• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.5 Pengujian Hipotesis

3.5.5 Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hipotesis yang ada maka penulis dapat menarik kesimpulan apakah variabel bebas (x) yaitu Biaya Mutu memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (y) yaitu Pendapatan Operasional Perusahaan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Biaya Mutu

Suatu produk yang bermutu dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan dapat bekerja sama dengan baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan mutu produk yang dihasilkan, baik itu pada saat pemilihan pemasok, proses produksi sampai kepada proses pemasaran produk.

Sementara itu seorang manajer tentu memerlukan suatu ukuran mutu yang dapat dipercaya untuk membantu mereka memenuhi tujuan menghasilkan produk yang bermutu. Langkah awal dari usaha ini adalah mengidentifikikasi dan mengukur besarnya apa yang disebut dengan biaya mutu. Tujuan dari pengukuran biaya mutu ini adalah mengidentifikasi berapa banyak pengeluaran perusahaan untuk menghasilkan produk yang bermutu.

Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai biaya mutu, hanya saja ada yang mengelompokkannya secara khusus dan ada juga yang tidak. Demikian pula yang terjadi pada Divisi Pengembangan dan Produk PT. INTI (Persero) terdapat laporan biaya mutu.

4.1.2 Pengklasifikasian Biaya Mutu

Dalam rangka membangun mutu yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan, perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yang dikategorikan sebagai biaya mutu. Dimana biaya ini dipergunakan untuk menilai mutu, mencegah mutu yang buruk, dan memperbaiki mutu yang buruk.

Dalam PT. INTI (Persero) biaya mutu berkaitan dengan dua subkategori dari kegiatan yang terkait dengan mutu yang pertama yaitu biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian, yang kedua yaitu biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan internal. Pengklasifikasian biaya mutu di PT. INTI (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Biaya Pencegahan

Adalah biaya-biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh perusahaan untuk mencegah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi awal. Biaya-biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh PT. INTI (Persero) antara lain :

a. Biaya untuk alat kerja kecil

b. Biaya untuk pendidikan dan latihan c. Biaya untuk publikasi dan kehumasan d. Biaya research and development

Pada PT. INTI (Persero) biaya pencegahan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 berkisar antara 18,85% – 56,66% dari total biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan.

2. Biaya Penilaian

Adalah biaya-biaya yang secara nyata terjadi dalam mendeteksi produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya. Biaya-biaya penilaian yang dikeluarkan oleh PT.

INTI (Persero) antara lain :

a. Biaya Jasa konsultan b. Biaya perjalanan dinas

Biaya penilaian pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 pada PT. INTI (Persero) berkisar antara 7,11% - 52,91% darai total biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan. Kenaikan biaya penilaian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesesuaian mutu produk yang dibuat dengan standar yang telah ditetapkan atau yang diharapkan oleh pelanggan.

3. Biaya Kegagalan Internal

Adalah biaya-biaya yang secara nyata terjadi ketika produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat dideteksi sebelum dikirim ke tangan konsumen. Biaya kegagalan internal yang dikeluarkan oleh PT. INTI (Persero) antara lain :

a. Biaya pemeliharaan dan perbaikan

Biaya kegagalan internal yang dikeluarkan oleh perusahaan berkisar antara 14,75% - 33,10%. Biaya kegagalan internal ini tiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa produk yang bermutu gagal atau tidak sesuai dengan permintaan pelanggan tetapi belum dikirim kepada pelanggan, tiap tahunnya mengalami penurunan.

4. Biaya Kegagalan Eksternal

Adalah biaya-biaya yang secara nyata terjadi ketika produk dikembalikan oleh konsumen karena tidak sesuai dengan spesifikasi (karena cacat). Biaya kegagalan eksternal yang dikeluarkan PT. INTI (Persero) antara lain :

a. Biaya masa garansi proyek b. Biaya Asuransi

Biaya kegagalan eksternal yang dikeluarkan oleh perusahaan berkisar antara 3,7% - 29,49% dari total biaya mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan.

biaya kegagalan eksternal yang dikeluarkan oleh perusahan dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa produk gagal atau produk yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan yang terlanjur dikirim, tiap tahunnya mengalami penurunan.

