• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penampang Lereng Pit 7 West B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Penampang Lereng Pit 7 West B

Penelitian dilakukan pada lereng lowwall dan highwall tambang batubara Pit 7 West B. Total 6 sayatan berarah baratlaut-tenggara dibuat untuk memudahkan dalam melakukan analisis kestabilan lereng, dengan sayatan tersebut diharapkan dapat mewakili kondisi aktual pada lereng tersebut. Geometri penampang seperti pada Tabel 4.2 halaman 79.

Permodelan penampang pada Gambar 4.27,4.29,4.31 pada halaman 79-81 dibuat berdasarkan pada kontur aktual week 53 tahun 2016, yang merepresentasikan kondisi Pit 7 West B saat ini. Dalam proses eksploitasi selanjutnya, pada tahun 2017 ini direncanakan pembuatan desain tambang terbaru untuk mengoptimalkan hasil penambangan batubara. Desain tambang ini memiliki elevasi terendah (RL) -30 mdpl dan elevasi tertinggi 38 mdpl, seperti pada Gambar 4.28,4.30 dan 4.32 halaman 80-82.

Tabel 4.2 Geometri lereng Pit 7 West B. Section Bench Width

(m) Single Slope Heigh (m) Single Slope Angle (0) Overall Height (m) Overall Slope Angle (0) A-A‟ 10,7 20 30 98 48 B-ψ‟ 11,1 8 50 70 41 C-ω‟ 12,4 14,7 48 94 48,5 D-D‟ 9,5 11 47 71,7 49,7 E-E‟ 22,2 17 47 84 44,2 F-F‟ 13,2 17,5 56 92 50,6

Gambar 4.27 Penampang aktual sayatan A-A‟ dan ψ-ψ‟

Gambar 4.29 Penampang aktual sayatan C-ω‟ dan D-D‟

Gambar 4.31 Penampang aktual sayatan E-E‟ dan F-F‟

Gambar 4.32 Penampang desain tambang tahun 2017 sayatan E-E‟ dan F-F‟

4.5 Analisis Kestabilan Lereng

Analisis kestabilan lereng merupakan suatu tindakan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu lereng. Serangkaian data diperlukan meliputi litologi penyusun kawasan lereng, nilai unit weight/density, kohesi dan nilai sudut geser dalam (phi), selain itu profil bagian atas penampang menyesuaikan dari kontur topografi aktual yang melewati sayatan. Pada penelitian ini dilakukan juga analisis terhadap rencana desain tambang yang akan dilakukan pada tahun 2017, sehingga dihasilkan 2 analisis kestabilan lereng yaitu analisis kondisi aktual lereng dan analisis rancangan desain tambang tahun 2017.

Analisis dilakukan dengan membuat 6 sayatan di sepanjang area penambangan Pit 7 West B berarah barat-timur.

4.5.1 Sayatan A-A’

Gambar 4.33 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan A-A‟ sisi highwall

Sayatan A-A‟ memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Dengan sayatan yang dibuat didapatkan morfologi kontur aktual sehingga dapat dibuat permodelan lereng seperti pada Gambar 4.33 halaman 82. Permodelan lereng dibuat dan dianalisis menggunakan software Minescape, Autocad 7, dan Rocscience Slide 6. Elevasi di titik A adalah 28 mdpl dan elevasi di titik A‟ adalah 46 mdpl dengan tinggi maksimal lereng adalah 98 m yang dihitung dari elevasi -50 mdpl. Seismic load menunjukan pengaruh gelombang gempa yang dihasilkan dari proses blasting yang mengakibatkan getaran gelombang kearah horisontal maupun vertical sebesar 0,02 g. Sudut yang dibentuk antara perlapisan batupasir, batulempung dan batubara memiliki dip antara 450-500 dengan arah strike N 2150 E, secara umur relatif dapat diketahui dari penampang lereng, bahwa batupasir berumur lebih tua dari batulempung dan batulempung berumur lebih tua dari batubara.

Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode bishop karena metode ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lainya, diantaranya perhitungan yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Pada analisis ini, menggunakan total 20 slice. Nilai material properties didapatkan dari

A

A

hasil uji laboratorium, setelah dilakukan input terhadap parameter densitas, kohesi dan sudut geser dalam didapatkan hasil kestabilan lereng minimal dinding highwall sayatan A-A‟ sebesar 3,1 yang menyatakan bahwa lereng dalam kondisi aman sesuai dengan kriteria dari Bowles, 1989.

Gambar 4.34 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan A-A‟

Desain pada Gambar 4.34 di atas memiliki panjang 354 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 65 m dan sisi lowwall 76 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 500. Batubara yang masuk ke dalam area ini adalah seam X dan X1 dengan tebal masing-masing 4 m dan 3 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,9 yang menyatakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles,1989).

Gambar 4.35 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan A-A‟ sisi lowwall

A A A A

Analisis kestabilan lereng sisi lowwall seperti pada Gambar 4.35 di atas, memiliki nilai FK 1,5 yang menandakan bahwa lereng ini aman (stable). Nilai FK terendah berada pada lapisan soil, sehingga upaya untuk meningkatkan nilai stabilitas lereng dapat dilakukan dengan menghilangkan lapisan soil dengan tebal sekitar 2-8 m, karena soil memiliki sifat menampung air sehingga ikatan antar partikel pada soil akan menurun seiring bertambahnya volume air yang masuk. Kekuatan gesernya pun akan menurun, sehingga dapat memicu terjadinya longsoran. Perlakuan lain yang dapat diterapkan adalah dengan merapikan bench dan lereng lowwall, melakukan pengeboran pada sisi lowwall secara tegak lurus untuk mengeluarkan air yang tersimpan dalam formasi batuan terutama pada batupasir karena batuan ini memiliki nilai porositas dan permeabilitas yang cukup baik, sehingga akan berpengaruh pada stabilitas dinding lereng, pembuatan parit pada bench juga akan memberikan dampak positif sehingga air hujan akan mengalir melalui parit dan penyerapan air oleh batuan pada dinding semakin berkurang. Desain lowwall pada Gambar 4.36 memiliki 3 slope dan 2 bench dengan kemiringan 470, dari hasil analisis didapatkan nilai FK 1,9 yang menandakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989)

Gambar 4.36 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan A-A‟ A

A

Gambar 4.37 Grafik FK kondisi aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan A-A‟ Berdasarkan pada grafik yang ditunjukan oleh Gambar 4.37 di atas dapat diketahui bahwa nilai FK mengalami kenaikan sampai jarak 135 m kemudian mengalami kenaikan secara signifikan mulai 146 m sampai jarak 155 m dan mengalami penurunan kembali sampai jarak 160 m, naik kembali sampai jarak 170 m dan turun secara drastis sampai pada jarak 180 m.

2. Sayatan B-B’

Gambar 4.38 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan B-ψ‟ sisi highwall

Sayatan B-ψ‟ seperti pada Gambar 4.38 memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Elevasi di titik ψ adalah 21,1 mdpl dan elevasi di titik ψ‟ adalah 19 mdpl dengan tinggi maksimal lereng adalah 71 m yang dihitung dari elevasi - 50 mdpl. Hasil analisis kestabilan lereng minimum dinding highwall

B B

sayatan B-ψ‟ sebesar 2,6 yang menandakan bahwa lereng dalam kondisi aman (Bowles,1989)

Gambar 4.39 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan B-ψ‟

Desain pada Gambar 4.39 di atas memiliki panjang 354 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 70 m dan sisi lowwall 63 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 520. Batubara yang masuk ke dalam area ini adalah seam X, X1, dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m, 2 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,7 yang menyatakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles, 1989). Analisis kestabilan lereng untuk sisi lowwall seperti pada Gambar 4.40 memiliki nilai FK 3,8 yang menandakan bahwa lereng ini aman (stable) sesuai kriteria Bowles (1989).

