• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Pemodelan Sistem

Implementasi kebijakan penggunaan pestisida merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur yang dimaksud memiliki peranan yang berbeda-beda, baik berperan langsung maupun tidak langsung dalam mekanisme interaksinya. Implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur melibatkan banyak unsur atau komponen yang

terkait maka implementasi ini bersifat komplek. Serangkaian kegiatan implementasi kebijakan penggunaan pestisida yang menggambarkan interaksi beberapa komponen maka proses ini adalah bagian dari sistem yang bersifat dinamis. Maka dari itu pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sistem dan pemodelan.

Pemodelan diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model yang akan menggambarkan sistem yang dikaji (Eriyatno 1999). Tujuan utama dari penelitian ini adalah membangun model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida. Pemodelan sistem pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida digunakan untuk menemukan dan menempatkan peubah-peubah penting serta hubungan antar peubah dalam sistem tersebut yang bersandarkan pada hasil pendekatan kotak gelap (black box). Dalam penelitian ini untuk mengukur besaran implementasi kebijakan penggunaan pestisida dilakukan dengan pendekatan volume penggunaan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran disusun berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan penggunaan pestisida oleh petani tanaman sayuran yaitu faktor dalam diri petani dan faktor luar. Model tersusun oleh beberapa sub-sub model variabel, yaitu: sub-model SDM Petani, sub-model SDM petugas lapangan, sub-model lingkungan (yang diukur dengan pendekatan serangan OPT), tekanan formulator dan sub model ketersediaan pestisida. Kelima sub-sub model tersebut dibuat secara parsial berdasarkan persamaan yang sesuai dengan masing-masing sub-model, kemudian diintegrasikan menjadi satu model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada budidaya tanaman sayuran di Jawa Timur. Model yang dibangun untuk kajian sistem adalah model simbolik (model matematika). Pemodelan sistem dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) program Powersim versi 2.5 c.

Model umum (global) faktor dibedakan menjadi dua jenis yakni dari dalam diri petani dan dari luar diri petani. Faktor dari dalam diri petani adalah kemampuan petani memahami tentang substansi pestisida, aturan penggunaan pestisida, efek samping negatif pestisida, pemahaman tentang OPT dan pemahaman ekosistem. Sedangkan faktor dari luar diri petani meliputi luas tanam

tanaman sayuran, serangan OPT, tekanan formulator dan kumudahan atau ketersediaan pestisida. Model penggunaan pestisida berhasil dibangun menjadi sebuah persamaan. Persamaan inilah yang dijadikan indikator faktor yang mepengaruhi implementasi kebijakan penggunaan pestisida yaitu luas tanam, luas serangan OPT (tekanan lingkungan), SDM petani, tekanan promosi (formulator = petani menyebut), dan kemudahan akses mendapatkan pestisida di lapangan.

Data penggunaan pestisida per hektar per musim tanam pada empat tanaman sayuran utama sebagai berkut : kentang 160,62 kg, cabai 137,872 kg, kubis 78,03 kg dan bawang merah 31,89 kg. Volume penggunaan pestisida oleh petani tanaman sayuran ini dapat didistribusikan berdasarkan faktor-faktor pendorong. Sebagaimana diketahui bahwa hasil inventarisasi data distribusi volume penggunaan pestisida yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang telah disebutkan diatas. Secara matematik peningkatan penggunaan pestisida yang dipengaruhi faktor sebagai berikut serangan OPT mencapai 21 %, promosi oleh sales pestisida 10,5 %, luas tanam 44,9 %, SDM petani 19,5 % dan kemudahan akses memperoleh pestisida di lapangan 4,1 %.

