• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan kebocoran

Dalam dokumen Metoda Pelaksanaan Pekerjaan (Halaman 36-40)

RESUME PERAWATAN

III. Penanganan kebocoran

Kebocoran yang terjadi pada gedung disebabkan oleh 2 hal utama : yaitu krn air hujan dan karena kebocoran air dari saluran pipa (air bersih dan air kotor ). Adapun jenis kebocoran karena air hujan disebabkan karena :

1. Genting / perabung ( wuwungan ) atap yang pecah, retak atau lepas

2. Atap spandek / Zyncallum yang sobek / bolong

3. Keretakan dinding non structural

4. Rembesan air pada plat lantai / dak beton.

5. Struktur rangka bangunan yang retak

Kebocoran jenis ini memerlukan penelitian dan pengamatan pada seluruh bagian atap genting bagian luar karena lapisan genting bagian bawah / dalam tertutup oleh alluminium foil dan ram kawat . Dari pengamatan secara visual bila ditemukan adanya keretakan atau genting yang pecah, bagian kerusakan tsb harus diganti dengan yang baru. Tidak diperbolehkan menambal / menyambung genting yang retak atau pecah tsb walau dengan alasan ketaktersediaan material yg sejenis. Bila ditemukan kasus seperti diatas ( ketiadaan corak yang sama ), hendaknya dilakukan penukaran bagian yang pecah tsb dari material yang terletak dibawahnya ( tidak terlihat ), sehingga bagian yang tidak terlihat tsb dapat mempergunakan genting sejenis dengan sedikit perbedaan corak warna.

Bila kebocoran terjadi akibat lepasnya perabung dari spesinya, diharuskan menggunakan material perekat yang tahan bocor/ waterproofing ( mis : lemkra F-103 atau am-100 ) dan bila pecah harus diganti dengan tipe dan jenis yang sama.

2. Kebocoran yang terjadi pada Atap seng / Spandek / Zyncallum

Kebocoran pada atap jenis ini disebabkan oleh 2 hal ;

1. Disebabkan karena fisik seng tsb sobek akibat terinjak ataupun bolong karena pemakuan/ benda tajam lainnya. Perbaikan jangka pendek dapat dilakukan dengan penempelan flashband ataupun sealent, jika kerusakannya tidak parah. Namun bila kerusakan cukup besar harus diganti secara permanen, dan mengganti secara utuh bagian tersebut, dengan memperhatikan susunan / lapisan seng tsb. ( perbaikan diurut dari bagian bawah, yang kemudian disusun penyambungan bagian atasnya) yang kemudian di tutup dengan perabung seng.

2. Disebabkan karena sytem jalur aliran pembuangan yang tidak sempurna.

Perbaikan kebocoran kondisi ini harus melalui pengamatan yang seksama. Jalur air harus diteliti arah alirannya hingga masuk dalam roof drain yang semestinya. Kebocoran bisa terjadi karena kotoran yang meghalangi jalan air sehingga air meluap masuk pada celah bagian terbuka ke plafond. perbaikan cukup dengan melakukan pembersihan saluran tsb.

Kondsi yang lebih berat disebabkan design struktur atap yang kurang curam sehingga aliran air mudah lari bila curah hujan besar, ataupun terkena hambatan seperti angin ataupun kotoran. Hal yang harus diperhatikan apabila alur pembuangan seng tsb berakhir pd ujung bagian tembok, sehingga kebocoran mu-dah sekali terjadi. Perbaikan harus dilakukan dengan memindahkan arah aliran air tsb sehingga dapat langsung menuju arah yang benar. Caranya dengan membu-at talang dari seng ataupun cor adukan yg diwaterproofing, membentuk sistem talang menuju jalur yang seharusnya.

3. Kebocoran pada dinding retak non structural.

Penenganan kebocoran akibat dinding yang retak harus dilakukan pengupasan atau pembobokan pada sisi jalur keretakan dengan kelebaran yang memungkin-kan dilakukan penambalan, dan dengan kedalaman hingga akhir keretakan. Penambalan dapat dilakukan dengan zat perkat khusus waterproofing ( Lemkra F-103 atau am-100 ) atau menggunakan spesi campuran semen dangan bounding agent ( 1 : 1 ) . spt : Callbound, U-Strobond, Calcibond dll. Campuran dibuat hingga menyerupai pasta. Dinding yang sudah dibobok dibasahi air secara merata hingga meresap baru kemudian dilakukan penambalan dengan zat perekat seperti diatas. Penambalan langsung mengejar elevasi ketebalan pelesteran shg tidak diperlukan pemelesteran lagi. Pengecatan dilakukan setelah tambalan dinding kering sempurna, dengan metoda pengecatan seperti diatas.

