• Tidak ada hasil yang ditemukan

LINGKUNGAN ALAM DAN KEPENDUDUKAN DESA MAKARTI JAYA

C. PEMUKIMAN DI MAKARTI JAYA

Pemukiman penduduk Makarti Jaya bentuknya menyebar dan sudah ditata secra teratur oleh pemerintah (dalam hal ini Departemen Transmigrasi). Sejak masih dalam perencanaan, pemerintah sudah menentukan ruang untuk kegiatan ekonorni, tempat pemukiman dan ruang produksi serta penyediaan fasilitas lain yang mendukung suatu pemukiman, seperti sekolahan, tempat ibadah, pasar, dermaga, dan kantor pemerintah.,

Secara garis besar, pola pemukiman di Makarti Jaya dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu wilayah pemukiman, wilayah pertanian dan wilayah untuk kegiatan ekonomi. Jika dilihat dari udara, wilayah ini seolah-olah dibelah menjadi empat bagian oleh dua buah sungai.

Sungai-sungai yang melintasi desa tersebut merupakan saluran air yang sengaja dibuat untuk "mengeringkan" tanah agar dapat ditanami.

Masing-masing saluran itu diberi nama sesuai dengan kapasitasnya.

Saluran primer merupakan jalan satu-satunya untuk masuk ke wilayah Makarti Jaya dan desa-desa lainnya, dari Palembang. Di seluruh kawasan Delta Upang saluran ini ada tiga buah, sedangkan yang melintasi Makarti Jaya dinamakan saluran primer II. Saluran primer I dan III letaknya ada di sebelah utara dan selatan Makarti Jaya. Ketiga saluran primer itu menghubungkan antara Sungai Musi di sebelah barat dan Sungai Upang di sebelah timur.

Saluran Primer II lebamya berkisar 50 meter, letaknya melintang tegak lurus dengan saluran sekunder (arah utara selatan). Saluran sekunder yang lebarnya berkisar 30 meter ini berfungsi sebagai penghubung antara Makarti Jaya dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu antara Makarti Jaya dengan Desa Tirto Mulyo, Desa Tirta Kencana dan Desa Pendowoharjo di· sebelah utara serta Desa Tierta kencana dan Desa Pendowoharjo di sebelah utara serta Desa puwadadi dan Desa Puerwasari di sebelah selatan. Dengan demikian kedua saluran itu (saluran primer dan sekunder) sangat berperan sebaga sarana transportasi air.

Di samping kedua saluran itu, ada pula yang sisebut sebgai saluran tersier. Saluran ini lebamya kurang lebih 20 meter. Akan tetapi, saluran ini hanya dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi pada waktu-watu tertentu saja, yaitu pada saat terjadi air pasang. Pada saat air surut dasar saluran nampak kering, sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi. Dengan adanya saluran-saluran itu, letak Makarti Jaya menjadi sangat strategis, karena berada di titik sentral yang menghubungkan dengan daerah lain.

Pusat kegiatan ekonomi di Makarti Jaya berada di Dusun II yang letaknya di tepi saluran primer, dan sedikit di tepi saluran sekunder.

Di sepanjang kedua saluran itu terdapat pasar yang menjual berbagai keperluan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, pakaian, alat dapur, alat elektronik, minyak tanah, alat pertanian sampai bahan bangunan.

Bangunan tempat perdagangannya pada umurnnya menghadap ke jalan atau jalan gang. Pada bagian belakang bangunan dimanfaatkan untuk

menaikturunkan barang dari perahu. Bangunan yang berbatasan dengan saluran primer/ sekunder bagian belakangnya dimanfaatkan untuk menaikturunkan barang dari perahu. Di samping itu, biasanya juga dimanfaatkan untuk mandi dan menambahkan perahu (gambar I).

Keramaian pasar biasanya terjadi pada pagi hari sampai pukul 11.00 WIB saja. Pada saat itu badan jalan tertutup oleh para pedagang yang menggelar barang-barang dagangannva. Menielang sore hari oara pengunjung semakin berkurang, tetapi pasar tatap bukan sampai pukul 19.00 WIB. Apabila tiba saatnya musim panen para pengunjung bertambah padat, sedangkan pasar dibuka sampai pulul 20.00 WIB (gambar 2).

Semua barang-barang untuk keperluan penduduk pada umumnya didatangkan dari Palembang. Para petani transmigran umumnya juga tidak akan menjual basil buminya dalam jumlah besar di Makarti Jaya, mereka cenderung menjualnya ke Palembang.