Penggunaan pestisida di lapangan akan terkendalikan oleh faktor SDM petugas`lapangan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dan SDM petani yang memiliki kemampuan lebih dibidang pengelolaan ekosistem, pemahaman substansi pestisida, aturan penggunaan pestisida dan efek samping yang ditimbulkan. Faktor pengendali yang kedua lebih terkenal dengan pemahaman konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Beberapa tahun terakhir konsep dimaksud telah terakomodir dalam program baru yang termuat dalam program atau konsep good agriculture practice (GAP). Berdasarkan hasil identifikasi faktor dimaksud maka dapat disusun menjadi persamaan matematis sebagai berikut:

JPP = ((LSO*fk1) + (LLhn*fk2) + (TProm*fk3) + (SdiaPest*fk4) + (SDMPetn1*fk5)) – ((SDMPetn2*fk5) + (SDMPetgs*fk6) --- (3)

Keterangan :

JPP : jumlah/volume penggunaan pestisida

LSO : luas serangan OPT

LLhn : luas lahan tanaman sayuran TProm : tekanan promosi/formulator SdiaPest : ketersediaan pestisida

SDMPetn1 : SDM petani berkemampuan rendah

SDMPetn2 : SDM petani berkemampuan tinggi

SDM Petgs : SDM petugas lapangan

Menurut data BPS Jawa Timur tahun 2009 diketahui bahwa jumlah petani di Jatim sebanyak 3.743.861 jiwa dan luas lahan tanaman sayuran 11,55 % dari seluruh luas lahan sawah. Berarti petani sayuran di Jawa Timur lebih kurang 432.306 petani. Jumlah penyuluh pertanian 5.520 orang (2645 Penyuluh/PNS dan 2.875 orang THL-TB dan propinsi 41 orang (BPTPH Jawa Timur 2011). Dengan demikian dapat diprediksi bahwa jumlah penyuluh yang bertugas di area tanaman sayuran lebih kurang 11,55 % dari total penyuluh atau sebanyak 638 orang.

Berdasarkan data sebagaimana disebutkan sebelumnya maka dapat dibuat model diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Adapun gambar diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada budidaya tanaman sayuran di Jawa Timur beserta keterangannya, dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Diagram alir komponen yang mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur

Keterangan :

VPest = volume pestisida

Lj_KurPest = laju pengurangan penggunaan pestisida Lj_PPest = laju penggunaan pestisida

L_Tanam = luas tanaman sayuran

SalesPest = jumlah sales/formulator pestisida SDAPest = ketersediaan pestisida

SDM_Ptn1 = jumlah petani yang bekeampuan kurang

SDMPetgs Lj_KurPest fk_SDMPetgs VPest fk_tekOPT SDAPest fk_SDAPest TekOPT SalesPest fk_SalesPest fk_LLahan Lj_PPest fk_Ptn1 SDMPtn2 fk_SDMPtn2 SDM_Ptn1 L_Tanam

SDMPetgs = peran petugas lapangan

SDMPtn2 = jumlah petani berkemampuan lebih TekOPT = tekanan serangan OPT tanaman sayuran fk_LLahan = fraksi luas lahan

fk_Ptn1 = fraksi petani yang berkemampuan kurang fk_SalesPest = fraksi formulator

fk_SDAPest = fraksi ketersediaan pestisida fk_SDMPetgs = fraksi SDM petugas lapangan fk_SDMPtn2 = fraksi petani bekemampuan lebih fk_tekOPT = fraksi serangan OPT

Gambar 21 menjelaskan bahwa penggunaan pestisida pada tanaman sayuran ditentukan oleh faktor pendorong dan faktor pengendali. Besaran komponen pendorong penggunaan pestsida selanjutnya disebut dengan laju penggunaan pestsida (Lj_PPest), adapun besarannya tergantung sub komponen yang mempengaruhi meliputi luas tanam tanaman sayuran (L_Tanam), SDM petani yang berkemampuan kurang (SDMpetn1), tekanan sales/formulator (SalesPest), tekanan

serangan OPT (TekOPT) dan ketersediaan pestisida termasuk kemudahan mendapatkan pestisida (SDA Pest). Adapun sumberdaya petani (SDMPetn2) dan

SDM petugas lapangan (SDMPetgs) berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida (KurPest).