4. Kebocoran pada plat lantai / dak beton.

Kondisi plat lantai / dak beton pada areal yang terexpose / terbuka, akan mengalami degradasi setelah mencapai umur pemasangan tertentu ( biasanya diatas 5 tahun ). Hal itu disebabkan karena kondisi muai susut akibat perubahan alam : panas, dingin, basah, kering yang silih berganti. Penelitian sumber keretakan untuk menentu-kan lokasi kebocoran cukup sulit dilakukan karena keretakan biasanya terjadi secara merata di semua permukaan plat. Oleh karenanya penanganan kebocoran pada plat lantai dilakukan secara keseluruhan.

1. Mempergunakan lapisan Rubber sheet

Bila plat lantai existing sudah terdapat rubbersheet, diharuskan membongkar rubber sheet yang lama dan lapisan plesteran penutupnya. Karena plat sudah bocor berarti kondisi rubber sheet existing sudah rusak. Lapisan lama dibongkar hingga plat lantai bersih dari lapisan bitumin yang lama. Setelah bersih , dilakukan pemasangan rubber sheet baru ( bitumin ). Caranya adalah dengan membakar lapisan permukaan bawah hingga meleleh kemudian direkatkan pada plat sambil dipukul oleh palu karet. Pada bagian sambungan dilakukan pelapisan secara overlap selebar 5 cm, dengan cara pembakaran. Pasca perekatan lapisan rubbersheet harus dilakukan pengetesan yaitu dengan cara perendaman selama minimal 1 x 24 jam, sambil dilakukan pengamatan apakah masih terdapat kebocoran atau tidak. Bila dipastikan kondisi perekatan sudah sempurna, tahap akhir adalah melakukan pelapisan dengan screed beton cor setebal 2 cm.

Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kondisi pemasangan floor drain harus memperhatikan kecuraman posisi perletakannya. Tidak diperkenan-kan adanya kerutan dan tonjolan lapisan rubbersheet pada lokasi floordrain, apalagi bila elevasi floordrain menonjol / lebih tinggi dr plat. sehingga harus dipastikan aliran air berjalan dengan lancar menuju saluran pembuangan.

2. Dengan cara concrete injection

Cara ini dipergunakan apabila terindikasikan adanya lapisan plat lantai yang porous (berpori / tidak padat). Hal ini diketahui dari adanya suara keras pada lantai apabila terinjak atau dipukul. Kondisi plat yang berpori ini akan menyebabkan terjadinya jalur rembesan air yang akan menyebabkan timbulnya kebocoran.

Cara penginjeksian beton ini adalah dengan menanam nipple / pentil pada permukan plat tiap 2 m2 untuk 1 nipple. Pada tiap nipple diinjeksikan larutan semen air dengan campuran epoxy dengan tekanan tinggi menggunakan compressor. Campuran ini akan terinfiltrasi kedalam setiap celah porous dan mengisi pori tsb hingga kondisi plat menjadi padat.

Cara ini merupakan metode yang paling sederhana, pelaksanaannya relatif cepat dan disarankan dipergunakan untuk kondisi permukaan plat lantai yang terlindung. Areal yang diperkirakan bocor dibersihkan dari kotoran dengan mempergunakan sikat kawat. Bila permukaan sudah bersih dilakukan pengcoatingan dengan menggunakan zat rubbercoating ( rubber base ~ aquaproof ) ataupun cementious ( cement base ~ Lemkra Fk-103 ) ). Untuk penanganan dengan metode ini tidak diperkenankan lantai mendapat perlakuan bebas ( disturb ) seperti diinjak, melainkan harus terbebas dari gangguan ( undisturb ).

5. Kebocoran karena keretakan struktur rangka bangunan.

Kebocoran pada struktur rangka bangunan merupakan akibat dari adanya kerusakan struktur bangunan seperti keretakan kolom atau balok struktur yang disebabkan oleh adanya factor-faktor internal ( kesalahan perhitungan struktur atau penyimpangan dalam pelaksanaan konstruksi ) maupun faktor – faktor external ( adanya force majeur seperti: gempa, longsor, ledakan dll ).

Perbaikan structural dalam hal ini adalah mutlak dilaksanakan untuk mengembalikan performance structur gedung, oleh karenannya perbaikan kebocoran dapat di masukkan kedalam satu satuan pekerjaan struktur.

Dalam pelaksanannya, kondisi kerusakan structural harus menggunakan vendor khusus yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ini. Hal ini mengingat diperlukan adanya kajian ulang terhadap kekuatan structural yang ada, yang pada akhirnya dapat menentukan solusi design perbaikan yang diperlukan.

Dalam dokumen Metoda Pelaksanaan Pekerjaan (Halaman 36-40)

Dokumen terkait