• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap

4. Pemungutan Pajak Hotel berdasarkan Perda Kabupaten Labuhan Batu

a. Tata Cara Pemungutan

Dalam melakukan pemungutan pajak, pemungutan pajak tersebut tidak lah boleh dilakukan secara borongan. Wajib Pajak juga wajib membayar pajak terutang dengan dibayar sendiri berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan. Dimana Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan dengan dibayar sendiri membayar pajak yang terutang berdasarkan SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT.

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan :

a) SKPDKB dalam hal ini :

1. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keteranga lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

2. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada bupati dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

3. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang dihitung secara jabatan.

b) SKPDKBT jika tidak ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c) SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Jumlah kekurangan pajak terutang dalam SKPDKB sebagaimana tertulis dalam pasal 14 ayat (1) huruf a dan b Perda Labuhan Batu Nomor.6 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Kenaikan pajak tidak akan dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukannya tindakan pemeriksaan.

Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud akan dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebuan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak.

b. Surat Tagihan Pajak

Dalam hal surat tagihan pajak, Buapati berwenang dalam menerbitkan STPD. Bupati dapat menerbitkan STPD jika :

b) Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

c) Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/ atau dend.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak terutangnya pajak. c. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran Pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terutangnya pajak. SPPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pemeritah, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jmlah Pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paing lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Bupati atau permohonan wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untugan k mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenanakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. Penagihan dengan Surat Paksa juga haru dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang – undangan.

d. Keberatan dan Banding

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :

a. SKPDKB b. SKPDKBT c. SKPDLB d. SKPDN

e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan daerah yang berlaku.

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai dengan alasan – alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukan yang bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit jumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tidak dianggap sebai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh bupati atau pejabat yang dihunjuk atau tanda pengiriman surat melalui pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.

Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus member keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka

waktu telah lama dan Bupati tidak member suatu keputusan keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonanan banding hanya kepada Pegadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati. Permohoan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen). Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

e. Pembetulan, Pembatalan Pengurangan Ketetapan dan Pengahapusan Sanksi Administratif

Atas permohonannya Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat membetulkan SPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis atau kesalahan hitung atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang – undangan perpajakan daerah. Dalam hal ini Bupati dapat :

a. Mengurangkan atau meghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda maupun kenaikan pajakyang terutang menurut peraturan perundang – undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena salahnya.

b. Mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar.

c. Mengurangkan atau membatalkan STPD

d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau yang diterbitkan tidak sesuai dengna tata caranya.

e. Mengurangkan ketetapan pajak tentang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu Objek Pajak. f. Ketentuan Pidana

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak

menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. Denda – denda tersebut akan menjadi penerimaan Negara.

5. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah a. Pendaftaran

Setiap wajib pajak daerah wajib mendaftarkan usahanya beserta Objek pjak Daerah dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Daerah (SPOPD) Kedapa Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan Asset Daerat Kabupaten Labuhan Batu melalui Bidang Pendapatan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan usaha dimulai kecuali ditentukan lain. Pendaftaran Objek Pajak sebagaimana dimaksud berupa pendaftaran atas pelayanan yang disediakan Pengusaha yang terdapat pada Peraturan Daerah dan belum terdaftar pada administrasi Pemerintah Daerah tentang Pajak Daerah.

SPOPDdapat diambil sendiri oleh Wajib Pajak dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuagan dan Asset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan wajib diisi dengan benar, jelas dan ditandatangani oleh Wajib Pajak.

Pendaftaran objek baru, dilakukan oleh Seubjek Pajak atau Wajib Pajak dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Mengajukan permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia yang ditujukan kepada Bupati melalui Dinas terkait.

b) Surat Permohonan, ditandatangani oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan dalam hal ditandatangani oleh bukan Subjek Pajak , harus dilampiri dengan Surat Kuasa.

Formulir SPOPD harus disampaikan kepada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu melalui Bidang Pendapatan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya oleh Subjek Pajak atau Kuasanya.