SDM petani berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida jika kemampuan mereka dalam penggunaan pestisida mendekati atau dengan benar. Petani yang dimaksud adalah petani yang pada umumnya telah mengikuti pelatihan sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT). SDM petugas lapangan berperan sebagai pengendali penggunaan pestisida karena mereka memiliki kewajiban melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani sayuran dalam penggunaan pestisida selama budidaya tanaman. Petugas lapangan yang secara aktif melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani, maka petani merasa percaya diri dalam mengatasi permasalahan budidaya tanaman sayuran dan pengendalian OPT yang memanfaatkan pestisida sebagai sarananya. Penggunaan pestisida akan cenderung sesuai dengan aturan atau rekomendasi dalam label, mempertimbangkan waktu penggunaan, cara penggunaan yang tepat dan lain-lain. Sehingga dengan kedua faktor pengendali dimaksud maka penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman sayuran dapat dikurangi.

5.5.1. Sub Model Luas Tanam

Penggunaan pestisida di lapangan oleh petani tanaman sayuran telah menjadi budaya, hal ini dibuktikan dengan selalu memanfaatkan pestisida selama proses budidayanya. Mayoritas petani sayuran memanfaatkan pestisida pada saat dimulai penanaman. Mereka memanfaatkan pestisida sejak awal proses budidaya dipergunakan untuk memberantas gulma, memberantas organisme yang dianggap OPT seperti pemberantasan kepiting. Petani menganggap bahwa penggunaan pestisida untuk memberantas gulma jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan memberantas gulma dengan cara mekanis tenaga kerja. Demikian juga selama proses budidaya, petani pada umumnya cenderung melakukan penyemprotan secara terjadwal. Mereka melakukan penyemprotan secara terjadwal dilakukan sebagai upaya preventif. Petani melakukan upaya preventif mempunyai alasan yang bervariatif (1) dengan penyemrotan terjadwal dapat mengurangi resiko kegagalan panen akibat serangan OPT mengingat nilai investasi yang tinggi pada tanaman sayuran, (2) tidak ada lembaga manapun yang memberikan perlindungan (asuransi) terhadap investasi yang ditanamkan, (3) petani beranggapan bahwa serangan OPT dapat datang setiap saat dan bersifat sporadis, (4) jenis hama yang beragam berakibat pada perkembangan hama menurut instarnya berbeda-beda sehingga fase kritis berbeda pula, (5) petani pada umumnya memiliki kemampuan kurang untuk memahami siklus hidup dan konsep ekosistem, (6) dengan preventif dapat menjaga penampilan produk tetap menarik dan (7) petani berpendapat bahwa upaya preventif lebih baik dari pada kuratif. Kondisi ini mencerminkan bahwa petani sayuran tetap akan menggunakan pestisida walapun tidak ada serangan OPT. Dengan demikian volume penggunaan pestisida oleh petani tergantung oleh luas tanam tanaman sayuran.

Sub model luas tanam menggambarkan dinamika luas tanam tanaman sayuran per musim yang mempengaruhi volume penggunaan pestisida. Berikut peubah yang menentukan dan ditentukan. Peubah yang terlibat dalam sub model ini adalah pertambahan kebutuhan sayuran (Keb_Sayur), pembukaan lahan baru (Lhn_Baru), laju pengurangan lahan (Lj_Per_Lhn), fraksi penanaman tanaman lain (Fr_TanLain), fraksi kebutuhan sayuran (Fr_Keb_Sayur), fraksi lahan baru (Fr_Lhn_Baru), dan fraksi pengurangan lahan (Fr_Per_Lhn). Pembangunan model

ini dengan beberapa asumsi (1) laju permintaan sayuran naik 3,5 % per tahun, (2) pembukaan lahan baru untuk tanaman sayuran 0,1 %, dan (3) laju pengurangan lahan tanaman sayuran karena diperuntukkan tanaman lain 0,1 % dan pemukiman, kolam dan lain-lain 0,1 %. Semua variabel berhubungan langsung maupun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk dagram sub-model luas lahan dengan menggunakan powersim 2.5c dan hasilnya diperlihatkan pada Gambar 22.

