• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMILIHAN UMUM

B. Pemilukada

Perihal mengenai pemilu diatur secara tersendiri dalam Bab VIIB UUD 1945tentang Pemilihan Umum. Dalam bab tersebut dinyatakan bahwa pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.55

1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang pesertanya adalah partai politik;

Pada pasal 22E ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 23E ayat (2) UUD 1945, pemilu yang dimaksudkan oleh konstitusi adalah pemilu untuk memilih:

56

2. Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang pesertanya adalah perseorangan;57

3. Presiden dan Wakil Presiden yang pesertanya adalah partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum;58

55

Pasal 22E ayat (1) UUD NRI 1945.

56

Pasal 22E ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI 1945.

57

Ibid.

58

4. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang pesertanya adalah partai politik.

Selain ketentuan diatas pada pasal 18 ayat (4) UUD 1945 disebutkan adanya ketentuan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang dipilih secara demokratis.59

Pemahaman demokratis tersebut menimbulkan multitafsir, harus dikaji secara mendalam dan komprehensif tentang pengaturan pemilukada sehingga penerapannya dapat memberikan manfaatbagi demokratisasi daerah dan kesejahteraan masyarakat daerah. Menurut Ibnu Tricahyo berdasarkan tafsir sistematis dan historis maka demokratis adalah pemilihan langsung.

Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini oleh UUD 1945 diamanatkan dalam undang-undang. Makna perkataan demokratis sesuai dengan ketentuan konstitusi tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mekanisme yang ditempuh untuk melaksanakan pemilihan tersebut.

60

59

Pasal 18 UUD NRI 1945

60

Ibnu Tricahyo,”Menata Managemen Pemilihan Kepala Daerah”, Makalah, Pada lokakarya MPR.

Selain itu dapat dilihat dari tafsirsosiologis bagaimana kemauan dan fakta di masyarakat terhadap hal tersebut, sehingga ini dapat dijadikan sebagai sumber hukum dalam

membentuk peraturan perundang-undangan khususnya terkait dengan masalah pemilukada.61

Pengaturan pemerintahan daerah sebagai penjabaran pasal 18 ayat (4) UUD1945, dituangkan dalam UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerahyang telah mengalami revisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan pelaksananya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 dan juga telah mengalami beberapa kali perubahan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Peraturan

Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dengan demikian terjadi perubahan paradigma dari demokrasi representatif bergeser ke demokrasi partisivatif. Demokrasi secara umum dimaknai “dari, oleh, danuntuk rakyat”, dengan demikian dalam pengambilan keputusan seharusnya ditentukan oleh rakyat baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Maka kemudian oleh pembentuk undang- undang makna demokratis itu ditafsirkan sebagai pemilihan secara langsung yang diimplementasikan dalam UU 32/2004 sebagai pengganti UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.

61

Amancik, Model Pemilihan Kepala Daerah Berdasarkan UUD 1945 Dalam Rangka Otonomi Daerah, Jurnal pada Program Studi Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2013.

PemerintahNomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Ketentuan ini mengatur bahwa kepala daerah dan wakil Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Penafsiran “kepala daerah dipilih secara demokratis” adalah “dipilih secaralangsung oleh rakyat”, sehingga pemilukada kemudiandikategorikan juga masuk rezim hukum pemilu, terlebih lagi setelahterbitnya UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.62 Akhirnya sejak Juni 2005, pemilukada, baik gubernur, bupati dan walikotadilakukan secara langsung.Pemilukada sendiri diartikan sebagai pemilu untuk memilih kepala daerah danwakil kepala daerah secara langsung dalam NegaraKesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasiladan UUD 1945.63

Kacung Marijan mengatakan pemilukada langsung padadasarnya adalah untuk memperbaiki kualitas demokrasi lokal denganberbagai kemajuan, tetapi juga memunculkan fenomena ”ekonomipolitik bayang-bayang” dengan calon hanya bermodalkan politikdan modal ekonomi. Calon tersebut kemudiantidak otonom dengan kekuatan ekonomi dan politik yangmendukungnya. Ia mengutip Peter Evan (1995), yang mengatakanpemerintah daerah memiliki jaringan

(embeddedness) dengankekuatan-kekuatan ekonomi dan politik yang

62

A. Mukhtie Fadjar, Pemilu yang Demokratis..., op.cit, hlm.6.

63

Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721)

mendukungnya.64

Dengan pemilihan langsung,rakyat merupakan pelaku utama dan penentu kekuasaan di daerah.Rakyat semula hanya sebagai penonton proses demokrasi lokalyang didominasi para elit (DPRD dan partai politik). Denganpemilukada langsung, rakyat yang memilih siapa yang memimpindan mewakilinya di daerah. Pembajakan otoritas rakyat oleh parapemimpin atau wakilnya diharapkan tidak terjadi denganpemilukada langsung. Lewat pemilihan secara luber dan jurdil pemilihjuga akan bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan. Diharapkan program-programdari calon akan lebih baik dan akan mengimplementasikannya secara nyataketika dipilih rakyat secara langsung. Selain itu para pemimpin hasilpemilihan langsung akan lebih mendengar suara pemilih sehinggapraktik money politic serta reduksi oleh elit-elit politik akanmenghilang dengan dikembalikannya kedaulatan kepada rakyat.

Mahalnya biaya politik saat ini yang dikeluhkan dalam pemilukadalangsung terkait erat dengan praktik kecurangan ini dan faktorkedekatan dengan masyarakat sebagai modal pencalonan belumsebagai hal utama yang diusung oleh para calon.

65

64

Kacung Marijan, Demokratisasi di Daerah (Pelajaran dari Pilkada Secara Langsung), (Surabaya: Eureka-Pusdeham, 2006), hlm. 83-118

65

Bintan R. Saragih, Sistem Pemerintahan dan Lembaga Perwakilan di Indonesia, (Jakarta: Perintis Press, 1985), 98-107.

Secara teori, kepala daerah yang dipilih langsung cenderung akan menggunakan keterwakilannyasecara “delegate”, yaitu berusaha merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakanyang menjadi pilihan dan keinginan pemilih. Sedangkan jika tidak langsung,akan cenderung mengarah pada fungsi keterwakilan “trustee”, yaitu menjalankan kewenangan sesuai apayang diyakini,

terlepas dari pemilih atau mengarah pada fungsi “politico”, membuat keputusan politikberdasarkan situasi yang berkembang.66

Dokumen terkait