Bagi Wajib Pajak yang telah mendaftarkan usahanya, kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan Aset Daerah menerbitkan :

a) Surat pengukuhan sebagai wajib pungut. b) Kartu NPWD

c) Pemberitahuan Wajib Pajak.

Untuk pemungutan Pajak Daerah, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu menetapkan pengusaha sebagai Wajibb Pajak disertai penerbitan NPWD. Kepala Dinas menerbitkan NPWD secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOPD. Pemberitahuan pemungutan pajak juga wajib dipasang oleh Wajib Pajak pada tempat yang mudah dilihat, dibaca oleh pengunjung/ tamu atau ditempat pembayaran, pemberitahuan pemungutan pajak ini dikecualikan dari penyelenggara insidentil.

Penerbitan NPWD secara jabatan adalah penerbitan NPWD yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan data atau keterangan lain yang dimiliki Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang bukan berdasarkan Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan usahanya kedapa Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Penyerahan Surat Pengukuhan, Surat penunjukan , kartu NPWD kepada pengusaha, penanggung jawab atau kuasanya sesuai dengan tanda terima pendaftaran.

b. Pendataan

Pendataan Objek dan subjek pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pendataan Objek Pajak Daerah dilakukan dengan memberikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) kepada Wajib Pajak ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. SPTPD wajib diterima oleh Wajib Pajak dan selanjutnya diisi dengan jelas dan benar dan lengkap serta ditandatanganinya oleh Wajib Pajak atau kuasanya.

Pendataan objek dan subjek pajak dapat dilakukan dengan cara : 1. Indentifikasi objek pajak.

2. Verifikasi data objek pajak. 3. Pengukuran bidang objek pajak.

Seluruh data yang diperoleh dari data isian dihimpun dan dicatat dalam daftar wajib pajak dan kartu data, yang akan digunakan sebagai dasar pemeriksaan SPTPD.

c. Penilaian dan Pelaporan

SPTPD yang berisikan pelaporan atas omzet penerimaan bruto Wajib Pajak atas Penyelenggaraan penyediaan pelayanan pajak, disampaikan paling lama 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Apabila batas waktu

penyampaian SPTPD bertepatan pada hari libur, maka batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada satu hari kerja berikutnya.

Penyampaian SPTPD tersebut haruslah disertai dengan dokumen lainnya, berupa :

a) Rekapitulasi omzet penerimaan bulan yang bersangkutan.

b) Realisasi penggunaan tiket atau tanda masuk bagi penyelenggaraan hiburan yang mengguakan tiket atau tanda masuk.

c) Rekapitulasi penggunaan bon penjualan atau bill berikut tindasan atau struck cash register.

d) Tindasan bukti setoran pajak yang telah dilakukan (Tindasan SSPD)

SPTPD dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani oelh Wajib Pajak atau kuasanya, atau tidak melampirkan keterangan atau dokumen. Penyampaian SPTPD harus juga disertai dengan dokume lain, berupa :

a) Rekapitulasi bruto atas penyelenggaraan hiburan insidentil yang bersangkutan.

b) Realisasi penggunaan tanda masuk, berikut potongan tanda masuk yang terjual dan tidak terjual.

c) Tanda terima (asli) uang jaminan pembayaran Pajak Hiburan Insidentil dari petugas Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak, penyampaian SPTPD dapat diberikan perpanjangan jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Permohonan perpanjangan jangka penyampaian

SPPTPD diajukan secara tertulis disertai alas an yang jelas sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian SPTPD.

Wajib Pajak dengan kemauan senidiri dapat membetulkan SPTPD yang telah disampaikan, dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah atau pejabat yang dihunjuk, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sesudah berakhirna masa pajak atau Tahun Pajak, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPTPD, mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat berakhirnya penyampaian SPTPD sampai dengan tanggal pembayaran akibat dari pembetulan SPTPD.

d. Penetapan

Pajak Daerah dipungut dengan Sistem Self Assement yang meberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Wajib Pajak dalam menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang menggunakan SPTPD.