Gambar 22 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model luas tanam

Keterangan :

L_Tanam = luas tanaman tanaman sayuran Lj_LTanam = laju luas tanam tanaman sayuran

Lj_Per_Lhn = laju pengurangan luas lahan tanaman sayuran Keb_Sayur = kenaikan kebutuhan sayuran

Lhn_Baru = pembukaan lahan baru tanaman sayuran P_VolPest = volume penggunaan pestisida

Fr_Keb_Sayur = fraksi kebutuhan sayuran Fr_Lhn_Baru = fraksi pembukaan lahan baru Fr_P_VolPest = fraksi volume penggunaan pestisida Fr_Per_Lhn = fraksi pengurangan lahan

Fr_TanLain = fraksi tanaman lain

5.5.2. Sub Model Serangan OPT

Sub model tekanan serangan OPT menggambarkan dinamika tekanan serangan OPT yang mampu mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi kondisi luas serangan OPT (LSerOPT), Frekwensi penyemprotan pestisida (IntSemprot),

Fr_Lhn_Baru Lhn_Baru Keb_Sayur Fr_Keb_Sayur P_VolPest Fr_P_VolPest Lj_Per_Lhn Fr_TanLain L_Tanam Fr_Per_Lhn Lj_LTanam

dosis yang digunakan (Dosis), volume penggunaan pestisida (Vpest), fraksi laju serangan OPT (Fr_SerOPT), fraksi dosis penggunaan pestisida (Fr_Dosis) dan fraksi frekwensi penyemprotan pestisida (Fr_Semprot). Luas serangan OPT pada empat tanaman sayuran pada tahun 2009 sebesar 3.668 ha. Luas serangan OPT tahun 2009 ini dipergunakan sebagai data dasar untuk membangun sub model penggunaan pestisida faktor serangan OPT. Membangun sub model luas tanam ini didukung oleh beberapa asumsi : (1) Laju serangan OPT yang dipengaruhi oleh fraksi iklim (0,03) dan nilai serangan OPT 0,1 % per bulan, (2) dosis yang digunakan 14 gr/ltr (0,0014) dan (3) dengan intensitas penyemprotan pestisida 20 % dari masa hidup tanaman sayuran. Berdasarkan peubah-peubah yang berhubungan baik secara langsung mapun tidak, dan sertai asumsi-asumsi yang diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model serangan OPT dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 23.

Gambar 23 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model serangan OPT

Keterangan :

LSerOPT = luas serangan OPT tanaman sayuran Lj_SerOPT = laju serangan OPT tanaman sauran

Dosis = konsentarsi penggunaan pestisida per satuan tertentu IntSemprot = frekwensi penyemprotan per satuan waktu

VPest = volume penggunaan pestisida Fr_Crhjn = fraksi curah hujan

Fr_Dosis = fraksi dosis penggunaan pestisida Fr_Semprot = fraksi penyemprotan pestisida Fr_SerOPT = fraksi serangan OPT

Fr_Crhjn Lj_SerOPT LSerOPT IntSemprot Fr_Semprot VPest Dosis Fr_Dosis Fr_SerOPT

Berdasarkan Gambar 23 memperlihatkan bahwa penggunaan pestisida berfungsi sebagai auxiliary yang merupakan hasil perkalian antara frekwensi penyemprotan dengan dosis yang digunakan. Volume pestisida yang digunakan oleh petani dipengaruhi oleh luas serangan OPT

Berdasarkan hasil perhitungan data hasil survey petani bahwa penggunaan pestisida akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,44 % apabila terjadi serangan hama maupun penyakit tanaman sayuran. Peningkatan ini disebabkan oleh faktor iklim. Faktor iklim yang dimaksudkan adalah saat musim kemarau serangan meningkat oleh golongan insektisida dan musim penghujan oleh penyakit (fungi dan bakteri). Besaran nilai 21,44% dimaksudkan adalah sumbangan peningkatan penggunaan pestisida oleh petani dikarenakan tingkat serangan hama maupun penyakit tanaman.