Hampir semua bangunan pasar juga dimanfaatkan sebagai rumah tempat tinggal, karena mereka umumnya pendatang, bukan warga transmigran. Sebenarnya bangunan itu tidak layak sebagai tempat tinggal, karena luasnya hanya sekitar 12 meter persegi. Menurut informasi dari para informan yang berhasil diwawancarai, pasar itu mula-mula hanya di sepanjang saluran primer saja. Dalam perkembangannya, pasar itu meluas ke tanah kosong yang ada di hadapannya, bahkan sebagian letaknya ada di tepi saluran sekunder.

Walaupun di tempat yang disebut terakhir itu ada larangan untuk tidak mendirikan bangunan karena akan mengganggu saluran air akan tetapi, bangunan yang ada di sepanjang saluran sekunder itu temyata diperjualbelikan. Harganya dari waktu ke waktu terus meningkat (gambar 3).

Bangunan pasar yang sekarang ini ada sebenarnya merupakan

"pasar darurat" yang dibangun semi permanen dengan dinding kayu.

berlantai semen dan beratap seng. Jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya sangat rapat. Bahkan dinding pembatas dari suatu bangunan juga merupakan dinding pembatas bangunan lainnya. Namun keadaan ini kiranya dapat dimengerti, karena bangunan-bangunan yang berupa kios itu sengaja dibuat untuk mnampung para pedagang yang kiosnya terbakar pada tahun 1984.

Di sebelah selatan pasar terdapat ruang terbuka/lapangan bola, tempat ini biasa digunakan untuk pertandingan olah raga pada saat hari-hari besar nasional. seperti hari kemerdekaan RI. Kantor-kantor pemerintah seperti Koramil, Kantor Pos, Kantor Polisi, Kantor Kepala

Desa, dan Puskesmas semuanya berda di sekitar lapangan itu (gambar 4, 5, dan 6). Sementara itu Kantor Depdikbud letaknya agak terpisah, yaitu di antara rumah-rumah penduduk atau tepatnya di belakang kompleks pusat pemrintahan. Bangunan kantor ini berbentuk panggung, sedangkan bahannya terbuat dari papan beratapkan seng. Di samping itu, bangunan ini nampak kurang terawat karena pegawainya jarang masuk (gambar 7).

Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa Makarti Jaya merupakan pusat kegiatan bagi desa-desa lain yang ada di sekitamya.

Oleh karena itu di Makarti Jaya juga digunakan sebagai lokasi berdirinya kantor kecamatan pembantu. Kantor ini letaknya di Dusun III, yaitu di sebelah timur kantor desa, bangunannya menghadap ke jalan sejajar dengan saluran primer II. Bangunan kantor dibuat permanen dengan halaman yang cukup luas. Semua kantor itu mudah dijangkau oleh masyarakat, karena letaknya relatif dekat untuk ukuran desa (gambar 8).

Adapun kantor pemerintah yang letaknya relatif jauh adalah Kantor Dinas Pertanian. Lokasi kantor ini berada di Desa Tirto Mu Iyo (di sebelah utara Desa Makarti Jaya). Bangunannya berada di tepi jalan dan sejajar dengan saluran sekunder, sedangkan jangkauan pelayanannya meliputi seluruh kawasan Delta Upang. Dengan demikian kantor itu tidak hanya untuk Desa Makarti Jaya saja, melainkan seluruh desa yang ada di wilayah Delta Upang ( gambar 9).

Rumah penduduk di Desa Makarti Jaya menempati lapisan kedua dari pusat kegiatan ekonomi. Menurut data yang tercatat di kantor desa, di Makarti Jaya ada sekitar l .092 rumah tempat tinggal.

Rinciannya adalah sebagai berikut. Di Dusun I ada 212 rumah, Dusun II ada 473 rumah, sedangkan di Dusun III ada 407 rumah panggung dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah, dinding dan lantainya terbuat dari papan dan atapnya dari seng. Menurut penuturan beberapa informan, rumah-rumah yang "asli" masih menggunakan atap dari daun nipah. Rumah seperti ini sekarang sudah tidak ada lagi (gambar

10).

Rumah-rumah penduduk sekarang telah banyak direnovasi, sehingga bentuk aslinya tidak tampak lagi. Ukurannya pun lebih luas, sedangkan dindingnya terbuat dari tembok. Bangunan-bangunan rumah tidak lagi berbentuk rumah panggung melainkan di atas tan ah.