Gambar 4.40 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan B-ψ‟ sisi lowwall

B’

B

B B

Gambar 4.41 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan B-ψ‟

Desain lowwall pada Gambar 4.41 memiliki 2 slope dan 1 bench dengan kemiringan 460. Dari hasil analisis didapatkan nilai FK 2,1 yang menandakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989).

Gambar 4.42 Grafik FK kondisi aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan B-ψ‟ Berdasarkan pada Gambar 4.42 di atas dapat diketahui bahwa nilai FK mengalami kenaikan secara signifikan dari jarak 126 m sampai jarak 150 m, kemudian mengalami penurunan sampai jarak 172 m. Naik turunya nilai FK dipengaruhi tinggi lereng, sudut lereng, elevasi dan litologi yang ada. Semakin tinggi lereng nilai FK akan semakin kecil dan litologi dengan densitas lebih besar berpengaruh menurunkan nilai kestabilan lereng begitu pula dengan sudut lereng, semakin kecil sudut kelerengan (lereng landai) lereng akan cenderung lebih stabil.

B’

3. Sayatan C-C’

Gambar 4.43 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan C-ω‟ sisi highwall

Sayatan C-ω‟ Gambar 4.43 memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Elevasi di titik C adalah 36 mdpl dan elevasi di titik ω‟ adalah 39 mdpl dengan tinggi maksimal lereng adalah 94 m yang dihitung dari elevasi -50 mdpl.

Hasil analisis kestabilan lereng minimum dinding highwall sayatan C-ω‟ sebesar 2,7 yang menyatakan bahwa lereng dalam kondisi aman sesuai dengan kriteria dari Bowles (1989).

Gambar 4.44 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan C-ω‟

Desain pada Gambar 4.44 di atas memiliki panjang 354 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 82 m dan sisi lowwall 82 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 520. Litologi penyusun lereng lowwall dan highwall adalah batupasir, batubara dan batulempung, kontak perlapisan batubara, batupasir

C C

C C

dengan batulempung memiliki strike/dip N 2220 E/ 460. Batubara yang masuk ke dalam area ini adalah seam X, X1, dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m, 2 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,4 yang menyatakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles,1989). Analisis lereng untuk sisi lowwall seperti pada Gambar 4.45 di bawah didapatkan nilai FK 2,2 dan menurut Bowles (1989) termasuk dalam kategori lereng aman/stabil.

Gambar 4.45 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan C-ω‟ sisi lowwall

Gambar 4.46 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan C-ω‟

Desain lowwall pada Gambar 4.46 memiliki 3 slope dan 2 bench dengan kemiringan 460. Dari hasil analisis didapatkan nilai FK 1,9 yang menandakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989). Pada prinsipnya keberadaan lapisan soil menurunkan nilai kestabilan lereng, untuk mencegah terjadinya longsoran dapat dilakukan dengan

C’

C

membuang lapisan soil (elevasi diatas 40 mdpl) karena soil memiliki sifat menampung air sehingga akan mengurangi kekuatan ikatan antar partikel selain itu juga akan menurunkan kekuatan geser seiring bertambahnya volume air yang terserap. Perlakuan lain yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan pengeboran pada sisi lowwall secara tegak lurus untuk mengeluarkan air yang tersimpan dalam formasi batuan terutama pada batupasir, karena batuan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang tergolong baik sehingga akan berpengaruh pada stabilitas dinding lereng lowwall, pembuatan parit pada bench juga akan memberikan dampak positif sehingga air hujan akan mengalir melalui parit dan penyerapan air oleh batuan pada dinding semakin berkurang. Manifestasi air yang keluar dari dinding lereng baik lowwall maupun highwall mengindikasikan bahwa dibelakang lapisan batuan tersebut terdapat air bertekanan yang tersimpan pada batuan porous dan sewaktu-waktu dinding penahan (impermeable layer) tidak kuat menahan pergerakan air yang keluar menuruni lereng, akan terjadi longsoran yang diikuti dengan semburan air formasi. Hal ini dapat diketahui memalui rembesan air pada dinding lereng yang bukan diakibatkan karena hujan, gelembung-gelembung air pada dasar tambang di bagian sump ataupun genangan air. Struktur geologi berupa sesar akan menjadi tempat keluarnya air pada dinding lereng, jika struktur sesar jumlahnya relatif banyak maka akan menjadi media keluarnya aliran mata air dan ini sangat membahayakan proses penambangan. Berdasarkan pada Gambar 4.47 halaman 92 dapat diketahui bahwa nilai FK mengalami kenaikan secara signifikan mulai jarak 150 m hingga 172 m dan mengalami penurunan secara signifikan pula sampai pada jarak 193 m.