5.5.3. Sub Model SDM Petani

Sub model SDM petani menggambarkan dinamika kemampuan petani dalam pemanfaatan pestisida dalam pengendalian OPT tanaman sayuran. Kriteria SDM petani diukur dengan menggunakan pendekatan pengetahuan dan perilaku dalam penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. Hasil inventarisasi data dengan kuesioner didapatkan dari 112 responden petani SLPHT yang berpengetahuan baik tentang pestisida dan penggunaannya sebanyak 71 orang (63,3%) dan perilaku tepat dalam penggunaan pestisida sebanyak 6 orang (5,4 %) dan tidak tepat 106 orang (94,6 %). Sedangkan pada petani non SLPHT tepat dalam penggunaan pestisida diperoleh persentase lebih rendah yakni 1 orang (0,9 %).

SDM petani yang masih memiliki pengetahuan rendah dalam penggunnaan pestisda ada kecenderungan menggunakan secara berlebihan untuk mengendalikan OPT. Hasil survei diperoleh data bahwa sumbangan volume penggunaan pestisida yang disebabkan oleh rendahnya SDM mencapai 19,5 % dari total volume yang digunakan. Berangkat dari data tersebut dapat dirancang model dinamik tekanan SDM yang dapat mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi jumlah SDM yang berkemampuan kurang (Jl_Ptn1), laju SDM berkemampuan kurang (Lj_Ptn1),

(Frek_Seprot), volume penggunaan pestisida (Vpest), fraksi pendidikan (Fr_Pendidikan), fraksi pelatihan (Fr_Pelatihan), fraksi lama bertani (L-Brtn).

Membangun sub model SDM petani didukung oleh beberapa asumsi (1) petani yang menerima pendidikan dan pelatihan (SLPHT) sebanyak 19.038 petani dengan tingkat keberhasilan program 80%, (2) laju peningkatan pendidikan karena regenerasi sebesar 1,95 %, (3) laju peningkatan pelatihan lapang baik dari pemerintah maupun perusahaan sebesar 2,5%, (4) dosis pengunaan pestisida meningkat mejadi 2,1 gr/ltr dan (5) peningkatan frekwensi penyemprotan 2,9%. Didukung oleh data dasar dan asumsi-asumsi maka semua peubah berhubungan baik secara langsung mapun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model SDM petani dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 24.

Gambar 24 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model SDM petani

Keterangan :

Jl_Ptn1 = jumlah petani19038*Fr_Ptn_Kwlts

Lj_Ptn1 = laju jumlah petani

Dosis = konsentrasi penggunaan pestisida per satuan tertentu Frek_Semprot = frekwensi penyemprotan per satuan waktu

VPest = volume penggunaan pestisida

Fr_Dosis = fraksi konsentrasi penggunaan pestisida Fr_Pelatihan = fraksi pelatihan

Fr_Pendidikan = fraksi pendidikan Fr_Ptn1 = fraksi petani

Fr_Semprot = fraksi intensitas penyemprotan pestisida

L_Brtn = lama bertani Fr_Pelatihan L_Brtn Frek_Semprot VPest Dosis Fr_Dosis Fr_Semprot Fr_Pendidikan Jl_Ptn1 Fr_Ptn1 Lj_Ptn1

5.5.4. Sub Model Peran Formulator (Promosi)

Industri pestisida sejak tahun 1990-an terus mengalami pertumbuhan yang meningkat hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun mengalami pertambahan formulasi antara 2 % sampai 6 %, sehingga diketahui pada ahun 2005 diketahui formulasi yang terdaftar sebanyak 1572 jenis dan pada tahun 2010 diketahui sebanyak 2149 formulasi, sehingga dapat diprediksi bahwa pertumbuhan 7,3% per tahunnya. Hal ini didukung oleh pertumbuhan perusahaan industri pestisida yang mencapai 2 % sampai 4 % pertahunnya. Pertumbuhan industri pestisida ini berpengaruh langsung terhadap laju penambahan tenaga marketing yang di tingkat petani disebut dengan formulator (Sales). Paranan sales sudah jelas adalah mempomosikan formulasi pestisida yang diproduksi oleh perusahaan agar petani mau menggunakan produk pestisida secara kontinu. Kondisi inilah, menjadikan salah satu faktor pendorong penggunaan pestisida oleh petani.