4.2 Laporan dan Analisis Biaya Mutu Perusahaan

Laporan biaya mutu akan sangat berguna bagi manajemen untuk menilai apakah program perbaikan mutu di perusahaan berjalan dengan baik atau tidak.

Seluruh biaya mutu ini dilaporkan setiap periode akuntansi (dalam hal ini setiap satu tahun sekali) dan dijadikan alat control untuk mengetahui tingkat perbaikan mutu yang telah dilaksanakan untuk setiap periode di perusahaan tersebut, sehingga dapat terlihat apakah biaya-biaya mutu tersebut telah didistribusikan secara tepat, apabila ada masalah dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dengan segera. Seperti yang diketahui bahwa program perbaikan mutu akan

berjalan dengan baik apabila jumlah total biaya mutu dari setiap periode tersebut mengalami penurunan.

Berikut di bawah ini penulis sajikan Realisasi Biaya Mutu selama 6 periode pada PT. INTI (Persero) dalam bentuk tabel 4.1 Laporan Realisasi Biaya Mutu di bawah ini :

Tabel 4.1

Laporan Realisasi Biaya Mutu Tahun 2003 s/d 2008 (dalam juta rupiah)

Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Total biaya pencegahan

2,118.60 2,667.70 3,128.70 5,183.20 11,835.90 5,076.50

Total biaya penilaian

1,370.60 1,919.50 2,130.50 5,139.80 2,486.20 14,224.80

Total biaya kegagalan internal

1,118.20 1,214.30 3,400.20 4,354.90 4,246.70 6,624.00

Total biaya kegagalan eksternal

1,708.60 2,426.50 1,612.80 2,489.30 2,319.70 996.90

∑ Biaya Mutu 6,316 8,228 10,272.20 17,167.20 20,888.50 26,922.20

Sumber : Laporan Biaya Mutu

Dalam bentuk grafik biaya mutu yang dikeluarkan setiap tahun pada PT.

INTI (Persero) adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Grafik Biaya Mutu Tahun 2003-2008

Bila dilihat dari Laporan Realisasi Biaya Mutu pada tabel 4.1, biaya mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, dalam hal ini berarti perusahaan masih harus terus meningkatkan pengeluaran biaya pencegahan dan biaya penilaian. Pada prinsipnya, kenaikan biaya tercapainya zero defect atau kerusakan nol pada produk yang dihasilkan, sebab dengan melakukan pencegahan dini maka kerusakan dan kegagalan mutu meningkatkan kegiatan pencegahan dari pada perbaikan atas mutu produk akan dapat menekan biaya kegagalan, baik kegagalan internal maupun kegagalan eksternal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Biaya mutu pada PT. INTI (Persero) terlihat jelas bahwa dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, hal ini membuktikan bahwa perusahaan masih harus terus bberupaya meningkatkan program perbaikan mutunya dengan jalan memprioritaskan pengalokasian biaya pengendalian yang lebih besar. Selain itu perusahaan melakukan prosedur pengawasan mutu produk dengan lebih cermat

dan teliti. Berikut penulis sajikan data biaya pengendalian dan biaya kegagalan dalam bentuk tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Total Biaya Mutu

Pada tahun 2003 s/d 2008 (dalam jutaan rupiah) Tahun Total Biaya Mutu Total Biaya

Pengendalian

Total Biaya Kegagalan

2003 6,316 3,489,20 2,826.80

2004 8,228 4,587.20 3,640.80

2005 10,272,20 5,295.20 5,013

2006 17,167.20 10,223.00 6,844.20

2007 20,888.50 13,322.10 6,566.40

2008 26,922.20 19,311.30 7,620,90

Sumber : Laporan Biaya Mutu

Dalam bentuk grafik biaya pengendalian dan biaya kegagalan yang dikeluarkan setiap tahun pada PT. INTI (Persero) adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2