Gambar 4.47 Grafik FK aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan C-ω‟ 4. Sayatan D-D’

Gambar 4.48 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan D-D‟ sisi highwall

Sayatan D-D‟ memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Elevasi di titik D adalah 12 mdpl dan elevasi di titik D‟ adalah 16 mdpl dengan tinggi maksimal lereng adalah 71,7 m yang dihitung dari elevasi -50 mdpl. Hasil analisis kestabilan lereng minimum dinding highwall sayatan D-D‟ sebesar 3,4 seperti Gambar 4.48 yang menyatakan bahwa lereng dalam kondisi aman sesuai dengan kriteria Bowles (1989).

Gambar 4.49 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan D-D‟

Desain pada Gambar 4.49 memiliki panjang 354 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 70 m dan sisi lowwall 74 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 520. Litologi penyusun lereng lowwall dan highwall adalah batupasir, batubara dan batulempung, kontak perlapisan batubara, batupasir dengan batulempung memiliki strike/dip N 2180 E/ 470. Batubara yang masuk ke dalam area ini adalah seam X, X1, dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m, 2 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,4 yang menyatakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles,1989). Analisis lereng untuk yang sisi lowwall seperti pada Gambar 4.50 halaman 96, didapatkan nilai FK 2,8 yang menandakan bahwa lereng ini berada pada kondisi aman/stabil (Bowles,1989). Desain lowwall pada Gambar 4.51 halaman 94 memiliki 2 slope dan 1 bench dengan kemiringan 470. Dari hasil analisis didapatkan nilai FK 2,2 yang menandakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989).

Gambar 4.50 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan D-D‟ sisi lowwall

Gambar 4.51 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan D-D‟

Gambar 4.52 Grafik FK kondisi aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan D-D‟ Berdasarkan pada Gambar 4.52 di atas dapat diketahui bahwa nilai FK dari jarak 140-155 m mengalami penurunan seiring berkurangnnya elevasi kemudian mengalami peningkatan secara signifikan sampai jarak 165 m dan pada jarak 165-170 nilai FK cenderung stabil hal ini dikarenakan melalui bench dengan litologi yang sama, kemudian naik

D D’

D’

secara signifikan sampai jarak 180 m dan turun kembali sampai jarak 200 m.

5. Sayatan E-E’

Gambar 4.53 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan E-E‟ sisi highwall

Sayatan E-E‟ pada Gambar 4.53 memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Elevasi di titik E adalah 33 mdpl dan elevasi di titik E‟ adalah 22 mdpl dengan tinggi maksimal lereng adalah 84 m yang dihitung dari elevasi -50 mdpl.

Hasil analisis kestabilan lereng minimum dinding highwall sayatan E-E‟ sebesar 3,5 sehingga dapat dinyatakan bahwa lereng dalam kondisi aman sesuai dengan kriteria Bowles (1989).

Gambar 4.54 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan E-E‟

Desain pada Gambar 4.54 memiliki panjang 254 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 80 m dan sisi lowwall 78 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 520.