Berangkat dari data tersebut dapat dirancang model dinamik peran formulator yang mampu mempengaruhi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran, berikut adalah peubah yang yang terlibat di sub model ini meliputi jumlah formulator (JmlhSales), laju formulator (Lj_JmlSales), intensitas kunjungan formulator (Jml_Kunj), peran media (PromoMedia), volume penggunaan pestisida (Vpest), fraksi laju pertambahan formulator (Fr_Jl_Sales), fraksi peran media (Fr_Media), fraksi intensitas kunjungan (Fr_Kunj). Untuk mendukung penyusunan sub model tekanan formulator maka dibangun asumsi-asumsi sebagai berikut : (1) jumlah sales (formulator) tahun 2009 sebanyak 495 orang dengan tingkat keaktifan 96%, (2) pertumbuhan jumlah formulator dipengaruhi oleh pertumbuhan produsen yang diasumsikan sebesar 3,8 % per tahun, (3) intensitas kunjungan ke petani sebesar 1,1 %, (4) peran media promosi di asumsikan berperan sebesar 0,36% dan (5) tingkat keenaran volume pestisida sebesar 90%.

Berdasarkan data dasar dan asumsi-asumsi maka semua peubah berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung, diformulasikan secara numerik dan selanjutnya disusun ke dalam bentuk diagram alir sub-model peran formulator dengan menggunakan powersim version 2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 25.

Gambar 25 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model tekanan formulator

Keterangan :

JmlhSales = jumlah sales atau formulator Lj_JmlSales = laju jumlah sales atau formulator Jml_Kunj = jumlah kunjungan sales atau formulator PromoMedia = tekanan promosi melalui media VPest_4 = volume penggunaan pestisida fk_Produsen = fraksi produsen pestisida Fr_Jl_Sales = fraksi jumlah sales Fr_Kunj = fraksi kunjungan sales Fr_Media = fraksi promosi

Fr_VPest = fraksi volume penggunaan pestisida

5.5.5. Sub Model Ketersediaan Pestisida

Salah satu faktor yang mementukan jumlah penggunaan pestisida oleh petani sayuran adalah ketersediaan pestisida dan mudah didapat oleh petani sayuran. Kemudahan akses untuk mendapatkan pestisida mendorong alternatif lain dalam pengendalian OPT. Kemudahan akses mendapatkan pestisida ini semata-mata dikarenakan hukum ekonomi berjalan secara alamiah, yakni pertumbuhan produsen pestisida yang terus bertambah dan program penambahan luas tanam tanaman sayuran. Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan produsen pestisida sejak tahun 2005 mencapai 2,1 persen dan luas tanam per tahun di Jawa Timur mencapai 1,8 persen. Kondisi ini dapat dihitung melalui pendekatan diskriptif sumbangan peran ketersediaan pestisida dalam penggunaan pestisida oleh petani sayuran lebih kurang 7 persen dari total penggunaan. Berdasarkan uraian tersebut

fk_Produsen Lj_JmlSales Fr_Jl_Sales Fr_Kunj Jml_Kunj VPest_4 JmlhSales PromoMedia Fr_Media Fr_VPest