Grafik Biaya Pengendalian dan Biaya Kegagalan Pada PT. INTI (Persero) Tahun 2003-2008

Berdasarkan data total biaya mutu yang terdapat dalam tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa realisasi biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terus mengalami peninkatan dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan terus berupaya memperbaiki mutu produknya dengan memprioritaskan pengeluaran biayanya terhadap biaya pengendalian, sehingga diharapkan produk yang cacat dapat terus berkurang dari tahun ke tahun.

Sementara itu, pada grafik dapat kita lihat realisasi biaya kegagalan baik itu biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan, itu berarti masih terdapat produk cacat atau gagal pada saat memproduksi namun, dapat kita lihat dari 2 tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan tahun 2008 biaya kegagalan mengalami penurunan atau dapat dikurangi dengan jalan mengeluarkan atau mengalokasikan dana yang lebih besar

pada aktivitas pengendalian (pencegahan dan penilaian). Hal ini dapat dilihat melalui total biaya pengendalian dari tahun 2003 s/d 2008 yang mengalami kenaikan sebesar 63,79% dan total biaya kegagalan yang mengalami penurunan sebesar 36,20%.

Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dalam melaksanakan program perbaikan mutu, salah satu program yang dilakukan oleh PT. INTI (Persero) dengan cara mengefisienkan biaya produksi demi mencapai mutu produk yang optimal serta menciptakan hubungan “langganan” dengan konsumen.

4.3 Analisis Perhitungan Pendapatan Operasional Pada PT. INTI (Persero)

4.3.1 Klasifikasi dan Kebijakan Pengakuan Pendapatan Pada PT. INTI (Persero)

Sumber pendapatan PT. INTI (Persero) adalah berasal dari kegiatan penjualan produksi. Adapun pengelompokkan pengakuan pendapatan pada PT.

INTI (Persero) adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Usaha

Pendapatan usahan pada PT. INTI (Persero) berasal dari kegiatan utama perusahaan yaitu dari penjualan produksi PT. INTI (Persero).

2. Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh, tetapi tidak mempunyai hubungan langsung dengan aktivitas induk perusahaan dan anak perusahaan.

Sesuai dengan judul yang penulis teliti, maka pendapatan pada PT. INTI (Persero) yang diambil adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan atau pendapatan operasi perusahaan yaitu hasil penjualan.

4.3.2 Tinjauan Pendapatan Operasional Pada PT. INTI (Persero)

Sebagai perusahaan manufaktur, sumber pendapatan PT. INTI (Persero) adalah berasal dari kegiatan penjualan produksi perusahaan. berikut ini adalah perkembangan perolehan pendapatan operasi pada PT. INTI (Persero) yang diambil dari laporan laba rugi perusahaan yaitu dari akun pendapatan usaha/penjulan bersih :

Tabel 4.3

Data Pendapatan Operasi

Tahun 2003 s/d 2008 (dalam juta rupiah) Tahun Pendapatan

2004 769,005.16 468,201.44 155,65%

2005 565,562.44 (203,442.72) (26,45%)

2006 629,547.72 63,985.28 11,31%

2007 684,508.60 54,960.88 8,7%

2008 730,993.60 46,485.00 6,79%

Sumber : Laporan Laba Rugi

Dari tabel data pendapatan operasi pada PT. INTI (Persero), dapat dilihat bahwa pendapatan operasional perusahaan berupa hasil penjulan produk perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan. Diketahui pada tahun 2003 pendapatan operasional mencapai Rp. 300.803.720.000, jika dibandingkan dengan tahun 2004, pendapatan operasionalnya mencapai Rp. 769.005.160.000, atau mengalami peningkatan sebesar 155,65%.