E

E

E E

Litologi penyusun lereng lowwall dan highwall adalah batupasir, batubara dan batulempung, kontak perlapisan batubara, batupasir dengan batulempung memiliki strike/dip N 2270 E/ 460. Batubara yang masuk ke dalam area ini adalah seam X, X1, dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m, 2 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,5 yang menandakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles,1989). Analisis kestabilan lereng sisi lowwall seperti pada Gambar 4.55 didapatkan nilai FK 2,8 yang menandakan bahwa lereng ini aman (safety) sesuai kriteria Bowles (1989). Desain lowwall pada Gambar 4.56 halaman 97 memiliki 3 slope dan 2 bench dengan kemiringan 460. Dari hasil analisis didapatkan nilai FK 1,9 yang menandakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989).

Gambar 4.55 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan E-E‟ sisi lowwall

Gambar 4.56 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan E-E‟

E’

E

E E

Gambar 4.57 Grafik FK kondisi aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan E-E‟ Berdasarkan pada Gambar 4.57 dapat diketahui bahwa kenaikan dan penurunan nilai FK sepanjang jarak sayatan terjadi secara fluktuatif. Nilai FK pada jarak 95-105 m mengalami penurunan hal ini dikarenakan mengikuti topografi lereng, kemudian mengalami kenaikan sampai jarak 115 m seiring melewati bench yang relative lebih stabil, kemudian mengalami penurunan kembali dan mengalami kenaikan signifikan dari jarak 118-142 m.

6. Sayatan F-F’

Gambar 4.58 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan F-F‟ sisi highwall

Sayatan F-F‟ Gambar 4.58 memiliki panjang 354 meter yang membentang dari barat laut ke tenggara pada peta. Ke arah timur sejauh 137 m morfologi berupa lereng bergelombang-berbukit dengan sudut lereng 150 (Van Zuidam, 1983). Bergerak ke arah timur sejauh 218 m

dijumpai morfologi dataran dengan sudut lereng 0-20 (Van Zuidam, 1983). Litologi penyusun lereng lowwall dan highwall adalahbatupasir, batubara dan batulempung, kontak perlapisan batubara dengan batulempung memiliki strike/dip N 2280 E/ 510 dan kontak batubara dengan batupasir memiliki strike/dip N 2200 E/480. Batubara yang masuk ke dalam area penambangan Pit 7 West B ini terdapat 3 seam yaitu seam X, X1 dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m dan 2 m.

Hasil analisis kestabilan lereng minimum dinding highwall dengan FK 2,3. Nilai seismic load merupakan ukuran dari getaran yang dihasilkan dari proses blasting terhadap kondisi lereng tambang disekitarnya. Pada area Pit 7 West B memiliki nilai seismic load 0.02g dan kapasitas jalan Hauling untuk 1 HD sebesar 561 kN karena HD yang beroperasi pada Pit ini adalah tipe HD 785 . Kesimpulan untuk lereng pada area ini adalah aman sesuai kriteria Bowles (1989).

Gambar 4.59 Analisis kestabilan lereng desain highwall sayatan F-F‟

Desain pada Gambar 4.59 memiliki panjang 276 m dengan elevasi minimum (base) -50 m tinggi maksimal sisi highwall 85 m dan sisi lowwall 71 m dengan single slope 650 rata-rata overall slope 520. Litologi penyusun lereng lowwall dan highwall adalah batupasir, batubara dan batulempung, kontak perlapisan batubara, batupasir dengan batulempung memiliki strike/dip N 2200 E/ 460. Batubara yang

F

masuk ke dalam area ini adalah seam X, X1, dan X5 dengan tebal masing-masing 4 m, 3 m, 2 m.

Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan nilai FK 1,5 yang menandakan bahwa desain highwall ini aman untuk digunakan dalam proses penambangan (Bowles,1989). Analisis kestabilan lereng sisi lowwall seperti pada Gambar 4.60 halaman 100 didapatkan nilai FK 8,4 menandakan bahwa lereng ini aman/stabil, karena morfologi lerengnya yang tidak terlalu tinggi sehingga nilai FK nya sangat besar. Desain lowwall pada Gambar 4.61 halaman 100 memiliki 2 slope dan 1 bench dengan kemiringan 460. Dari hasil analisis didapatkan nilai FK 2,2 yang menyatakan bahwa desain ini aman untuk digunakan (Bowles, 1989)

Gambar 4.60 Analisis kestabilan lereng aktual sayatan F-F‟ sisi lowwall

Gambar 4.61 Analisis kestabilan lereng desain lowwall sayatan F-F‟ F

F’

Gambar 4.62 Grafik FK aktual terhadap jarak horizontal (koordinat x) sayatan F-F‟ Berdasarkan pada Gambar 4.62 dapat diketahui bahwa nilai FK dari penampang lereng sayatan F-F‟ pada jarak 88-100 m mengalami kenaikan sampai 2,7 kemudian mengalami penurunan sampai jarak 110 m dengan FK 2,5 dan mengalami kenaikan secara signifikan sampai jarak 120 m dengan FK 3,7 kemudian mengalami penurunan sampai pada jarak 130 m dengan FK 2,3.

Rangkuman nilai FK aktual dan desain terdapat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Nilai FK aktual dan desain

No Sayatan Nilai FK Lowwall Nilai FK Highwall

Aktual Desain Aktual Desain

1 A-A‟ 1,5 1,9 3,1 1,9 2 B-ψ‟ 3,8 2,2 2,6 1,7 3 C-ω‟ 2,2 1,9 2,7 1,3 4 D-D‟ 2,8 2,2 3,4 1,5 5 E-E‟ 2,8 1,9 3,5 1,5 6 F-F‟ 8,4 2,2 2,3 1,5 4.6 Rekomendasi

Optimalisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kestabilan lereng tambang tanpa mengesampingkan perolehan produksi penambangan batubara. Nilai FK dapat ditingkatkan hingga mencapai 2, dengan cara memperkecil sudut lereng (single slope) pada tiap-tiap jenjang. Pada sayatan

B-ψ‟, ω-ω‟ dan E‟E‟ pada desain lereng highwall Pit 7 West B. Sudut desain lereng highwall sebelumnya adalah 650, setelah dilakukan perubahan sudut menjadi 28-350didapatkan nilai FK sebesar ≥2 .

1. Sayatan B-B’

Merubah sudut lereng highwall menjadi 290 didapatkan nilai FK 2 dari yang sebelumnya memiliki FK 1.7 seperti Gambar 4.63 halaman 102.

2. Sayatan C-C’

Merubah sudut lereng highwall menjadi 280 didapatkan FK baru sebesar 2 dari yang sebelumnya 1.8 seperti Gambar 4.64.

3. Sayatan E-E’

Merubah sudut lereng highwall menjadi 310 didapatkan nilai FK baru sebesar 2 dari yang sebelumnya 1.5 seperti Gambar 4.65 halaman 103.

NEW FK 2

NEW FK 2

Gambar 4.63 Lereng highwall sayatan B-ψ‟ desain 2017

Gambar 4.64 Lereng highwall sayatan C-ω‟ desain 2017

C C’

NEW FK 2

Gambar 4.65 Lereng highwall sayatan E-E‟ desain 2017

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kondisi geologi pada Pit 7 West B, tersusun atas litologi batupasir kuarsa, batulempung dan batubara dan struktur geologi didominasi oleh kekar gerus dan kekar tarik. Struktur sedimen terdiri atas perlapisan, parallel laminasi, wavy ripple, convolute, nodul dan normal gradded bedding dengan strike/dip perlapisan batulempung, batubara dan batubara, batupasir sebesar N 2280 E/510, N 2200 E/480, trend/plunge untuk kekar gerus dan kekar tarik berarah N 890 E/840, N 890 E/800, N 510E/750, N 150E/900. Berdasarkan pada hasil measuring stratigraphy dapat diketahui bahwa lokasi penelitian memiliki lingkungan pengendapan rawa (shallow lake, model Nichols, 2009).