Penetapan Pajak secara jabatan dapat dilakukan apabila :

a. Wajib Pajak Daerah tidak menyelenggarakan pembukuan dan omset usahanya.

b. Wajib Pajak Daerah menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan tetapi tidak lengkap dan/atau tidak benar.

c. Wajib Pajak Daerah tidak mau menunjukan pembukuan dan/atau menolak untuk diperiksa atau menolak memberikan keterangan pada saat dilakukan pemeriksaan.

d. Wajib Pajak Daerah tidak menggunakan bon penjualan atau bill yang berseri atau bernomor urut.

e. Wajib Pajak Daerah yang melegalisasi bon penjualan (bill) tidak melegalisasinya tanpa ada persetujuan Kepala Dinas.

f. Wajib Pajak Daerah melanggar ketentuan larangan.

Sebelum dikenakan perhitungan pajak secara jabatan, petugas pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku. Penetapan pajak secara jabatan daoat didasarkan pada data omset yang diperoleh melalui salah satu atau lebih dari 3 (tiga) cara /metode pemeriksaan dengan tahapan prioritas sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil kas opname.

b. Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilokasi tempat usaha Wajib Pajak.

c. Berdasarkan data pembanding. e. Pembayaran

Pembayaran pajak terutang harus dilakukan secara sekaligus dan lunas di Kas Daerah Melalui Bendahara Penerima Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau tempat lain yang dihunjuk paling lama 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan SSPD. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas waktu pembayaran jatuh pada satu hari berikutnya. Diamana apabila pembayaran masa pajak terutang

dilakukan setelah jatu tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 jam (dua puluh empat jam) dan ditagih dengan STPD.

Pemeriksaan hasil kas opname dilakukan sesuai prosedur yang lazim dan dilakukan paling sedikit sebanyak 5 (lima) kali kunjungan dengan waktu dan hari yang berbeda. Hasil kas opname tersebut akan dipakai sebagai nilai omzet perhari yang merupakan nilai rata – rata dari keseluruhan penerimaan kas menurut hasil kas opname tersebut. Pemeriksaan berdasarkan hasil pengamatan langsung dilokasi tempat usaha Wajib Pajak dilakukan dengan tindak penungguan sekurang – kurangnya sebanyak 10 (sepuluh) kali sesuai jam operasi baik secara terus menerus maupun berselang.

Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD wajib dilunasi dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) haru sejak tanggal diterbitkan. Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) per bulan.

Terhadap penyelenggara hiburan dilakukan atas nama atau tanggungan beberapa penyelenggara atau oleh satu orang atau beberapa badan, maka masing – masing anggota penyelenggara atau pengurus badan dianggap sebagai Wajib pajak Hiburan dan bertanggung jwab renteng dan kewajiban pembayaran pajak. Pemilik atau pengelola atau restoran yang bertanggung jawab terhadap pembayaran Pajak Hiburan terutang atas penyelenggaraan hiburan dihotel atau restoran, termasuk pemilik atau pengelola tempat usaha yang lain yang menyelenggarakan Hiburan, kecuali ditentukan lain. Apabila penyelenggara

hiburan dilakukan dihotel atau restoran yang bukan menyatu dengan pengelolaan hotel atau restoran, dikenakan Pajak Hiburan yang dipunggut kepada Wajib Pajak Hiburan Hotel dan atau Wajib Pajak Hiburan Restoran, kecuali ditentukan lain.

Pembayaran Pajak hiburan dapat diakukan Wajib Pajak Hiburan dalam bentuk cek dan sejenisnya, surat pernyataan utang kompensasi dari kewajiban pajak daerah sebelumnya. Dalam hal pembayaran oleh Subjek Pajak kepada Wajib Pajak Hiburan dipengaruhi oleh hubungan istimewa maka harga jual atau harga penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat itu. Harga pasar yang wajar adalah harga pasar yang berlaku juga untuk Subjek Pajak atau pengunjung lainnya pada saat itu ditempat hiburan yang bersangkutan.