Luas halaman rumah pada umumnya sama, yaitu 0,25 hektar. Jarak antara rumah yang satu dengan lainnya berkisar 50 meter. Halaman yang cukup luas itu ditanami kelapa, pisang dan ubi kayu. Pepohonan

itu kadang-kadang juga dimanfaatkan sebagai batas halaman antara rumah yang satu dengan lainnya (gambar 11 ).

Hampir di setiap halaman dijumpai bekas galian tanah yang digenangi air. Tanahnya digunakan untuk meninggikan bagian tertentu yang ditanami pohon, atau untuk membuatjalan setapak.

Penduduk yang tanah pekarangannya kebetulan berhadap-hadapan dengan saluran tersier, kadang-kadang membuat jamban di atasnya (gambar 12). Tidakjarang tempat itu nantinyajuga dimanfaatkan anak-anak untuk bermain, mereka biasanya mandi (berenang) di kali pada saat terjadi air pasang (gambar 13).

Daerah pertanian yang merupakan ruang produksi penduduk Makarti Jaya berada pada lapisan terakhir. Laban untuk pertanian ini luasnya mencapai 2.000 hektar. Sementara itu jarak antara rumah tempat tinggal dengan lahan persawahan berkisar antara 0,5 -- 3,5 kolometer. Batas kepemilikan sawah ditandai dengan saluran air berupa parit-parit kecil. Sawah selain ditanami padi juga ditanami kelapa.

D. KEPENDUDUKAN

Penduduk Desa Makarti Jaya pada tahun 1993 berjumlah 5205 jiwa, terdiri atas 51,3% perempuan dan 48,7 % laki-laki. Jumlah tersebut terdiri atas 1128 Kepala Keluarga (KK). Andaikan setiap keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan tiga orang anak, maka setiap keluarga beranggotakan 5 orang, termasuk kepala keluarganya.

Apabila dilihat dari banyaknya jiwa dalam setiap keluarga, maka program Keluarga Berencana (KB) cukup berhasil. Menurut data monografi desa jumlah pasangan usia subur ada 75% di antaranya telah tecatat sebagai peserta keluarga berencana. Cara mereka di dalam mengikuti KB ada yang dengan IUD, pit, suntik, dan implant.

Adapun keberhasilan penduduk dalam mengikuti program keluarga berencana ini nampaknya ditunjang oleh fasilitas yang ada di Makarti Jaya, yaitu sebebuah poliklinik dan puskesmas. Kedua fasilitas itu ditangani oleh 12 orang perawat dan seorang dokter.

Pada tahun 1988 penduduk di Desa Makarti Jaya berjumlah 4663 orang. Selama tujuh tahun (1986 - - 1993) belakangan ini pertambahan penduduk hanya 542 orang atau 1,5 % per tahun. Jika dibandingkan dengan pertambahan penduduk secara nasional 92,3 % per tahun), maka pertumbuhan penduduk di desa ini tergolong rendah. Kalau diperhatikan pertumbuhan penduduk selama satu tahun terakhir ini

(1993), pertumbuhan alami mencapai 16 jiwa (kematian 15 orang, kelahiran l orang). Untuk migrasi keluar jumlahnya lebih banyak dari pada pendatang, karena jumlah yang pergi sebesar 33 orang, sedangka.n jumlah yang datang hanya 27 orang. Penduduk yang keluar desa biasanya karena melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mobilitas harian, yaiitu pulang-pergi penduduk ke tempat Iain yang melewati batas jumlahnya cukup tinggi. Mereka ini umumnya para pedagang yang membawa barang-barang dagangannya dengan perahu motor ke desa-desa lain, yang letaknya berdekatan dengan Desa Makarti Jaya, seperti ke Purwodadi, Tirtamulyo, Tirtakencana, dan Pandawaharjo, Sementara itu peduduk dari Makarti Jaya dan desa-desa tersebut, jika ingin pergi ke Air Sugihan, Upang, Telang atau ke Sungsang, mereka harus berangkat dari Makarti Jaya. Dari tempat tinggalnya mereka biasanya naik sepeda, setelah sampai di Makarti Jaya sepeda itu lalu dititipkan di tempat penitipan sepeda yang ada di sana. Selanjutnya, mereka naik speed boat atau perahu ketek ke tempat yang hendak dituju.