2. Tingkat kestabilan lereng lowwall dan highwall Pit 7 West B berada pada kategori aman/stabil (Bowles,1989), dengan rentang nilai FK kondisi aktual highwall antara 2,3-3,5 dan lowwall antara 1,5-8.4, sedangkan untuk nilai FK desain highwall berkisar antara 1,3-1,9 dan lowwall antara 1,9-2,2.

3. Optimalisasi nilai FK untuk lereng desain highwall untuk sayatan B-ψ‟ dapat dilakukan dengan merubah sudut lereng dari 650 menjadi 290 sehingga didapatkan nilai FK 2 dari yang sebelumnya 1,7, sedangkan untuk lereng desain highwall sayatan C-ω‟ dilakukan dengan merubah sudut lereng dari 650 menjadi 280 sehingga didapatkan nilai FK baru sebesar 2 dari yang sebelumnya 1,3. Optimalisasi lereng desain highwall sayatan E-E‟ dengan melakukan perubahan sudut lereng menjadi 310 sehingga didapatkan FK baru sebesar 2 dari yang sebelumnya 1,5.

4. Peningkatan stabilitas lereng dapat dilakukan dengan memperkecil sudut kelerengan atau menurunkan tinggi lereng serta menghilangkan lapisan tanah penutup pada elevasi di atas 40 mdpl.

5.2Saran

1. Rekomendasi sudut lereng desain highwall adalah 280-350, sehingga didapatkan nilai FK≥2.

2. Pembuatan parit pada sepanjang bench merupakan upaya yang efektif dan efisien untuk meningkatkan stabilitas lereng serta mengurangi intensitas rembesan air pada dinding lereng dari air hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Australian Standart. 2005. Technical Memorandum for Geothecnical Mapping: Quensland.

Azizi, M.A. 2012. Analisis Resiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka (Studi Kasus Tambang Mineral X). Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika ke-1: Jakarta.

Azizi, M.A. 2014. Pengembangan Metode Reliabilitas Penentuan Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Batubara di Indonesia. Disertasi (tidak dipublikasikan). Jurusan Rekayasa Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Bachtiar Andang. 2008. Geologi Pulau Kalimantan. Bandung. ITB. Slide PPT

Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering rock mass classification. John Wiley Interscience: New York.

Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soil: Second Edition. McGraw-Hill: New York, USA.

Brady, B.H.G and Brown, E.T. 2004. Rock Mechanics for Underground Mining Third Edition. Kluwer Academic Publishers: Boston, USA.

Deere, D.U. 1963. Technical Description of Rock Cores for Engineering Purposes. Felsmechanik und Ingenieurgeologie (Rock Mechanics and Engineering Geology), 1(1). 16-22.

Fossen Haakson. 2010. Structural Geology. New York. Cambridge University Press.

Hoek, E and Brown, E.T. 1980. Empirical Strength Criterion for Rock Masses. Journal of the Geotechnical Engineering Division: Proceedings of American Society of Civil Engineers, Vol. 106.

Hoek, E and Brown, E.T. 1997. Technical Note Practical Estimates of Rock Mass Strength. Elsevier: International Journal Rock Mechanics and Mining Sciences Vol 34, No 8 pages 1165-1186.

Hoek, E and Bray, J.W. 1981. Rock Slope Engineering. The Institution of Mining and Metallurgy. 3rd edition : London.

Hoek, E and Marinos, P. 2000. GSI: Geologically Friendly Tool for Rock Mass Strength Estimation. Proceeding of the International Conference Geotechnical and Geological Engineering: Melbourne.

Hoek, E., Read, J., Karzulovic, A., Chen, Z.Y. 2000. Rock Slopes for Civil and Mining Engineering. Proceeding of the International Conference

Dokumen terkait