Pada tahun 2005, pendapatan operasionalnya mencapai Rp.

565.562.440.000 atau mengalami penurunan sebesar Rp. 203.442.720.000, atau sebesar 26,45%. Jika dibandingkan dengan tahun 2006, pendapatan operasionalnya mencapai Rp. 629.547.720.000, atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 63.985.280.000 atau sebesar 11,31%.

Sementara pada tahun 2007, pendapatan operasionalnya mencapai Rp.

684.508.600.000 atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 54.960.880.000 atau sebesar 8,7%. Sedangkan pada tahun 2008, pendapatan operasionalnya mencapai Rp. 730.993.600.000, jika dibandingkan dengan tahun 2007, pendapatan operasional perusahaan tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar Rp.

46.485.000.000 atau sebesar 6,79%.

Dalam bentuk grafik pendapatan operasi pada PT. INTI (Persero) adalah sebagai beriikut :

Gambar 4.3

Grafik Pendapatan Operasional Pada PT. INTI (Persero) Tahun 2003-2008

4.4 Analisis Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Pendapatan Operasional Pada PT. INTI (Persero)

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan terhadap efektivitas pendapatan operasi pada PT. INTI (Persero), maka penulis melakukan analisis terhadap data biaya mutu dan tingkat pendapatan operasi selama enam periode dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Berikut ini penulis sajikan data biaya mutu dan pendapatan operasi PT. INTI (Persero) dari tahun 2003-2008 :

Tabel 4.4

Data Biaya Mutu dan Tingkat Pendapatan Operasi Tahun 2003-2008

(dalam juta rupiah)

Tahun Biaya Mutu Pendapatan Operasi

2003 6,316 300,803.72

2004 8,288 769,005.16

2005 10,272.20 565,562.44

2006 17,167.20 629,547.72

2007 20,888.50 684,508.60

2008 26,922.20 730,993.60

Jumlah 89,794.10 3,675,421.24 Sumber : Laporan Biaya Mutu dan laporan laba Rugi

Dalam bentuk grafik dapat dilihat dampak perubahan biaya mutu terhadap pendapatan operasional pada PT. INTI (Persero) adalah :

Gambar 4.5

Grafik Biaya Mutu Terhadap Pendapatan Operasional Pada PT.

INTI (Persero) Tahun 2003-2008

Dari tabel 4.4 dapat dilihat dampak perubahan biaya mutu terhadap pendapatan operasional perusahaan.

1. Pada tahun 2003 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 6,316 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 300,803.72

2. Pada tahun 2004 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 8,288 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 769,005.16

3. Pada tahun 2005 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.

10,272.20 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 565,562.44

4. Pada tahun 2006 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.

17,167.20 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 629,547.72

5. Pada tahun 2007 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.

20,888.50 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 684,508.60

6. Pada tahun 2008 biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.

26,922.20 sehingga perusahaan berhasil memperoleh pendapatan operasi berupa hasil penjualan produk sebesar Rp. 730,993.60

Pengambilan data yang penulis lakukan pada PT. INTI (Persero) adalah laporan keuangan pada divisi pengembangan dan produk tahun 2003 sampai tahun 2008 yang merupakan populasi dari penelitian. Sedangkan sampel yang dipilih oleh peneliti adalah biaya mutu dan pendapatan operasi pada laporan keuangan pada PT. INTI (Persero) antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2008.

Biaya mutu merupakan variabel bebas / independen (variabel X), variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Pendapatan operasi merupakan variabel terikat/dependen (variabel Y), variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah biaya pengendalian dan biaya kegagalan dan hasil penjualan produk perusahaan.

