Modal yang ditanam, atau disetor (contributed), merupakan investasi dalam sebuah badan usaha oleh para pemiliknya. Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang dibayarkan untuk saham – saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Jumlah ini mungkin bertambah oleh adanya penempatan atau penjualan lembar – lembar saham tambahan, oleh perolehan dan penjualan kembali saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi ekuitas pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam. Namun, prinsip dasar yang banyak dianut paling tidak sejak awal tahun 1930-an adalah bahwa laba ditahan tidak boleh mencakup pengkreditan dari transaksi-transaksi dalam akun saham perusahaan sendiri atau pemindahan dari akun modal disetor atau akun-akun modal lainnya.
1. Penempatan Saham Modal
Bila lembar-lembar saham yang sebelumnya tidak diterbitkan dijual secara tunai atau dengan imbalan lain, kenaikan total dalam ekuitas dimasukkan dalam modal yang ditanam. Di beberapa negara bagian, peraturan yang mengatur perseroan memperlakukan saham yang sudah dipesan, tetapi belum diterbitkan, sebagai bagian dari modal legal. Akan tetapi, Model Business Corporation Act hanya memasukkan dalam modal yang ditetapkan ini saham yang
sudah diterbitkan. Tetapi, apakah saham yang sudah dipesan dianggap modal legal atau bukan, praktik akuntansinya memasukkan pesanan ini dalam modal yang ditanam jika:
1. Pemesanan itu menunjukkan klaim legal terhadap pemesan.
2. Perseroan bermaksud menagih pesanan ini dalam periode waktu yang wajar dan pasti.
Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti, pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam. Bila obligasi
konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi ini:
a. Metode nilai buku
Dalam metode ini nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi, saat saham baru diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor.
b. Metode nilai pasar
Dalam metode ini harga pasar masa berjalan obligasi itu dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham.
2. Konversi Utang
Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi.
1. Metode nilai buku
Nilai buku utang jangka panjang di reklasifikasi, ketika saham baru diterbitkan, sebagai saham modal atau tambahan laba disetor. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui pada transaksi karena nilai buku utang hanya dikonversi ke ekuitas
2. Metode nilai pasar
Harga pasar obligasi dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Semua kelebihan harga sekarang terhadap nilai buku obligasi, ditunjukkan sebagai extraordinary loss on conversion. Jika nilai buku obligasi melebihi harga pasar saat ini, maka diakui sebagai extraordinary gain on conversion
3. Konversi Saham Preferen
Untuk konversi saham preferen menjadi saham biasa, prosedur yang konvensional adalah mengikuti metode nilai buku untuk konversi obligasi. Berarti, nilai pari saham
preferen ditambah bagian pro rata dari agio saham preferen dipindahkan ke saham biasa dan agio saham biasa. Penjumlahan nilai pari saham preferen dan bagian pro rata dari tambahan modal disetor dari penjualan semula saham preferen itu menunjukkan sumber modal yang ditanam semula.
Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar masa berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan, walaupun jumlah-jumlah ini seharusnya cukup dekat. Jika jumlah ini melebihi modal yang disetor dari
saham preferen yang ditarik, kelebihan itu harus dipindahkan dari laba ditahan. Hasilnya adalah hilangnya klasifikasi menurut sumber semula. Prosedur ini juga mempunyai beberapa implikasi yang menarik. Pertama, prosedur ini menyiratkan diterimanya teori entitas yang kaku ini, karena prosedur ini menafsirkan laba ditahan itu sendiri sebagai ekuitas perusahaan. Kedua, prosedur ini menyiratkan bahwa nilai pasar masa berjalan saham biasa
tidak mencerminkan suatu kepentingan dalam laba ditahan. 4. Dividen Saham dan Pemecahan Saham
Baik dividen saham maupun pemecahan saham pada dasarnya merupakan manuver-manuver keuangan yang tidak ada hubungannya dengan prinsip akuntansi mengenai penentuan penghasilan dan penilaian neraca. Sebenarnya, jika para akuntan berpegang teguh pada klasifikasi ekuitas menurut sumber aslinya, tidak perlu ada reklasifikasi ekuitas sebagai akibat dari jenis-jenis transaksi ini. Satu-satunya yang akan diisyaratkan adalah pengungkapan perubahan dalam jumlah lembar saham beredar dan perubahan dalam nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Akan perlu juga menghitung kembali laba perusahaan yang
dilaporkan untuk periode berjalan dan periode-periode terdahulu.
Jumlah yang paling umum disarankan untuk dikapitalisasi adalah:
1. Nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham yang diterbitkan sebagai dividen
2. Nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
3. Modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang diterbitkan
Sifat Dividen Saham
Sebagian besar akuntan setuju bahwa dividen saham bukanlah menghasilan bagi penerimanya, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai dasar pemikiran yang menghasilkan
simpulan ini. Committee on Accounting Procedure (CAP) AICPA mendasarkan keyakinannya, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat bahwa perseroan perupakan satuan usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan bagi pemegang saham sampai ada pemisahan ( severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi perseroan adalah penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham.
Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai yang Ditetapkan
Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penghasilan bagi penerimanya, masalahnya menjadi masalah penentuan seberapa besar, jika
ada, ekuitas perseroan yang harus direklasifikasi. CAP merekomendasikan bahwa tidak perlu mengkapitalisasi jumlah yang lebih besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan legal dalam dua kasus khusus:
1. Bila jumlah lembar saham tambahan yang diterbitkan begitu besarnya sehingga secara wajar dapat diperkirakan bahwa harga pasar per saham akan berkurang secara material
2. Dalam hal perusahaan tertutuo dimana dapat diperkirakan bahwa pengetahuan yang mendalam tentang urusan-urusan perseroan akan mencegah timbulnya implikasi oleh pemegang saham bahwa dividen saham merupakan distribusi penghasilan perseroan
Kapitalisasi Harga Pasar
Walaupun CAP tidak mengakui bahwa dividen saham adalah penghasilan bagi penerimanya, CAP merekomendasikan agar jumlah yang dikapitalisasi (yang dipindahkan ke saham modal dan tambahan modal disetor) seharusnya adalah suatu jumlah yang sama besar dengan nilai wajar (nilai pasar) saham yang diterbitkan dalam semua kasus dimana jumlah saham yang diterbitkan begitu kecilnya jika dibandingkan dengan total saham yang beredar sehingga tidak mempunyai dampak yang nyata pada harga pasar per saham.
Program Opsi Saham Sebagai Kompensasi
Masalah utama yang diperselisihkan adalah penilaian jasa dan penentuan kenaikan yang timbul dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham. Metode penilaian yang paling umum diusulkan adalah:
1. Selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan 2. Selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
3. Selisih lebih nilai wajar diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat digunakan
4. Selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
5. Biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan dampak pajak penghasilan pada perusahaan
6. Kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian