 ton dengan rata rata 7,26 ton, produktivitas petani sampel berkisar antara 6,5-7,5 ton/ha dengan rata rata 7,02 ton/ha, dan modal yang dikeluarka petani dalam satu musim tanam berkisar antara Rp.889.340-22.233.500.

Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) sangat berpotensi untuk berswasembada pangan. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan pertanian di daerah ini cukup memadai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal pertanian seluas 41.981 hektar (sawah beririgasi 35.546 hektar dan tidak beririgasi 6.453 hektar), merupakan daerah penghasil beras terbesar keempat di Provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun, Langkat dan Deli Serdang.

Potensi Sergai untuk pengembangan sektor pertanian cukup besar yang didukung agroklimat, topografi dan jumlah penduduk yang bermata pencahariannya kurang lebih 60 persen berusaha di bidang pertanian.

Guna meningkatkan dan mempertahankan swasembada beras dan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan pembinaan kepada para petani melalui kelompok tani harus secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk itu perlu sumberdaya manusia penyuluh yang berkualitas agar dapat merubah dan meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap petani sehingga tahu, mau dan mampu menggali potensi pertanian yang ada.

Pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan pendekatan pembangunan pertanian yaitu agribisnis yang berorientasi pada ketahanan pangan yang terpadu dan berkelanjutan serta pendekatan berbasis sumberdaya pertanian yang diselaraskan dengan aspirasi dan dukungan kegiatan petani dan kontak tani serta memperhatikan sumberdaya daerah, sumberdaya manusia dan agroekosistem.

Pemberlakuan pola dan tertib tanam serentak sangat menguntungkan kalangan petani karena tanaman jauh dari serangan berbagai hama dan kalaupun ada hama yang menyerang tanaman padi penduduk akan berbagi karena umur padi yang ditanam di areal persawahan seragam. Pola tertib tanam di kalangan petani diperlukan dalam meningkatkan produksi. Pola ini, lanjutnya berperan dalam menurunkan hama dan penyakit tanaman.

Kerja sama antara penyuluh, pemerintah, aparat desa, kelompok tani serta masyarakat tani diperlukan dalam membina petani, sehingga wawasan petani dalam mengelola lahan pertaniannya, semakin peka terhadap inovasi inovasi terbaru teknologi pertanian. Desa Jambur Pulau yang memiliki area fungsional dengan 197 Ha, memiliki potensi air yang cukup dan petani yang memiliki pola tanam palawija-padi-padi pola : IP3 (indeks pertanaman 3 kali setahun), dan dalam pelaksanaanya diselaraskan dengan 7 komponen budidaya yaitu :

1. Pengolahan tanah 2. Pemilihan benih 3. Penanaman 4. Pemupukan

5. Pengendalian hama dan penyakit 6. Panen, dan

7. Pasca panen

Dimana dari keseluruhan komponen inovasi petani diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut. Setelah inovasi P2T3 yang dianjurkan PPL diterapkan petani maka diharapkan tujuan program penyuluhan (target) dapat tercapai yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.

Analisis Faktor Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan faktor penting dalam menjalankan usatanani, dikarenakan hal itulah yang menentukan keberhasilan atau tidaknya suatu usatani yang akan dijalankan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis enam variabel faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani yaitu : sifat inovasi, jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial, kegiatan promosi, dan urgensitas masalah. Dan berikut ini uraianya :

1. Sifat Inovasi

Sifat inovasi dalam suatu usahatani sangat perlu dipertimbangkan pelaksanaanya, dan faktor dalam pengambilan keputusannya dibagi atas lima bagian yaitu :

1a. Keuntungan relatif

Petani selalu mempertimbangkan sutau inovasi dalam usatanainya apakah akan memberikan keuntungan atau tidak. Dalam hasil penelitian di Desa jambur Pulau di dapat bahwa sebahagian besar petani menganggap bahwa pelaksanaan P2T3 memiliki pengaruh baik dalam usahatani mereka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini :

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Keuntungan Relatif P2T3 Uraian Penerapan P2T3 Keutungan Lebih Tinggi Penerapan P2T3 Keutungan sama Penerapan P2T3 Keutungan Lebih Rendah Total Jumlah (sampel) 28 2 0 30 Persentase (%) 93,33 6,67 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa 28 petani sampel menganggap program P2T3 memberikan keuntungan yang lebih tinggi dan hanya 2 petani sampel yang menganggap pelaksanaan program P2T3 memberikan keuntungan yang sama dalam usahaaninya. Petani di daerah penelitian menganggap program P2T3 lebih menguntungkan karena umumnya petani dapat menghasilkan produksi yang lebih jika dibandingkan dengan tidak melaksanakan program P2T3.

1b. Keserasian

Keserasian program P2T3 sudah dirasakan sesuai dalam usahatani petani di daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini :

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Keserasian P2T3 Uraian Penerapan P2T3 Sangat serasi Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Serasi Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Tidak Serasi Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel) 24 6 0 30 Persentase (%) 80 20 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa 24 petani menganggap program P2T3 sangat serasi dalam usahatani mereka dan 6 petani menganggap serasi dalam usahataninya., hal ini menunjukkan bahwa memang program P2T3 serasi dengan usaahatani petani setempat.