Adapun hasil dari pengambilan data adalah sebagai berikut :

1. Analisis Kolerasi

Analisa ini digunakan untuk mengukur derajat asosiasi antara variabel Y dengan variabel X. ukuran statistik yang dapat menggambarkan hubungan antara suatu variable dengan variable lain adalah koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r²). Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan metode statistik, terlebih dahulu menghitung koefisien korelasi dan determinasi. Untuk menghitung koefisien korelasi kedua variabel, maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

r

xy

=

Keterangan:

r = Koefisien korelasi X1 = Biaya pengendalian X2 = Biaya Kegagalan Y = Pendapatan Operasional N = Jumlah data

Biaya Pengendalian

Pendapatan Operasional

Biaya Pengendalian Pearson Correlation 1 .530

Sig. (2-tailed) .279

N 6 6

Pendapatan Operasional Pearson Correlation .530 1

Sig. (2-tailed) .279

N 6 6

Tabel 4.4

Correlations

Dari hasil perhitungan SPSS 17.0 didapat koefisen korelasi variabel biaya mutu yang penulis pisahkan menjadi dua subkategori yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan dengan pendapatan operasi sebagai berikut :

Berdasarkan koefisien korelasi antara biaya pengendalian (X1) dengan pendapatan operasional (Y) diperoleh nilai r = 0,530, ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara biaya pengendalian terhadap pendapatan operasional, karena nilai r korelasinya mendekati 1, dalam arti semakin besar nilai variabel biaya pengendalian maka semakin besar nilai pendapatan operasi perusahaan.

Perhitungan Koefisen Determinasi

Kd= x 100%

Kd= (0,530)2 x 100%

= 28,09%

Dari perhitungan koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 28,09%. Dengan kata lain pengaruh biaya pengendalian terhadap pendapatan

operasional sebesar 28,09% dan sisanya 71,91% merupakan faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Tabel 4.4.1

Correlations

Biaya Kegagalan

Pendapatan Operasional

Biaya Kegagalan Pearson Correlation 1 .567

Sig. (2-tailed) .241

N 6 6

Pendapatan Operasional Pearson Correlation .567 1

Sig. (2-tailed) .241

N 6 6

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0 didapat hasil koefisien korelasi antara biaya kegagalan (X2) dengan pendapatan operasional (Y) diperoleh nilai r = 0,567, ini berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara biaya kegagalan terhadap pendapatan operasional, karena nilai r kolerasinya mendekati 1, dalam arti semakin besar nilai variabel biaya kegagalan maka semakin kecil nilai pendapatan operasi perusahaan ataupun sebaliknya.

Perhitungan Koefisen Determinasi

Kd= x 100%

Kd= (0,567)2 x 100%

= 32,14%

Dari perhitungan koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 32,14%. Dengan kata lain pengaruh biaya kegagalan terhadap pendapatan operasional sebesar 32,14% dan sisanya 67,86% merupakan faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Biaya pengendalian memiliki manfaat yang signifikan dalam upaya

peningkatan pendapatan operasional.

2. Biaya kegagalan memiliki manfaat yang signifikan dalam upaya peningkatan pendapatan operasional.

Tabel 4.5 Korelasi X dan Y

No Korelasi antar variable Kolerasi

1 2

Korelasi biaya pengendalian dan pendapatan operasional perusahaan Kolerasi biaya kegagalan dan pendapatan operasional perusahaan

0,530 0,567 Sumber :Data yang diolah dengan SPSS

 Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan

 Bila – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

 Bila – thitung < ttabel dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil kolerasi antara variable X (biaya mutu) dan Y (pendapatan operasional perusahaan), maka pengujian hipotesis (uji t) adalah sebagai berikut :

1. Kolerasi yang dihasilkan biaya pengendalian (X1) dan pendapatan operasional perusahaan (Y) adalah sebesar 0,530 mengandung arti bahwa adanya hubungan yang kuat antara biaya pengendalian dengan pendapatan operasional perusahaan (Y).

Uji t (hipotesis)

Ho1 : b1 = 0 ;Biaya mutu (biaya pengendalian) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan operasional perusahaan.