Di samping speed boat dan perahu ketek sebenamya IQ.asih ada lagi sarana transportasi air lainnya, yaitu perahu motor besar yang melayani trayek secara nitin ke Palembang dua kali seminggu, yaitu setiap hari Selasa dan Jurnat. Perahu motor besar ini biasanya berangkat pukul 19.00 WIB, sedangkan sampai di Palembang '35 jam ketnudian.

Barang-bamg yang dimuat untuk dijual ke Palembang di antaranya kopra, beras, pisang, ayam, kelapa. Sekembalinya dari Palembang itu memuat minyak tanah, bensin, semen, besi beton, bahan pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Sebagian besar penduduk Makarti Jaya berpendidikan formal rendah. Menurut data yang tercatat dalam monografi Desa Makarti Jaya 1993, penduduk yang tamat Sekolah Dasar (SD) ada 76, I %, penduduk yang tamat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) ada 9,4%, sedangkan penduduk yang tamat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) ada 4,5 % . Kalau persentasi penduduk yang tamat SD dan tamat SMTP disatukan, maka persentasi penduduk yang berpendidikan rendah akan semakin tinggi, yaitu 85,5 %. Selain itu, di Makarti Jaya masih ada sekitar 1,3 % penduduk yang yang buta huruf, Mereka ini pada uinumnya adalah penduduk yang sudah lanjut usianya (Tabel 1 ).

Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Desa Makarti Jaya ini erat kaitannya dengan lapangan kerja yang da di sana. Dari 5205 jiwa penduduk Desa Makarti Jaya, 74 % tercatat sudah mempunyai

penghasilan atau sudah bekerja. Sebagai daerah transmigran, lapangan pekerjaan bidang pertanian sangat dominan. Pekerjaan di bidang ini ditekuni oleh 75% penduduk Makarti Jaya. Lapangan kerja lainnya yang banyak dilakukan penduduk adalah di bidang jasa (15,7 Ck).

Mereka yang menekuni sektor ini antara lain bekerja sebagai tukang becak, tukang perahu (driver), tukang ojek, operator traktor, dan bidang jasa lainnya yang berkaitan dengan bidang pertanian. Jenis pekerjaan lain yang dilakukan penduduk adalah sebagai pedagang ( 4.8% ).

karyawan (2,6 'le), buruh tani (1,2 'le), dan bekerja di pertukangan (0. 7

% ). Dengan semakin berkembangnya teknologi pada akhir-akhir ini.

di Makarti Jaya muncul beberapa bengkel perbaikan traktor (Tabet .2).

Pada akhir tahun 1993. lebih dari separuh peduduk Makarti Jaya ( 64,4 % ) berusia antara 14 -- 55 tahun. Seki tar 11, 7 'le berusia antara 0 -- 5 tahun, 19 % berusia antara 8 -- 13 tahun, dan 4.9 Ck berusia lebih dari 55 tahun (lihat tabel) . Apabila usia antara 14 -- 55 tahun dianggap sebagai usia produktif. maka angka ketergantungan (dependency ratio) di Makarti Jaya adalah 55. Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 55 orang penduduk usia non-produktif. di samping dirinya sendiri. Sebenarnya ini merupakan satu beban kehidupan yang cukup berat. Akan tetapi.

dalam kenyataannya beban ketergantungan itu hampir dapat terabaikan.

Hal ini antara lain karena hampir seluruh warga setempat, baik tua-muda, laki-laki- perempuan, bahkan anak-anak juga terlibat dalam mencari nafkah. Anak laki-laki yang usianya sudah mencapai 14 tahun sudah dilibatkan mengerjakan sawah. Mereka telah dianggap mampu bekerja untuk mencari nafkah. Oleh karena itu, beban ketergantungan yang sebenarnya cukup berat hampir tidak terasa (Tabet 3).

Hamp;ir sebagian besar penduduk Makarti Jaya (80.3 %) menganut ajaran agama Islam, 17. 7 % menganut ajaran angama Hindu, I .6CJc beragama Budha, sedangkan sisanya (0,4) beragama Kristen. Penduduk yang tidak menganut agama Islam pada umumnya orang-orang Bali dan sebagian kecil orang Jawa (Tabel 3).

Fasilitas peribadatan yang dimiliki umat Islam adalah sebuah mesjid dan 8 buah langgar, sedangkan umat yang beragama lainnya masing-masing memiliki I gereja, l pura dan l vihara. Adapun mesjid yang ada di Makarti Jauya konon merupakan mesjid terbesar di kawasan Delta Upang (gambar 14).

Dokumen terkait