• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 BAB III PEMILIHAN STRATEGI

B. Pertumbuhan Ekonomi

3.2 Pemilihan Strategi

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citarum yang telah ditetapkan pada tahun 2014 terdapat skenario kondisi wilayah sungai yang diasumsikan berdasarkan kondisi perekonomian pada masa yang akan datang (20 tahun) dengan melakukan tinjauan terhadap kondisi perkonomian sangat optimis melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Maka dipilihlah Alternatif Strategi D : Maximum Management yang dipilih oleh TKPSDA Wilayah Sungai Citarum di Bandung pada Januari 2014.

Dengan demikian target/sasaran dari strategi (rangkaian upaya dan kegiatan) pengelolaan sumber daya air pada masa 20 tahun akan tercapai dengan upaya pada kondisi perekonomian sangat optimis sebagai berikut:

A. Aspek Konservasi Sumber Daya Air

1. Terlaksananya konservasi lahan sangat Kritis dan kritis pada DAS di wilayah Citarum;

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tanpa Migas Nasional

2. Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum;

3. Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum;

4. Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum;

5. Terwujudnya perlindungan yang optimal pada alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum;

6. Terlaksananya PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian pada lahan Pegunungan;

7. Terlaksananaya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi (contoh tanaman kopi);

8. Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan;

9. Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang memenuhi daya dukung lingkungan;

10. Terlindunginya situ secara berkelanjutan;

11. Terlindunginya kawasan muara dan pantai;

12. Terlindungnya kawasan pantai secara alami dengan hutan bakau;

13. Terlindungnya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan krikil;

14. Terciptanya batas pemilikan lahan yang jelas di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat;

15. Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya;

16. Terlindunginya keanekaragaman hayati;

17. Terwujudnya sempadan sungai;

18. Tertatanya lingkungan bersih dan sehat disekitar sungai,

19. Bertambahnya waduk, situ dan kolam retensi;

20. Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah;

21. Tercapainya efisiensi pemakaian air irigasi;

22. Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri;

23. Berkurangnya kebocoran distribusi air minum;

24. Terlindunginya dan meningkatnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum;

25. Terlindunginya daerah retensi dan bantaran sungai terhadap perambahan oleh masyarakat;

26. Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Citarum;

27. Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat; dan

28. Terlindunginya mata air di wilayah Citarum secara berkelanjutan

B. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air

1. Terbitnya pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/lokasi tertentu, termasuk penetapan kelas air sungai;

2. Terbitnya penetapan zona pemanfaatan sumber air dan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. Jawa Barat;

3. Meningkatnya efisiensi penggunaan air;

4. Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi;

5. Tersusunnya rencana penyediaan air terpadu;

6. Terbangunnya waduk dan tampungan air untuk penyediaan air irigasi dan air baku RKI;

7. Bertambahnya debit sungai Cisangkuy 0,7 m3/detik dari Waduk Harian Cikalong dan 1,5 m3/detik dari Waduk Santosa yang merupakan kaskada waduk ;

8. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum kota Bandung dari Waduk Saguling sekitar 4 m3/detik;

9. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Bandung (dan juga mengairi lahan irigasi di bagian hilir waduk) sebesar 2,05

10. Tersedianya air bersih/minum utk Jatinangor 3,02 m3/detik dari Waduk Rancaekek/Tegaluar;

11. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Cimahi 0,43 m3/detik (dan juga mengairi lahan irigasi seluas 1.717 ha di sekitar lokasi) serta produksi listrik 1.630 MWh dari waduk Sukawana;

12. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Padalarang 0,59 m3/detik (dan mengairi lahan irigasi seluas 825 ha di sekitar lokasi) dari waduk Cimeta;

13. Tersedianya air bersih/minum (Kab.Bandung, Kota Bandung dan Cimahi) 1,04 m3/detik dari waduk Cisondari 1, 2, 3,Ciwidey;

14. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,4 m3/detik dari mata air Gambung, sebesar 0,5 m3/detik dari mata air Kertasari dan sebesar 0,4 m3/detik dari mata air Ganjarsari;

15. Tersedianya air bersih/minum Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kec. Surian Kab. Purwakarta sebesar 1,1 m3/detik dari waduk Sadawarna

16. Tersedianya air bersih/minum Kab. Subang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cilame Cs

17. Tersedianya air bersih/minum Kab. Purwakarta sebesar 0,2 m3/detik dari Intake SPAM Purwakarta dari waduk Jatiluhur 18. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bekasi, Kab. Karawang

sebesar 12,74 m3/detik dari Rehabilitasi Saluran Tarum Barat (Curug-Siphon Bekasi)

19. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cibeet

20. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cipamingkis

21. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Pasirranji Cs

22. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 5 m3/detik dari peningkatan kapasitas Saluran Tarum Barat (Siphon Bekasi-Cawang)

23. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 10 m3/detik dari WTP Siphon Bekasi

24. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 5 m3/detik dari Pipa dari waduk Jatiluhur tahap I

25. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 4 m3/detik dari Pipa dari waduk jatiluhur tahap II

26. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 1,5 m3/detik dari waduk Santosa

27. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 2,05 m3/detik dari waduk Cikapundung

28. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 1,55 m3/detik dari waduk Cipanengah

29. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,38 m3/detik dari waduk Cigondok

30. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,24 m3/detik dari waduk Citarik

31. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,33 m3/detik dari waduk Cimahi

32. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,59 m3/detik dari waduk Cimeta

33. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,59 m3/detik dari

34. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hulu waduk Cikitu, Wakap, Cibintinu, Cikuda, Sekerende, Tugu, Cikalimiring, Cikawari, Tereptep, Leuwiliang, Cigumentong, Cimulu dan waduk Cibodas);

35. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hilir waduk Cibeber, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung);

36. Tersedianya air tanah khususnya untuk air bersih rumah tangga dengan memperhatikan keseimbangan antara potensi dan kebutuhan;

37. Meningkatnya cakupan layanan PAM Cekungan Bandung dan Kab./Kota lainnya sesuai target MDG's;

38. Harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum;

39. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat;

40. Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar;

41. Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan;

42. Meningkatnya efisiensi air irigasi;

43. Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum;

44. Peningkatan irigasi dalam rangka ketahanan pangan;

45. Optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur);

46. Operasi dan pemeliharaan waduk maksimal terpadu;

47. Pengamanan bendungan terjamin;

48. Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan;

49. Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat;

50. Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat;

51. Operasi dan pemeliharaan bangunan irigasi dan jaringan irigasi secara maksimal dan terpadu;

52. Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi;

54. Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi;

55. Terlaksananya pengembangan potensi tenaga air;

56. Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, khususnya untuk air industri di kawasan pantai utara dan Bandung; dan

57. Terlaksananya pengusahaan air minum oleh PJT 2 secara optimal.

C. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air

1. Tersusunnya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum;

2. Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir pada sungai Citarum;

3. Tercapainya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase mampu menyalurkan banjir dengan debit tertentu;

4. Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi (Cieunteng dan Cikapundung);

5. Terlaksananya ketetapan kawasan retensi yang telah terbangun termasuk upaya dan solusinya;

6. Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan, timbunan material galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir;

7. Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah;

8. Terbitnya Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan;

9. Tersedianya jalur evakuasi dan tempat pengungsian;

10. Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai utama;

11. Terwujudnya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di perkotaan;

12. Teratasinya ancaman luapan air pasang laut;

14. Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana;

15. Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan;

16. Terlaksananya pelaksanaan PERDA tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk;

17. Berkurangnya genangan banjir di hulu, bagian tengah dan hilir Citarum;

18. Kerugian akibat banjir dapat diminimalisasikan;

19. Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir;

20. Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat;

21. Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya; dan

22. Tersedianya dana yang memadai untuk pemulihan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana umum.

Dokumen terkait