Ha1 : b1 ≠ 0 ;Biaya mutu (biaya pengendalian) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan operasional perusahaan.

Nilai t tabel dicari dengan menggunakan derajat bebas, yaitu : df = n – 2

= 6 – 2 = 4

Sedangkan arah signifikan ditetapkan 0,05 dan ditentukan dalam tabel 0,95 diperoleh nilai sebesar 2,776. Sedangkan nilai hitung sebesar :

t =

t =

t = 1,25

Dari perhitungan di atas maka didapat nilai thitung sebesar 1,25.

Dari perhitungan maka diperoleh thitung sebesar 1,25 sedangkan apabila melihat pada tabel t, maka ttabel pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (df = n – 2 ) adalah 2,776, maka berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Nol (Ho) :

 Bila – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

 Bila – thitung < ttabel dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Hasil perbandingan antara thitung dengan ttabel, ternyata - ttabel < thitung < ttabel

(-2,776 < 1,25 < 2,776), artinya hipotesa Ho diterima dan menolak Ha.

2. Korelasi yang dihasilkan biaya kegagalan (X2) dan pendapatan operasional perusahaan (Y) adalah sebesar 0,567 mengandung arti bahwa adanya hubungan yang sangat kuat antara biaya kegagalan (X2) dengan pendapatan operasional perusahaan (Y).

Uji t (hipotesis)

Ho2 : b2 = 0 ;Biaya mutu (biaya kegagalan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan operasional perusahaan.

Ha2 : b2 ≠ 0 ;Biaya mutu (biaya kegagalan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan operasional perusahaan.

Nilai t tabel dicari dengan menggunakan derajat bebas, yaitu : df = n – 2

= 6 – 2 = 4

Sedangkan arah signifikan ditetapkan 0,05 dan ditentukan dalam tabel 0,95 diperoleh nilai sebesar 2,776. Sedangkan nilai hitung sebesar :

t =

t =

t =

1,38

Dari perhitungan di atas maka didapat nilai thitung sebesar 1,38.

Dari perhitungan maka diperoleh thitung sebesar 1,38, sedangkan apabila melihat pada tabel t, maka ttabel pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (df = n – 2 ) adalah 2,776, maka berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Nol (Ho) :

 Bila – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

 Bila – thitung < ttabel dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Hasil perbandingan antara thitung dengan ttabel, ternyata - ttabel < thitung < ttabel

(-2,776 < 1,38 < 2,776),, artinya hipotesa Ho diterima dan menolak Ha.

4.5 Penerapan Biaya Mutu Terhadap Efektivitas Pendapatan Operasional Perusahaan

Dari hasil perhitungan yang telah penulis lakukan, dimana dalam penelitian ini terdapat dua subkategori biaya mutu yaitu :

1. Biaya Pengendalian

Berdasarkan pengujian statistik antara biaya mutu (biaya pengendalian) terhadap tingkat pendapatan operasi perusahaan mempunyai hubungan yang kuat terhadap pendapatan opersional perusahaan yang ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi sebesar 0,530. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dengan cara membandingakan thitung sebesar 1,25 dengan signifikansi sebesar 0,279. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan biaya mutu (biaya pengendalian) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan operasional perusahaan.

Hal ini terjadi pada perusahaan karena biaya pengendalian pada PT. INTI (Persero) tidak berpengaruh secara signifikan kepada hasil akhir produk sampai ke tangan konsumen. Contohnya biaya pengendalian yang berupa biaya tenaga kerja, biaya research and development, biaya training, dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan pada saat perusahaan merasakan proses produksinya terlambat, sehingga akan menurunkan volume produksi.