1c. Dapat Dicoba

Program P2T3 sebenarnya sudah dilaksanakan oleh semua petani didaerah penelitian namun penerapanya belumlah sempurna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18 dibawah ini :

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Apakah P2T3 Dapat Dicoba Uraian Penerapan P2T3 Cepat Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Cukup Cepat Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Lambat Diterapkan Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel) 14 16 0 30 Persentase (%) 46,67 54,33 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 4

Dari Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa 16 petani cukup cepat menerapkan program P2T3 dalam usahatani mereka dan 14 petani cepat menerapkan program P2T3 dalam usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa program P2T3 diadopsi cukup baik di daerah penelitian.

1d. Dapat Dilihat

Pelaksanaan program P2T3 memang dapat dilihat dengan baik oleh petani di daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 dibawah ini :

Tabel 19. Jumlah dan Persentase P2T3 Dapat Disaksikan Uraian Penerapan P2T3 Mudah Dilihat Penerapan P2T3 Tidak Terlalu Mudah Dilihat Penerapan P2T3 Sulit Dilihat Total Jumlah (sampel) 30 0 0 30 Persentase (%) 100 0 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 5

Dari Tabel 19 diatas menunjukkan bahwa seluruh petani dapat melihat dengan baik program P2T3 yang diterapkan.

1e. Kerumitan

Dalam pelaksanaan program P2T3 dianggap petani didaerah penelitian tidaklah terlalu sulit untuk dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 dibawah ini :

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Kerumitan P2T3 Uraian Penerapan P2T3 Mudah Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Tidak Terlalu Mudah Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Sulit Diterapkan Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel) 8 22 0 30 Persentase (%) 26,67 73,33 0 100

Dari Tabel 20 diatas menunjukkan bahwa 22 petani menganggap pelaksanaan program P2T3 tidak terlalu mudah untuk diterapkan dalam usahatani mereka. dan 8 petani menganggap pelaksanaan program P2T3 mudah diterapkan dalam usahataninya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaanya program P2T3 belum dapat diterapkan oleh semua petani, namun bukanlah merupakan sesuatu hal yang sulit untuk dilaksanakan. Kemampuan modal petani serta kurangnya pelatihan dan pendidikan yang menjadi faktor mengapa tidak semua petani menganggap program P2T3 tersebut mudah untuk dilaksanakan.

2. Jenis Keputusan

Pada umumnya petani didaerah penelitian mengambil keputusan dalam pelaksanaan P2T3 bersama-sama dengan kelompok tani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini :

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Jenis Keputusan Dalam Pelaksanaan P2T3 Uraian Bersama Dengan

Kelompok Tani Individual Dipengaruhi Orang Lain Total Jumlah (sampel) 24 6 0 30 Persentase (%) 80 20 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 7

Dari Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa 24 petani dalam mengambil keputusan P2T3 mereka melakukanya bersama-sama kelompok tani dan 6 petani melakukanya secara individual. Pada umunya petani yang mengambil keputusan bersama kelompok tani namun sebahagian kecil mengambil keputusan sendiri karena merasa mereka memiliki pengalaman yang lebih baik dan tidak jarang juga karena kebiasaan dan modal juga mempengaruhi dalam hal ini.

3. Saluran Komunikasi

Program P2T3 diberikan oleh penyuluh bermula dari kontak tani setempat dan kemudian petani lain melihat percontohan dari kontak tani. Namun PPL didaerah penelitian biasanya selama hari kerja selalu ada dilapangan untuk memberikan pengarahan kepada petani. Untuk lebih jelasnya bagaimana saluran komunikasi dalam pelaksanaan program P2T3 di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 22 dibawah ini :

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Saluran Komunikasi P2T3

Uraian Media Massa PPL Petani Lain Total

Jumlah (sampel)

0 20 10 30

Persentase (%) 0 66,67 33,33 100

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Dari Tabel 22 diatas menunjukkan bahwa 20 petani menriman program P2T3 dari PPL dan 10 mendapatkan informasinya dari petani lai. Hal ini menunjukkan bahwa informasi program P2T3 hanya terbatas dari PPL dan sesama petani saja namun tidak ada informasi dari media massa.

4. Sistem sosial

Pada daerah penelitian sistem sosial usatani setempat sudahlah modern itu dicerminkan dari pada umumnya petani sudah menggunakan alat atau mesin pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah ini :

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Sistem Sosial

Uraian Modern Tradisional Total

Jumlah (sampel) 30 0 30

Sumber : Diolah dari lampiran 9

Dari Tabel 23 diatas menunjukkan bahwa keseluruahn sistem sosial usaha tani pada umunya sudah modern itu terlihat dari pembajakan yang tidak lagi dengan cara manual menggunakan cangkul ataupun sapi atau kerbau tetapi sudah menggunakan hand traktor, dan untuk pemannenanya sudah menggunakan mesin power thresser untuk perontokan biji padi.

5. Kegiatan Promosi

Promosi program P2T3 dilakukan oleh PPL, kemudian kepada kontak tani dan selebihnya petani mengetahuinya dari mulut-kemulut atau melihat dari petani lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini :

Dokumen terkait