dapatlah ditarik model dinamik ketersediaan pestisida di sekitar petani dengan peubah, sebagai berikut ketersediaan pestisida, laju ketersediaan pestisida, jumlah penggunaan pestisida, fraksi luas tanam (Fr_L_Tanam), fraksi produsen (Fr_Produsen) dan fraksi penggunaan pestisida (Fr_PenggPest). Membangun sub model kemudahan akses memperoleh pestisida dengan asumsi : (1) ketersediaan kios pestisida di awal di empat sentra tanaman sayuran sebanyak 120 unit, (2) pertumbuhan produsen per tahunnya 3,8% dan (3) pertumbuhan luas tanam tanaman sayuran di sekitar lokasi sebesar 1,6%. Dengan menggunakan pendekatan data dasar dan asumsi yang dibangun maka semua peubah berhubungan baik secara langsung mapun tidak, diformulasikan secara numerik dan disusun dalam bentuk diagram alir sub-model peran formulator dengan menggunakan powersim version

2.5c dan hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar 26.

Gambar 26 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur sub model ketersediaan pestisida

Keterangan :

SdaPest = ketersediaan pestisida

Lj_SdaPest = laju ketersediaan pestisida VPest = volume penggunaan pestisida Fr_PenggPest = fraksi penggunaan pestisida Fr_Produsen = fraksi produsen

Fr_L_Tanam = fraksi luas tanam

Berdasarkan Gambar 26 mempresentasikan bahwa volume penggunaan pestisida berfungsi sebagai auxilary yang merupakan hasil perkalian antara daya beli penggunaan pestisida dengan ketersediaan pestisida di kios. Perhitungannya didasarkan pada vulume yang tersedia di kios per musim tanam dengan kebutuhan petani per musim tanam.

Penggabungan kelima sub-model (sub-Serangan OPT, sub-model kuas tanam, sub-model kualitas petani, sub-model luas tanam, sub-model peran sales/formulator

Lj_SdaPest VPest Fr_L_Tanam Fr_PenggPest Fr_Produsen SdaPest

dan sub-model ketersediaan pestisida) merupakan gambaran total faktor yang mempengaruhi penggunaan pestsida pada petani sayuran utama di Jawa Timur. Penyusunan diagram alir sebab akibat dalam model ini didasarkan pada keterkaitan antara variabel-variabel dalam struktur sistem yang mempengaruhi implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada pertanian sayuran, seperti pertumbuhan luas tanam tanaman sayuran, tekanan serangan OPT, variabel SDM petani, peran sales dan promosi produsen pestisida, dan mudahnya akses mendapatkan pestisida. Diagram tersebut memperlihatkan bahwa inti dari pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran adalah yang berhubungan dengan luas tanam, laju serangan OPT, kualitas SDM petani, tekanan sales/formulator dan mudahnya akses mendapatkan pestisida. Jadi semua unsur tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi dalam sistem. Berdasarkan diagram lingkar sebab akibat tersebut, disusun diagram alir model pengembangan implementasi kebijakan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran dengan bentuk struktur modelnya seperti Gambar 27.

Gambar 27 Diagram alir penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di Jawa Timur gabungan beberapa sub model

Lj_PtnKwlts Dosis_2 Lj_Per_Lhn Lj_Jl_Sales Lj_Kios Int_Smprt Promo KunJ_Sales Fr_Produsen_2 Fr_Pngrngn Lj_Pngrn Lj_Pngrngn Int_Seprt Dosis_1 Lj_Ptn Lj_Purna Fr_LTnm_2 Jml_Kios Jl_Sales Jl_Ptn LTnm L_SerOPT Fr_Smprt Fr_Keb_Syr Fr_LhnBr Lj_LTnm Fr_Per_Lhn Jl_PtnKwlts Fr_Purna Fr_Ptn Fr_Dosis_1 Fr_Lj_Ptn Lj_SerOPT Fr_Crhjn Fr_Promo Fr_Produsen Fr_TLain Fr_KunjSales PPest Fr_IntSeprt Fr_LmBtn Fr_SerOPT VPest_SDMPtn VPest_SerOPT VPest_LTanam VPest_Promo VPest_Sedia Fr_LTnm Fr_Dosis_2 Lj_PPest Fr_Jl_Sales Fr_VPest Fr_VPest_2 Fr_VPest_1

Dokumen terkait