2. Biaya Kegagalan

Korelasi pearson produk moment antara biaya mutu (biaya kegagalan) dengan pendapatan operasional perusahaan diperoleh r = 0,567, berarti nilai r mendekati 1, maka korelasi antara kedua variabel adalah sangat kuat. Hal tersebut berarti terdapat hubungan positif dan cukup kuat antaar biaya kegagalan terhadap pendapatan operasional pada PT. INTI (Persero). Selanjutnya pada perhitungan

untuk menguji tingkat signifikan hubungan, diperoleh thitung adalah 1,38 dengan signifikansi sebesar 0,241. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesa Ho diterima dan menolak Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh signifikan antara biaya mutu (biaya kegagalan) terhadap pendapatan operasional perusahaan. Pada perhitungan analisis koefisien determinasi diperoleh 32,14%, artinya pengaruh biaya mutu (biaya kegagalan) terhadap pendapatan operasional sebesar 32,14% dan sisanya sebesar 67,86% dipengaruhi oleh faktor lain. Salah satu faktornya dipengaruhi oleh harga jual, volume penjualan, situasi perekonomian dan sebagainya yang tidak diteliti oleh penulis.

Hal ini terjadi pada perusahaan karena biaya kegagalan pada PT. INTI (Persero) berpengaruh secara signifikan kepada hasil akhir produk hingga ke tangan konsumen. Contohnya biaya kegagalan yang berupa biaya pengerjaan kembali, biaya garansi dan penggantian yang dikeluarkan untuk produk akhir yang hendak dijual.

Pada PT. INTI (Persero), program peningkatan mutu dengan mengeluarkan sejumlah biaya yang diidentifikasikan sebagai biaya mutu bertujuan untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan atau yang diinginkan oleh pelanggan, sehingga mampu bertahan di pasar global dan memiliki posisi bersaing yang cukup kuat. Selain itu dengan adanya biaya mutu ini perusahaan berharap dapat meningkatkan efektivitas pendapatan operasi perusahaan, yang salah satu indikatornya ditandai dengan peningkatan penjualan produk.

4.6 PEMBAHASAN

Laporan biaya mutu sangat berguna bagi manajemen untuk menilai apakah program perbaikan mutu di perusahaan berjualan dengan baik atau tidak. Seluruh biaya mutu yang dikeluarkan oleh PT. INTI (Persero) dilaporkan setiap periode akuntansi (dalam hal ini setiap tahun sekali) dan dijadikan alat kontrol untuk mengetahui tingkat perbaikan mutu yang telah dilaksanakan di perusahaan tersebut, dan dengan demikian dapat terlihat apakah biaya-biaya mutu tersebut telah didistribusikan secara tepat.

Dari hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat kita lihat bahwa biaya mutu setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Biaya pencegahan dari tahun 2003-2008 berkisar antara 33,42% dari total biaya mutu yang dikeluarkan perusahaan, sementara itu biaya penilaian yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 2003-2008 berkisar antara 30,37% dari total biaya mutu. Sedangkan biaya kegagalan internal antara tahun 2003-2008 berkisar antara 23,34% dan biaya kegagalan eksternal berkisar antara 12,86%. Di bawah ini adalah grafik biaya pengendalian dan kegagalan yang dikeluarkan oleh PT. INTI (Persero) dari tahun 2003-2008 :

Gambar 4.6

Grafik B.Pengendalian dan B. Kegagalan PT. INTI (Persero) Tahun 2003-2008

4.6.1 Biaya Pengendalian

Dari hasil perhitungan, maka korelasi pearson produk moment antara biaya mutu (biaya pengendalian) dengan pendapatan operasional perusahaan diperoleh r

= 0,530, berarti nilai r mendekati 1, maka korelasi antara kedua variabel adalah kuat. Hubungan antara biaya mutu (biaya pengendalian) dan pendapatan operasional perusahaan adalah positif. Selanjutnya pada perhitungan untuk

= 0,530, berarti nilai r mendekati 1, maka korelasi antara kedua variabel adalah kuat. Hubungan antara biaya mutu (biaya pengendalian) dan pendapatan operasional perusahaan adalah positif. Selanjutnya pada perhitungan untuk

Dokumen terkait