f. Pembayaran Angsuran dan Penundaan Pembayaran

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu atau pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak setelaj memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayar pajak yang terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Tata cara pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran pajak terutang dilakukan sebagai berikut :

a. Wajib Pajak yang akan melakukan pembayaran secara angsuran maupun menunda pembayaran pajak, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dengan disertai alas an yang jelas dan

melampirkan fotokopi SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yang diajukan permohonannya.

b. Permohonan harus sudah diterima Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu paling lama 7 (tujuh) hari sebelum jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan.

c. Permohonan harus melampirkan rincian utang pajak untuk masa pajak atau tahun pajak yang bersangkutan serta alasan – alasan yang mendukung diajukannya permohonan.

d. Terhadap permohonan pembayaran secara angsuran maupun penundaan pembayaran yang disetujui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dituangkan dalam surat keputusan, baik keputusan pembayaran secara angsuran maupun penundaan pembayaran yang ditandatangani bersama oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Wajib Pajak yang bersangkutan.

e. Pembayaran angsuran diberikan paling lama untuk 10 (sepuluh) kali angsuran dalam jangka waktu 10 (sepuluh) bulan terhitung sejak tanggal surat keputusan angsuran, kecuali ditetapkan lain oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu berdasarkan alasan Wajib Pajak yang dapat diterima.

f. Penundaan pembayaran diberikan untuk paling lama 4 (empat) bulan terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran yang termuat dalam SKPDKB, SKPDKBT dan STPD, kecuali ditetapkan lain oleh Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu berdasarkan alasan Wajib Pajak yang dapat diterima.

g. Pembayaran angsuran atau penundaan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Perhitungan untuk pembayaran angsuran adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan sanksi bunga dikenakan hanya terhadap jumlah sisa angsuran\ b. Jumlah sisa angsuran adalah hasil pengurangan antara besarnya sisa pajak

yang belum atau akan dianggur, dengan pokok pajak angsuran.

c. Pokok Pajak angsuran adalah hasil pembagian antara jumlah pajak terutang yang akan diangsur, dengan jumlah bulan angsuran.

d. Bunga adalah hasil perkalian antara jumlah sisa angsuran dengan bunga sebesar 2% (dua persen).

e. Besarnya jumlah yang harus dibayar tiap bulan angsuran adalah pokok pajak angsuran ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua persen).

Perhitungan untuk penundaan pembayaran adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan bunga dikenakan terhadap seluruh jumlah pajak terutang yang akan ditunda, yaitu hasil perkalian antara bunga 2% (dua persen) dengan jumlah bulan yang ditunda, dikalikan dengan seluruh jumlah utang pajak yang akan ditunda

b. Besarnya jumlah yang harus dibayar adalah seluruh jumlah utang pajak yang ditunda, ditambah dengan jumlah bunga 2% (dua persen) sebulan. c. Penundaan pembayaran harus dilunasi sekaligus paling lama pada saat

d. Terhadap wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran, tidak dapat mengajukan permohonan penundaan pembayaran untuk surat ketetapan pajak yang sama.

e. Bentuk dan isi surat keputusan pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran serta bentuk formulir yang berhubungan dengan penyelesaian permohonan angsuran dan penundaan pembayaran pajak, ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu

g. Pengawasan

Dalam rangla pelaksanaan pengwasan pembayaran pajak daerah, Kepala Daerah berwenang menhubungkan sarana pembayaran Wajib Pajak Daerah dengan sistem pengawasan perpajakan dalam jaringan sistem informasi Pemerintah Daerah dan/atau sistem Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Untuk keperluan pelaksanaan pengawasan, Kepala Dinas menempatkan Petugas yang dihunjuk oleh Kepala Dinas berwenang yang dilengkapi surat tugas dan/atau peralatan baik sitem manual dan/atau sistem online ditempat berlangsungnya kegiatan hiburan. Pengawasan terhadap pembayaran pajak melalui sarana pembayaran Wajib Pajak dilakukan dengan cara menghubungkan mesin kas register atau komputer yang dimiliki Wajib Pajak dipergunakan sebagai sarana transaksi penerimaan, dengan komputer milik Pemerintah Daerah melalui sistem jaringan informasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

h. Penagihan

Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Dokumen terkait